Kamis, Desember 19, 2024

Yuk, gapai karier digital dengan talenta Gunung Kidul

Must read

Sampai sepuluh atau lima tahun lalu kalau kita tanya kepada anak atau remaja kita, apa cita-citamu kelak? Biasanya akan dijawab: jadi dokter, polisi, tentara atau pegawai bank. Tapi seiring laju perkembangan era digital lima tahun belakangan, mimpi terkait cita-cita itu mulai bergeser seleranya.

“Banyak ragam pilihan cita-cita baru anak milenial. Mulai dari jadi desainer boneka, youtuber hingga content creator. Kemajuan teknologi dan membanjirnya informasi dunia lewat smartphone ke beragam usia memang mempengaruhi pola pikir dan ambisi karier atau pekerjaan apa yang hendak ditekuni anak-anak saat ini, baik di kota maupun di desa,” ujar Aidil Wicaksono, fasilitator dan konsultan digital dari Kaizen Room, saat mengawali webinar literasi digital dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang digelar Kementerian Kominfo dan Debindo untuk masyarakat Kabupaten Gunung Kidul, 23 Juni lalu.

Saat ini, lanjut Aidil, ada jalan terjal untuk menggapai cita-cita jutaan anak bangsa kita itu, utamanya karena sedang diuji dengan pandemi Covid-19. “Badai yang belum jelas kapan akan berakhir ini membuka fakta lapangan meledaknya angka pengangguran di seluruh Indonesia. Bahkan di seputar Jakarta pun angkanya sudah memprihatinkan. Lebih memprihatinkan lagi, 51,8 persen pengangguran Indonesia hanya berpendidikan SMU/SMK,” ujar Aidil, yang juga dosen Universitas Gunadarma itu.

Problem berat ini, menurut Aidil, sebenarnya bisa dicarikan jalan keluar. Yakni dengan mengembangkan mereka yang secara pendidikan kurang, tapi punya kemampuan atau skill digital yang bisa ditingkatkan kecakapannya. Mengajak mereka belajar otodidak secara digital, kapan saja dan di mana saja, tanpa harus di dalam kelas.

“Di era digital, skill itu bisa didapat dengan active learning, sehingga bisa menemukan problem solving dengan basis solusi teknologi digital. Ini jalan meraih sukses di era milenial saat ini dan ke masa depan. Bisa diraih oleh siapa saja yang tak lelah dan mau terus belajar,” ujar Aidil mengundang antusiasme ratusan peserta webinar lintas generasi dan profesi dari wilayah Gunung Kidul, yang mengusung tema menarik, “Trend Pekerjaan dan Usaha di Dunia Digital” itu.

Aidil Wicaksono tidak tampil sendirian membahas topik diskusi itu. Dipandu oleh moderator Putri Juniawan, hadir pembicara lain, yakni Dr. Riant Nugroho, dosen, pegiat literasi digital dan pakar kebijakan publik; Traheka Erdyas Bimanatya, dosen FEB UGM; Rika Iffati Farikha, founder dan tim redaksi Neswa.id; serta Hilsam Hidranto sebagai key opinion leader.

Meski secara daring, Riant Nugroho yang bernostalgia karena pernah studi di UGM, mengaku ingin berbagi kebaikan kepada peserta webinar. “Saya pengin andum becik, berbagi kebaikan, dengan membagikan pengalaman dan wawasan yang bisa ditiru dan jadi panduan mas dan mbak semua di Gunung Kidul. Melihat tren sekarang, dulur-dulur di Gunung Kidul mesti mengubah cara pandang, juga mindset. Dengan pegang ponsel, kita bisa tangkap pekerjaan dengan skill digital yang bisa kita pelajari dari sini tanpa mesti kuliah. Jadi jangan pernah minder,” kata Riant yang alumni Ilmu Komunikasi UGM itu.

Apa kuncinya? Perkuat kecakapan digital. Misalnya perdalam bidang programmer, yang membuat kita bisa mendesain produk beragam alat pertanian modern. Riant mencontohkan, ada anak muda di Jawa Barat yang bikin alat pemberi pakan ikan secara digital yang bisa kasih pakan pada waktu yang teratur dengan dosis tepat. “Itu wong ndeso yang bikin. Dia bisa, Anda semua pasti juga bisa. Jangan berpikir harus jadi pegawai atau tentara,” cetus Riant.

Riant sendiri, yang berasal dari sebuah desa di Malang, memilih jadi konsultan freelance di luar jadi dosen. Ia pernah dipercaya sebuah lembaga dunia menjadi konsultan secara freelance dibayar lebih gede dari dosen, bahkan dengan gaji dolar. “Intinya, jangan anggap remeh kerjaan konsultan freelance dengan modal pegang data, lalu amati media sosial secara specialist, dan itu bisa otodidak. Anda bisa belajar mulai sekarang,” tutur Riant.

Satu lagi profesi otodidak yang disarankan kepada para peserta webinar untuk ditiru dan dipelajari, lalu dijual ke dunia digital, yakni menjadi animator film.

“Jangan salah. Film Holywood ‘The Avengers’, beberapa animatornya adalah orang Indonesia. Ada Roni Gany dan Renald Tausandy,” ucap Riant.

So? Kata Riant, mari asah talenta lokal kita yang asli Gunung Kidul, anugerah Tuhan, dengan sentuhan teknologi digital. Kita gapai karier dan peluang pekerjaan modern tetap dengan menjadi wong Gunung Kidul dan tetap doyan nasi merah dan walang goreng yang nyamleng.

“Jadi, think and act globally, with digital technology. Bayare bisa jutaan dolar lho, ditransfer ke sini. Di sini kita tetap santap sate dan makan masakan khas Gunung Kidul lainnya yang uenak dan gurih,” pesan Riant Nugroho sembari tersenyum.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article