Kamis, November 28, 2024

Kendala dan tantangan pendidikan online di tengah pandemi

Must read

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) kembali menyelenggarakan webinar literasi digital untuk masyarakat Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Senin (2/8/2021). Tema yang diusung kali ini adalah “Tantangan Pembelajaran di Era Digital”. Tema ini merefleksikan kondisi sektor pendidikan yang tidak bisa berlangsung, karena kondisi pandemi. Hikmahnya, perkembangan teknologi dapat dimanfaatkan untuk menjembatani proses pendidikan meski tidak mulus.

Kholistiono (wakil pemred Betanews.id) sebagai salah satu pemateri dalam webinar menyampaikan satuan pendidikan sudah hampir dua tahun menjalani pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan sistem dalam jaringan. Akan tetapi dalam perjalanannya, PJJ belum bisa maksimal karena berbagai tantangan di dalamnya.

Budaya digital menjadi budaya baru dan semua orang dituntut untuk bisa beradaptasi. Tidak hanya soal kemampuan individu dalam membaca, tetapi juga dalam menguraikan, membiasakan, memeriksa dan membangun wawasan kebangsaan nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kompetensi literasi digital Kominfo telah merumuskan empat pilar penting, digital culture, digital ethics, digital safety, dan digital skill.

“Budaya digital bukan hal baru, tetapi kondisi pandemi semakin menuntut masyarakat untuk beradaptasi. Seperti diketahui pengguna internet di Indonesia sangat tinggi, bahkan dari kelompok siswa dan mahasiswa pengguna teknologi dan internet juga meningkat cukup tinggi karena sistem belajar online,” jelas Kholistiono kepada hampir 300 peserta diskusi.

Sayangnya, tingginya pengguna internet itu belum dibarengi dengan literasi budaya digital yang baik. Indonesia tercatat masih dalam level sedang dan perlu meningkatkan wawasan literasi digital, sehingga teknologi digital tidak hanya digunakan sebagai alat untuk melengkapi kebutuhan sehari-hari. Program literasi digital seperti saat ini merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan kecakapan literasi digital, baik dalam menggunakan atau memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Di sektor pendidikan, sebut Kholistiono, masih ada sejumlah kendala yang dialami siswa, guru, dan orang tua dalam menghadapi sistem pendidikan daring. Ia menilai Indonesia belum benar-benar siap untuk beradaptasi ke digital.

“Tantangan bagi siswa dengan sistem PJJ berdampak pada menurunnya motivasi belajar siswa. Hampir dua tahun dengan PJJ bisa jadi membuat siswa kehilangan motivasi belajar, karena kondisi tidak memungkinkan untuk bertemu dengan teman kelasnya. Lalu, penyampaian materi yang kurang menarik juga bisa menurunkan prestasi dan kemampuan siswa, karena materi diserap dan dipahami dengan baik. Kendala sarana prasarana serta biaya dalam untuk kuota juga menjadi kendala pembelajaran sebab tidak semua siswa merupakan keluarga mampu,” jelasnya.

Tak beda jauh, sarana prasarana dan biaya pembelajaran jarak jauh juga menjadi kendala, baik guru maupun orangtua. Selain itu adaptasi teknologi menjadi permasalahan tersendiri. Dari segi efisiensi dan efektivitas juga tidak semua orangtua murid dapat memberikan pendampingan pembelajaran, entah itu waktu maupun pengetahuan orangtua dalam dunia pendidikan.

“Tantangan bagi guru adalah bagaimana memaksimalkan proses PJJ secara maksimal, selain penguasaan teknologi dukungan dari pihak sekolah dalam sistem pembelajaran juga penting. Bahkan pendidik mempunyai peran ganda sebagai guru dan orangtua,” imbuhnya.

Namun yang tidak kalah penting adalah pendidikan karakter kepada peserta didik. Pendidikan karakter dapat mempengaruhi cara berpikir murid dalam memanfaatkan arus informasi. Salah satu contohnya adalah sopan santun saat mengirim pesan kepada guru. Guru dan orangtua memiliki tanggung jawab untuk menghasilkan peserta didik yang berkarakter.

Dari sudut pandang berbeda, guru SMAN 3 Rembang Rudy Martono lebih menyoroti keamanan digital anak didik dalam pembelajaran jarak jauh. Sistem pembelajaran online memungkinkan peserta didik mencari referensi atau materi tambahan di internet, karena itu peserta didik harus tahu keamanan dalam menggunakan platform pembelajaran

“Caranya dengan tidak mengunduh sembarang aplikasi, menggunakan browser yang diperbarui untuk meningkatkan keamanan, memasang antivirus untuk menghindari serangan malware yang berbahaya bagi data dan akun digital,” jelas Rudy.

Peserta didik juga perlu memahami privasi keamanan, sebab setiap pengguna internet dan teknologi memiliki hak privasi individu. Yaitu hak untuk mengontrol, mengatur, mengedit, dan menghapus informasi tentang dirinya. Termasuk memutuskan bagaimana, kapan, dan untuk apa informasi itu disampaikan.

“Untuk menghindari data dan identitas terekspos, selalu gunakan situs aman untuk berselancar. Gunakan https, tidak mengaktifkan lokasi atau geo tagging, guru harus mengajari batasan privasi dengan tidak mengekspos data pribadi, password, menggunakan email sementara untuk menghindari spam. Tidak mudah percaya rayuan teman di medsos terutama jika menyangkut hal pribadi,” pungkasnya.

Diskusi virtual hari ini dibantu oleh Bobby Aulia (entertainer) sebagai moderator. Selain itu dua narasumber lain juga turut membagikan ilmu seputar literasi digital: Annisa Choiriya Muftada (social media communication at PT Cipta Manusia Indonesia), dan Ahmad Sururi (dosen Uniersitas Serang Raya). Selain mereka, juga hadir musisi Nanda Candra sebagai key opinion leader.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article