Berita bohong atau kabar palsu atau informasi hoaks seakan tak ada habisnya menyerbu berbabagi lini ruang digital dan merasuki berbagai platform media sosial. Head of Operation PT Cipta Manusia Indonesia Rizqika Alya Anwar menuturkan, dampak dari penyebaran hoaks sangat serius sehingga harus terus digelorakan perlawanan terhadapnya dan melibatkan berbagai pihak.
”Hoaks tak hanya memicu perpecahan, tapi juga memicu ketakutan, menjatuhkan reputasi, membuat fakta menjadi sulit dipercaya, bahkan sampai menyebabkan jatuhnya korban jiwa,” kata Rizqika saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema “Menjadi Netizen Pejuang, Bersama Lawan Hoaks” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Kamis (2/9/2021).
Dalam webinar yang diikuti 542 peserta itu, Rizqika mengajak warganet untuk aktif membantu mulai memerangi hoaks dan penipuan online. Bisa dimulai dari WhatsApp Grup keluarga dengan biasakan selalu cek dan ricek berbagai link yang dikirimkan.
”Cermati link itu. Jika tidak menggunakan tanda gembok atau bukan https dan menggunakan URL yang aneh, pastikan itu hoaks dan berikan bukti double check dari sumber yang terpercayanya. Namun ingat, untuk mengingatkan kerabat atau keluarga atau teman soal hoaks ini, tetap gunakan bahasa yang santun, tanpa menggurui,” ujar Rizqika.
Rizqika menambahkan, sebenarnya ada sejumlah langkah praktis untuk membedakan sumber informasi yang sah dan meragukan. ”Kita cukup bertanya pada diri sendiri, empat pertanyaan dasar untuk mengenali informasi itu hoaks atau tidak,” kata dia.
Empat pertanyaan itu, pertama, di mana konten itu dipublikasikan; kedua siapa yang membuatnya; ketiga, apa sudut pandangnya, dan keempat kapan tanggal publikasinya. ”Menghindari hoaks juga bisa dilakukan dengan mengakses cekfakta.com, atau [email protected],” imbuh Rizqika.
Menurut Rizqika, kampanye anti hoaks bisa diringkas dalam satu kata ”STOP”, kepanjangannya: (S)ee atau kenali hoaks, (T)alk atau diskusikan, (O)bserve atau amati dan (P)revent atau cegah. ”Sebarkan informasi yang bermanfaat dan inspiratif saja. Mulailah dengan ikut melakukan Siskamling Digital, serta pelajari literasi digital agar semakin bijak bermedia sosial,” kata Rizqika.
Melawan hoaks bisa juga dilakukan dengan menetapkan aturan bermain media sosial lewat kontrol diri dengan baik. Atau, dengan mengganti platform yang lebih positif. ”Ingat juga, stop stalking medsos dan stop menjadikan media sosial sebagai pelarian. Jangan lupakan dunia nyata, lalu cobalah sehari tanpa media sosial,” jelasnya.
Narasumber lain dalam webinar kali ini: Fasilitator Gerakan Literasi Jateng Joko Priyono mengatakan, kebohongan dalam dunia digital seringkali disajikan dengan sensasional dan kontroversial. ”Sensasi dan kontroversi tersebut kemudian menjadi mangsa atas keberadaan kepentingan politik. Hoaks pun seringkali berjalan karena desain kelompok tertentu,” jelasnya.
Dimoderatori Harry Perdana, webinar ini juga menghadirkan narasumber lain seperti Cokorde Istri Dian Laksmi dosen Universitas Ngurah Rai, Videografer Abdul Karim serta Kaniya Sastrawijaya selaku key opinion leader.