Senin, November 25, 2024

Ketika budaya tradisional bertemu dengan kemajuan teknologi digital

Must read

Editor dan penulis jurnal Siti Aminataz Zuhriyah memaknai budaya tradisional sebagai suatu kebiasaan mengenai sebuah tradisi adat istiadat yang sudah berkembang dan sukar diubah. Dalam konteks budaya, ruang lingkupnya dikenal memiliki aspek yang luas. Budaya mencerminkan cara hidup suatu masyarakat tertentu dengan karakteristik berbeda.

Setiap suku bangsa memiliki ciri atau karakter tersendiri, dalam aspek sosial atau budaya. Setiap daerah di Indonesia memiliki kebudayaan yang khas. Keragaman budaya tersebut dapat diketahui melalui bentuk-bentuk pakaian adat, rumah adat, tarian daerah, lagu daerah, upacara adat, dan lainnya.

”Ciri-ciri budaya tradisional adalah dapat dimiliki bersama, berbasis simbol, bersifat adaptif, serta dapat dipelajari dan diwariskan,” katanya saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema ”Pertemuan Budaya Tradisional dengan Kemajuan Teknologi Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Kamis (2/9/2021).

Sedangkan ciri kemajuan teknologi, lanjut Siti Aminataz, yakni kemudahan dalam berkomunikasi, mudah dalam berbelanja tanpa ribet, transaksi tanpa dompet, praktis saat traveling (traveloka, agoda, tiket.com, aladin, pegi-pegi, booking.com), serta sarana informatif.

Dengan adanya budaya yang berkembang di era digitalisasi, menurut Siti, maka akan sangat mempengaruhi nilai-nilai kebudayaan asli bangsa. Di antaranya, pudarnya nilai-nilai budaya bangsa, hilangnya sopan santun dalam bermedia, meningkatnya ujaran kebencian, dan banyaknya diskriminasi.

”Untuk itu, penting meningkatkan kecakapan digital (digital skills) para pengguna digital di Indonesia. Caranya, bisa dengan mengurangi hoaks dan penipuan di ruang digital, ujaran kebencian, pahami yang paling disukai saja, tak perlu paham banyak hal,” sebut Siti Aminataz di depan 250-an partisipan webinar.

Pertemuan budaya tradisional dengan kemajuan teknologi digital, imbuh Siti, bagi penulis maka akan melahirkan tulisan tentang sejarah tradisi masyarakat sekitar misalnya. ”Desainer akan membuat desain etnik, kreator konten memperkenalkan obyek wisata lokal, memperkenalkan kuliner khas via blog, vlog, podcast, seniman lukis dan film membuat karya-karya tradisi budaya lokal untuk diperkenalkan ke seluruh dunia dengan memanfaatkan teknologi digital,” pungkasnya.

Berikutnya, peneliti sekaligus antropolog anggota Asosiasi Antropolog Indonesia (AAI) M. Nur Arifin menyatakan, pertemuan budaya tradisional dengan kemajuan teknologi umumnya oleh para ahli disebut dengan istilah peradaban (baru). Hal itu seperti kata peradaban (civilization) yang bermakna penduduk atau sekelompok masyarakat yang memiliki kemajuan dan lebih baik.

”Peradaban adalah kebudayaan yang telah mencapai taraf perkembangan teknologi yang sudah lebih tinggi,” jelas Nur Arifin.

Adapun ciri-ciri peradaban, menurut Nur Arifin, secara moral adalah nilai-nilai yang berhubungan dengan kesusilaan dalam masyarakat. Secara norma, peradaban yakni aturan, ukuran, atau pedoman untuk menentukan benar, salah, baik, dan buruk sesuatu.

”Dalam peradaban juga ada etika yang merupakan nilai-nilai norma moral atau sopan santun dalam mengatur tingkah laku manusia. Kemudian juga estetika atau keindahan yang mencakup kesatuan (unity), keselarasan (balance), dan kebaikan dalam segala sesuatu,” urai Nur Arifin.

Webinar yang dipandu moderator Zacky Ahmad itu, juga menghadirkan narasumber Rahmat Afian Pranowo (fasilitator nasional), Evelyne Henny Lukitasari (dosen DKV Universitas Sahid Surakarta), dan kreator konten Astari Vern selaku key opinion leader.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article