Profil: Prof. Maximus Gorky Sembiring
Pandemi datang tanpa pernah terduga, kapan berakhir pun tak ada yang tahu pula. Sistem pendidikan siap tidak siap harus mengubah cara pembelajaran dari yang biasa tatap muka, terpaksa menjadi tatap maya lewat jaringan. Banyak pihak panik karena pembelajaran daring seyogyanya bukan semata memindahkan materi dalam kelas secara luring alias luar jaringan menjadi daring atau dalam jaringan.
Sebagai pemerhati pendidikan, Prof. Maximus Gorky Sembiring yang juga salah satu staff pengajar di Universitas Terbuka merasa terpanggil memikirkan ide segar dalam sistem pembelajaran daring yang saat ini menjadi pilihan utama. Pemikiran ini demi melengkapi kompetensi pedagogik karena yang sudah ada selama inipun tak lagi memadai akibat perubahan situasi sebagai dampak dari pandemi.
“Pendekatan baru ini saya beri nama Maxiagogi. Sarat akan hal-hal yang kiranya bisa membantu para guru/dosen beserta siswa/mahasiswa memasuki pembelajaran daring yang tampaknya akan terus menjadi bagian integral dalam sistem pendidikan saat ini. Bahkan hingga di waktu mendatang karena perubahan situasi secara tak terduga,” ungkap Prof. Gorky dalam peluncuran buku barunya bertajuk: Pedagogik Transformatif Pembelajaran Daring – Menyiasati Situasi Pandemibertepatan dengan Dies Natalis Universitas Terbuka 4 September.
Maxiagogi yang merupakan rancangan Prof. Gorky ini merupakan upaya alternatif dan transformatif melengkapi pembelajaran daring agar pas dengan kondisi siswa. Sebutlah sebagai pengembangan evolutif dari pedagogi, andragogi dan heutagogi yang sudah ada sebelumnya.
“Maxiagogi ini pembelajaran alternatif yang memanfaatkan unsur seni, sains dan ketrampilan mengelola proses pembelajaran dengan memanfaatkan sumber belajar yang tersebar dan terkoneksi dengan bantuan teknologi yang pas. Jadi menyiapkan sumber daya insani yang cerdas, berkarakter dan mandiri di era digital secara fungsional dan berkelanjutan,” tambah Prof. Gorky lagi.
Diharapkan Maxiagogi akan menjadi pendekatan transformatif menjembatani kesenjangan yang dirasakan juga dialami siswa, guru dan orang tua sebagai dampak dari pembelajaran daring. Semoga buku ini nantinya bisa membantu dalam mengatasi segala permasalah dalam sistem pendidikan Indonesia saat ini. (IS)