Kamis, Desember 26, 2024

Strategi 4C siapkan generasi digital hadapi abad 21

Must read

Kebutuhan tenaga kerja pada masa mendatang tentu sudah berbeda dengan zaman dulu yang masih serba manual. Memasuki revolusi industri 4.0 atau era digital yang tetek bengek urusan manusianya dari mulai belanja, pendidikan, makan-minum, transportasi, sampai pelayanan publik, terus perlahan bergeser dari pola konvensional menjadi serba digital dan terkomputerisasi.

“Untuk menyiapkan generasi yang siap dengan perubahan digital itu, pendidikan anak penting dikenalkan dengan konsep 4C agar memiliki keterampilan yang dicari di abad 21,” kata Head of Operation PT Cipta Manusia Indonesia Rizqika Alya Anwar saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema “Pendidikan Bermutu untuk Generasi Anak Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Jumat (3/9/2021).

Dalam webinar yang diikuti 307 peserta itu, Rizqika menjelaskan konsep 4C yang dimaksud. Yakni, kependekan dari critical, creative, collaboration dan communication. Critical, dalam artian critical thinking yakni berpikiran kritis dan memiliki kemampuan meliputi identifikasi, observasi, serta evaluasi atas suatu persoalan. Kemudian terkait creativity, Rizqika mengatakan, ini merupakan kreativitas dalam berinovasi dan berani mengeksekusi ide yang dimiliki.

Sedangkan soal collaboration, kata Rizqika, meliputi soal leadership dan entrepreneurship. Sementara communication, menyangkut soal etos kerja dalam kemampuan berkomunikasi secara bijak menghadapi persoalan. “Di era digital ini, perlu bagi kita membangun kredibilitas, dalam arti memanfaatkan ruang digit untuk menciptakan citra diri dan jati diri,” jelas Rizqika.

Abad 21 merupakan abad dengan kompetisi sangat ketat dan pengguna perlu meningkatkan reputasi diri, disiplin dan konsistensi baik kata, tindakan, juga perbuatan. “Bangunlah kredibilitas diri yang genuine atau asli,” kata Rizqika. Ini merujuk pada sikap yang dapat dipercaya, tidak berpura-pura, menghormati pendapat orang lain, serta berpendapat menggunakan data, juga berusaha dikenali bukan mengenali.

“Mengutip filsuf Cina Confusius, manusia hidup dua kali. Kehidupan kedua itu dimulai saat manusia sadar bahwa hidupnya hanya satu kali. Jadi, senantiasa berusahalah mencapai kompetensi yang sesuai zaman,” ujarnya.

Narasumber webinar lainnya, Staf Ahli DPD RI Sudarman mengatakan, transformasi digital abad 21 yang sangat pesat ini perlu dibarengi dengan pendalaman literasi digital di semua lapisan masyarakat. ”Literasi kedalaman pengetahuan terhadap subjek ilmu pengetahuan, misalnya bagaimana memanfaatkan teknologi digital dan internet secara optimal untuk menambah wawasan pengetahuan,” kata Sudarman.

Sudarman mengungkap perlunya memperdalam minat dan hobi-hobi positif yang harapannya dapat berujung pada proses penciptaan kreativitas dan pengetahuan baru.

Dipandu oleh moderator Dimas Satria, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber lain yakni Peneliti MAP UGM Nanik Lestari, Redaktur Langgar.co Abdul Rohim, serta Aprilia Ariesta selaku key opinion leader.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article