Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) kembali menyelenggarakan webinar literasi digital untuk masyarakat Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Jumat (30/7/2021) dengan tema diskusi “Bijak Beretika Berinternet”.
Tema ini cukup menarik diangkat karena pada awal tahun Microsoft menyatakan warganet Indonesia merupakan warga yang tidak ramah dalam berinternet berdasarkan survei yang dilakukan dalam kurun waktu 2020. Itu sebabnya, penguatan literasi digital sangat penting untuk bisa mengubah hal tersebut.
Suharti dari LPPPM UNU Yogyakarta dalam paparannya mengatakan, literasi digital seperti dirumuskan oleh Kementerian Kominfo meliputi digital culture, digital ethics, digital safety, dan digital skill. Keempat kompetensi tersebut menjadi pondasi agar bisa bijak dalam berinternet.
Dalam memahami literasi digital diperlukan kecakapan yang meliputi penggunaan dan pengoperasian teknologi dan internet, memahami tools mesin pencarian informasi, memahami penggunaan aplikasi percakapan dan media sosial, juga memahami transaksi online, loka pasar, dan dompet digital.
“Mesin pencarian informasi adalah salah satu fitur digital yang kerap dimanfaatkan untuk mencari berbagai informasi dengan menggunakan kata kunci. Dalam pendidikan dan pengetahuan pengguna dapat memanfaat Google Scholar yang bisa digunakan untuk mencari referensi buku dan jurnal. Pemanfaatan pencarian ini akan lebih efektif dengan kata kunci yang pas, misalnya dengan menambahkan tanda kutip, menggunakan tanda titik dan angka, menambahkan kata “related” agar diarahkan pada situs yang mirip, atau menambahkan “doc, pdf, ppt, png, jpg” jika ingin mencari informasi dengan format file tertentu,” jelas Suharti.
Dalam mencari informasi, lanjut Suharti, ada cara yang bisa digunakan untuk mengecek kebenaran sebuah informasi. Yakni dengan menggunakan google fact check. Fitur ini sangat bermanfaat agar terhindar dari informasi salah, disinformasi, misinformasi, dan mal informasi, serta hoaks.
Selain hal tersebut, memahami penggunaan aplikasi percakapan dan media sosial juga tak kalah penting dalam bermedia digital. Sebab, tak sedikit informasi hoaks itu justru kita dapatkan dari dua platform tersebut. Terlebih masyarakat Indonesia cenderung melihat kualitas informasi dari siapa yang memberi informasi dan bukan dari isinya.
“Syarat dan ketentuan dari masing-masing aplikasi harus dicermati. Jangan sampai gara-gara asal konfirmasi justru merugikan pengguna. Pahami fitur yang disediakan, termasuk kelebihan dan kekurangannya, mengaktifkan pengaturan privasi untuk menghindari pencurian data dan identitas digital, serta menggunakan fitur report dan block untuk menghindari kejahatan digital,” jelasnya.
Dosen STAI Al Husain Magelang Dahlia menambahkan kaitan antara bijak berinternet dengan etika dan netiket berinternet. Etis dalam digital merupakan kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, dan menyesuaikan diri. Serta merasionalkan, mempertimbangkan dan mengembangkan tata kelola etika digital dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan netiket merupakan tata krama dalam menggunakan internet.
“Nilai etika berinternet itu meliputi kesadaran di mana dalam berinternet harus dilakukan secara sadar dan memiliki tujuan, bertanggung jawab dalam menerima konsekuensi dari aktivitas digital yang dilakukan, memiliki integritas atau nilai kejujuran, serta menyebarkan nilai kebaikan,” terang Dahlia.
Lantas, bagaimana etika internet yang baik? Dahlia menyebutkan, berinternet yang baik adalah mampu berinternet dengan cerdas, kreatif, dan produktif. Mencari referensi dari sumber terpercaya dan situasi resmi, menggunakan bahasa yang baik dan sopan saat berinteraksi, tidak mengunggah dan mendistribusikan informasi hoaks dan SARA.
“Selain hal itu, yang penting saat berinternet adalah etika posting foto anak di media sosial. Yakni dengan menutupi wajah anak, memposting hanya aktivitas dan karya anak, serta foto keluarga. Juga, menghindari upload foto anak tanpa busana karena kurang etis dan bisa memunculkan kejahatan pedofilia, mempertimbangkan perasaan anak dan tidak mencantumkan lokasi pengambilan foto untuk menghindari hal tak diinginkan,” tutupnya.
Selain kedua narasumber tersebut, hadir berbagi dalam diskusi adalah Sigit Widodo (ketua dewan pembina internet development institute), dan Gervando Jeorista Leleng (co-founder Localin). Acara hari ini dipandu oleh entertainer Rara Tanjung serta hadir sebagai key opinion leader adalah news anchor Shafinaz Nachiar.