Kamis, Desember 19, 2024

Cakap, cerdas dan cermat bermedia sosial. Menjaga aliran positif ruang digital

Must read

Perkembangan teknologi yang pesat membawa kultur baru, yakni budaya digital. Segala aktivitas manusia beralih di ruang digital yang tidak memiliki sekat ruang dan waktu. Dari sini terlihat, untuk beradaptasi ke dunia digital memerlukan literasi digital agar dunia yang bebas dan baru memiliki aliran dan resonansi positif bagi seluruh penggunanya. 

Pemerintah pun kini tengah menanamkan nilai-nilai literasi digital yang meliputi digital skill, digital safety, digital ethics, dan digital culture melalui program yang diwujudkan dalam diskusi virtual. Program ini sekaligus untuk menyiapkan masyarakat menyongsong transformasi digital dan mengakselerasi kecakapan dalam menggunakan dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. 

Dalam diskusi virtual gelaran Kementerian Kominfo bertema “Sopan dan Beradab Berdigital di Masa Covid-19”, dosen President University Endi Haryono sebagai salah satu narasumber mengatakan, munculnya berbagai platform media sosial banyak memberikan manfaat. Media sosial, baik yang konvensional maupun digital, pada dasarnya memberikan ruang untuk berekspresi dan aktualisasi diri. Medsos juga menjadi media untuk mengembangkan profesi yang dimiliki atau mengembangkan bisnis. Juga menjadi tempat untuk promosi, kampanye, advokasi, dan yang paling sering dimanfaatkan adalah media sebagai sarana mencari hiburan. 

“Pada intinya, kalau teknologi dan media digital dimanfaatkan untuk hal yang positif dapat menyumbang kemajuan negara. Namun, peralihan media konvensional ke media digital itu memunculkan hal negatif juga. Di medsos banyak ditemukan kasus pencemaran nama baik, ujaran kebencian, dan banyaknya informasi hoaks yang tersebar,” ujar Endi kepada peserta diskusi untuk warga Kabupaten Boyolali, Jumat (6/8/2021).

Endi menyebutkan, untuk menekan hal negatif mengalir di ruang digital perlu kecakapan, kecerdasan, dan kecermatan dalam bermedsos. Cakap bermedsos, lanjut Endi, dapat dilakukan untuk mengaktualisasikan diri, membuat karya sendiri, dan ditekuni dengan konsisten. Juga, cakap menggunakan medsos untuk mengembangkan skill pribadi, salah satunya yang paling banyak diminati adalah mengembangkan kemampuan bahasa. Hal ini tentu dapat menjadi nilai lebih, bahkan dapat diaktualisasikan di dunia nyata. 

“Lalu, bermedia sosial yang cerdas, medsos sebagai tempat untuk menguatkan toleransi, silaturahmi dan berjejaring. Toleransi dalam bermedia itu penting karena di dunia digital semua orang dengan segala perbedaan ada di sana. Artinya, mereka sekaligus bisa menjadi ladang dalam meluaskan jejaring,” imbuhnya. 

Terakhir adalah cermat dalam bermedsos. Yakni, bagaimana dalam bermedsos harus punya sensor pribadi, apa yang layak dan tidak layak dilakukan. Cermat dengan menerapkan etika saat berinteraksi di ruang digital dan menyadari bahwa aktivitas di internet itu juga ada hukum yang mengaturnya. 

“Intinya, bagaimana media sosial harus digunakan dengan baik. Kenapa? Karena faktanya hampir separuh waktu kita digunakan di dunia digital. Maka, apa yang sudah baik itu bisa kita jaga dan lanjutkan untuk menjadi lebih maju di masa depan,” tutupnya. 

Dosen UIN Purwokerto Anggityas Serinasih menambahkan, selain manfaat yang ada di dunia digital, warganet juga harus memahami keamanan yang mesti dijaga. Digital safety menjadi sabuk yang memastikan penggunaan media digital itu aman dan nyaman, baik secara daring maupun luring. Sebab, kejahatan yang ada di dunia digital itu memiliki efek yang nyata.  

Pandemi Covid-19 dan penggunaan internet yang masif rupanya menghadirkan tsunami informasi yang di dalamnya terdapat berita, informasi, atau konten hoaks. Dan di masa pandemi, informasi hoaks tentang Covid-19 banyak sekali ditemukan kasusnya. Bahkan, medsos menjadi platform penyebaran hoaks secara masif. 

“Melihat data hoaks yang luar biasa itu, mari kita bijak bermedia sosial agar jejak digital kita baik dan bersifat positif. Kenapa, sekali kita menyebarkan konten hoaks itu akan tetap tersimpan dan menjadi salah satu jejak digital,” Anggi menambahkan. 

Jejak digital adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas yang kita lakukan di internet. Ia bisa berupa unggahan foto dan video, riwayat pencarian, tulisan di blog, takarir, riwayat komunikasi video call dan telepon. Serta yang paling riskan adalah saat berkomentar, jika tidak cerdas dan cermat komentar di medsos bisa menjadi bumerang. 

“Jejak digital harus dibuat sebaik mungkin, karena faktanya banyak penyalahgunaan jejak digital untuk publikasi info pribadi yang mengarah pada penindasan atau pelecehan daring. Bisa juga disalahgunakan untuk serangan manipulasi psikologis. Jejak digital harus dijaga, karena di era digital medsos kita bisa menjadi bahan pertimbangan orang lain ketika melamar pekerjaan atau kegiatan lainnya,” lanjut Anggi.

Jadi? Gunakanlah media sosial untuk hal positif, karena jarimu adalah harimaumu dan jejak digital tidak bisa hilang meskipun telah dihapus.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article