Jumat, November 29, 2024

Dunia digital sebagai ruang bermain dan berkreasi di masa pandemi

Must read

Pandemi Covid-19 memberikan pengaruh pada percepatan adaptasi transformasi digital. Bagaimana tidak, segala aktivitas saat ini hampir selalu beririsan dengan penggunaan teknologi digital. Bahkan untuk sekadar hiburan pun teknologi dan internet hampir tidak bisa lepas dari keseharian. Tapi, apakah kemudahan teknologi hanya bisa digunakan untuk keperluan pendidikan, kerja, bisnis dan mencari hiburan? Jawabannya, tentu saja tidak.

Melalui program literasi digital, pemerintah Indonesia yang dibesut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan sejumlah komunitas telah berkolaborasi dalam memperkuat literasi digital agar masyarakat cakap menggunakan dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Program tersebut salah satunya terejawantahkan dalam bentuk webinar atau diskusi yang diselenggarakan untuk masyarakat Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Jumat (30/7/2021).

Dosen UNS Septyanto Galan Prakoso saat tampil sebagai salah satu narasumber diskusi mengatakan, Indonesia telah ditasbihkan sebagai negara dengan pengguna internet terbesar ketiga di Asia dengan jumlah pengguna internet mencapai 202.6 juta. Jumlah yang cukup besar itu sekaligus menjadi kekuatan dan tantangan bahwa masyarakat Indonesia mempunyai tanggung jawab yang besar untuk senantiasa menjaga ruang digital yang sehat dan kondusif. Yakni, bagaimana meningkatkan penggunaan internet secara kreatif dan produktif.

“Untuk mencapai hal itu, perlu literasi digital yang baik serta punya kecakapan digital yang mumpuni. Bukan hanya sebagai pengguna yang menguasai kecakapan dasar, tetapi juga kecakapan tingkat lanjut atau advance, sehingga bisa memanfaatkan media sosial untuk hal-hal yang memberikan nilai tambah. Selain itu, menilai informasi, bertransaksi, pemecahan masalah dan mampu berinternet dengan aman juga merupakan kemampuan digital yang harus dimiliki masyarakat Indonesia sebagai talenta digital,” jelas Septyanto kepada 500-an peserta diskusi.

Kecakapan yang bisa diasah untuk laku kreatif dan produktif di dunia digital adalah public speaking, desain grafis, fotografi, kemampuan berbahasa, dan komposisi musik. Kecakapan tersebut, jika benar diasah bisa memberi kita nilai tambah dengan mengembangkannya mungkin menjadi vlogger, dubber, penerjemah dan blogger, membuat konten grafis yang bisa diperjual belikan juga.

“Tapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan baik sebagai pengguna, pembuat, atau pendistribusi konten. Yaitu sadar siapa diri kita di media digital, mengenali potensi diri yang bisa ditularkan kepada orang lain, mencari inspirasi di dunia maya, berpikiran terbuka dan kritis, serta mendistribusikan hasil kreativitas dengan baik dan patuh pada aturan yang berlaku,” terangnya.

Sederhananya, bermedia digital itu harus berada pada koridor positif, thinking before posting, terapkan prinsip “sambil menyelam minum air” bermain media sosial tapi mendapatkan manfaat lainnya, selalu membagikan konten edukatif, inspiratif dan menghibur.

Dari sisi budaya, Reza Sukma Nugraha menambahkan, budaya digital menjadi indikator bagaimana individu menyadari bahwa ketika memasuki dunia digital secara otomatis telah masuk sebagai warga digital.

“Artinya, kita memahami apa yang kita lakukan di dunia digital sejatinya sama dengan di dunia nyata. Dalam arti, sebagai user kita adalah manusia di mana dalam berperilaku di dalamnya ada etika dan norma-norma yang harus dipatuhi,” jelas Reza.

Hal yang menjadi tantangan adalah bagaimana pengguna membentuk kebiasaan yang baik dan produktif. Bisa memanfaatkan platform digital untuk memproduksi sesuatu yang bermanfaat untuk diri kita sendiri dan orang lain. Bagaimana menjadi kreatif, ketika melihat sesuatu bisa dikembangkan menjadi karya sehingga memiliki nilai tambah.

“Kreatif di platform daring itu bisa dengan memanfaatkan teknologi untuk belajar dan memperluas pengetahuan, untuk berbisnis sebagaimana telah menjadi fenomena di masa pandemi, untuk berbagi informasi dan motivasi, sarana mengaktualisasikan diri, menambah profesi baru dengan berbagai platform yang menyediakan wadah bagi freelancer,” sebutnya.

Hanya saja dalam bermedia digital perlu juga menanamkan cara berpikir kritis dalam menghadapi segala informasi yang ada di internet, menghindar dari echo chamber dan filter bubble agar kita tidak merasa benar sendiri. Serta menanamkan sikap mau berpartisipasi dan kolaborasi dalam menciptakan kebaikan.

Selain itu, memiliki sikap tanggung jawab dalam mencari, mengakses, dan menyebarluaskan informasi. Tidak pesimistis dan antipati pada perkembangan teknologi, dan yang paling penting menciptakan ruang digital sebagai tempat tinggal yang nyaman untuk semua warga internet.

Diskusi virtual ini juga menghadirkan narasumber lain Rian Azzam Amrullah (praktisi hukum) dan Hendi Sucipto (dosen UMUS), dengan moderator diskusi Dannys Citra (entertainer) juga key opinion leader aktor Fajar Gomez.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article