Penggunaan media digital menjadi suatu keniscayaan dalam proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) di tengah pandemi Covid-19 saat ini. Hal penting yang harus disiapkan dalam menghadapi pembelajaran jarak jauh, salah satunya terkait kesiapan guru dalam penguasaan dan pemahaman literasi digital.
Penguasaan dunia digital oleh guru diharapkan mampu mencegah pengaruh negatif yang ada pada konten media sosial. Hal ini mengingat kedekatan anak-anak dengan media sosial, sehingga rentan terhadap pengaruh negatifnya. Selain itu, pemahaman literasi digital juga bisa mencegah terjadinya cyber bullying, phising atau penipuan di dunia digital.
Digital Enthusiast yang juga founder start up Resep Coffee, Burhan Abe mengatakan, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang sangat pesat menghasilkan berbagai platform digital yang dapat menunjang pembelajaran jarak jauh.
Sebut saja Google Classroom, Ruangguru, dan portal-portal e-learning yang dikembangkan lembaga pendidikan.
“Itu merupakan contoh learning management system yang sering digunakan,” kata Burhan dalam webinar literasi digital dengan tema ”Pentingnya Literasi Digital bagi Siswa dan Guru di Era Pandemi Covid-19”, yang digelar Kementerian Kominfo dan Debindo untuk warga Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jumat (6/8/2021).
Burhan mengungkapkan, ada pula aplikasi-aplikasi video conference, seperti Zoom, Google Meet, Visco Webex, dan lainnya. Kemudian juga WhatsApp dan Telegram sebagai platform chat, yang dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran online atau pembelajaran jarak jauh.
Burhan menyatakan, dalam proses pembelajaran jarak jauh ini terdapat pula hambatan dan tantangannya. Selain keterbatasan sarana pendukung seperti gadget dan internet, juga kurangnya kesiapan sumber daya manusia (SDM) yang melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Menurut Burhan, kesiapan SDM ini berkaitan dengan kemampuan pengajar dan pembelajar dalam menggunakan serta mengelola sistem teknologi.
Lebih lanjut Burhan mengatakan, kompetensi dan literasi dalam menggunakan komputer dan berselancar di internet adalah keterampilan dasar yang dibutuhkan baik untuk guru maupun siswa.
Sedangkan literasi teknologi informasi dan komunikasi, juga dipengaruhi oleh usia. Menurut survei, generasi muda lebih friendly dibandingkan generasi yang lebih tua. Keterampilan mahasiswa terhadap literasi media, misalnya sangat mumpuni. Mereka berpikir kritis terhadap sebuah konten, juga mampu mengenali dan mengerti keakuratan sebuah informasi.
”Gap generasi ini bisa menjadi penghambat kelancaran pelaksanaan pembelajan daring,” tegasnya.
Burhan mengungkapkan, literasi digital merupakan kecakapan penting yang dibutuhkan untuk beradaptasi di zaman yang serba modern serta untuk mengantisipasi penyebaran informasi negatif.
Adapun literasi digital, menurut jurnalis senior ini, secara sederhana dapat diartikan sebagai kecakapan memahami dan menggunakan informasi dari berbagai tipe format sumber-sumber informasi yang lebih luas dan mampu ditampilkan melalui perangkat komputer.
”Kemampuan literasi digital menjadikan seseorang mampu untuk berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Selain itu juga memecahkan masalah; berkomunikasi dengan lebih lancar; serta berkolaborasi dengan lebih banyak orang,” jelasnya.
Narasumber lainnya, Ketua LPPM UNU Yogyakarta, Muhammad Mustafid berpendapat, dalam pembelajaran jarak jauh juga diperlukan kolaborasi pemanfaatan platform. Sebut saja misalnya dengan memakai Google Drive, Google Box, serta Wikipedia
Ia juga menekankan mengenai pentingnya etika digital, yakni kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital atau netiquet dalam kehidupan sehari-hari.
Diskusi virtual yang diikuti hampir 600 peserta itu dipandu oleh moderator Triwi Dyatmoko, serta menghadirkan narasumber Evelyne Henny Lukitasari (Dosen dan Praktisi DKV Universitas Sahid Surakarta), Ali Rohmat (Dosen STAI Al Husain), dan Miss Tourism International 2019 Astari Vernideani selaku key opinion leader.