Selasa, November 26, 2024

Dari web developer hingga toko online, karier baru dunia digital

Must read

Meski di banyak kota dilaporkan mulai meredup serangannya, tapi badai Covid-19 telanjur berdampak parah. Kondisi perekonomian remuk dan meninggalkan problem pengangguran yang serius. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Juli s.d. September 2020, seperti dipaparkan dosen D3 Manajemen UII Yoyakarta Maisaroh, menyebutkan pertambahan angka pengangguran sudah tembus 2,6 juta orang

”Selain itu, jumlah perusahaan yang terdaftar di BPS, yang terpaksa mem-PHK karyawan sudah mencapai 11,8 persen dari seluruh perusahaan,” ungkap Maisaroh, saat tampil dalam webinar literasi digital mengusung tema ”Trend Pekerjaan dan Usaha di Dunia Digital”, yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Bantul, 30 Juni lalu.

Masih mengutip data BPS periode sama Juli-September 2020, angka lowongan kerja yang diiklankan di beragam media juga mengalami penurunan drastis. ”Dari semula 34,46 ribu iklan lowongan kerja se-Indonesia, turun menjadi hanya 11,42 ribu iklan lowongan. Artinya terjadi penurunan parah lowongan kerja di berbagai perusahaan,” papar Maisaroh.

Meski demikian, dalam riset World Economic Forum (WEF) pada periode 2020, PHK sejatinya merupakan pilihan terakhir yang diambil banyak perusahaan di Indonesia untuk bertahan dari pandemi. Ada beberapa pilihan solusi bertahan yang diambil banyak perusahaan untuk survive dari pandemi yang dicatat dalam riset WEF.

”Di antaranya adalah skenario work from home (WFH) 91%, digitalisasi 75%, kurangi karyawan 41,7%, pelatihan upskilling dan reskilling 41%. Tapi memang, digitalisasi merupakan arah efisiensi jangka panjang untuk survival banyak perusahaan,” cerita rinci Maisaroh dalam webinar yang diikuti ratusan peserta lintas generasi dan profesi dari berbagai penjuru Kabupaten Bantul dengan penuh antusias.

Dipandu oleh moderator Ayu Perwari, Maisaroh hari itu tampil bersama tiga pembicara lain: Khelmy Pribadi (Project Koordinator Knowledge Hub (K-HUB), Oka Aditya (research analist), dan Sumadji Zamroni dari Literasi Indonesia yang juga Dewan Nasional Fitra. Hadir pula Niya Kurniawan, blogger dan founder @nityfluencer, yang tampil sebagai key opinion leader.

Mengutip catatan Khelmy Pribadi, meski dunia usaha konvensional kondisinya remuk redam, namun bisnis digital mengalami pertumbuhan yang menggembirakan. Kecuali dunia e-commerce yang memerlukan mobil fisik, khususnya traveler dalam beragam pilihan yang meredup pemasukannya selama PPKM, di bidang bisnis digital yang dilakukan secara online di banyak e-commerce justru tumbuh berkembang.

”Begitu juga, banyak start up baru di bidang food and beverages, fesyen dan beragam kerajinan yang dikonsumsi kaum muda seperti sepatu, tas dan ragam industri yang menjual hobi anak muda, terus tumbuh dan tetap menjanjikan di masa pandemi,” cerita Khelmy.

Narasumber lain, Sumadji, juga mewartakan banyaknya ragam produk berbasis tanaman endemik Indonesia yang secara online kini diburu banyak pengusaha minyak herbal yang lagi viral di Timur Tengah dan Eropa. Kata Sumadji, bahan baku minyak herbal yang dicari adalah tanaman nyamplung, yang mestinya banyak terdapat di Bantul, meski belum tampak ada yang serius menanam dan menjadikannya kebun.

”Nah, lewat pasar digital, tanaman ini dipasarkan secara eksklusif karena pasokannya langka dan banyak dicari. Kalau banyak orang Bantul mau menanam dan mengebunkan nyamplung secara serius, ini akan menjadi tanaman yang dicari pasar dunia. Kecakapan digital harus dikuasai untuk memasarkan tanaman ini, agar bisa mendapat harga dan order terbaik dan kesinambungan,” ujar Sumadji serius dan berharap pada para peserta.

Tak hanya itu. Sumadji juga beroleh info, belakangan banyak perusahaan Amerika dan Eropa yang mau membangun branding baru untuk pasar Indonesia dari produk-produk mereka. Mereka serius sedang mencari kreator-kreator konten yang bisa membuatkan konten promosi produk mereka dalam bahasa Indonesia dengan narasi dan video menarik.

”Mereka tidak ingin meng-hire biro iklan, karena mahal. Mereka senang bekerja kolaboratif dengan kreator konten muda yang relatif lebih hemat dan bisa diajak berdiskusi dan terlibat lebih jauh. Monggo, ditangkap saja peluang ini, tentu dengan mengontak mereka di dunia maya,” pesan Sumadji.

Kalau bahasa masih jadi kendala, Maisaroh menimpali, harus segera dipelajari cepat. Ia lalu membocorkan peluang digital lain. Kata Maisaroh, banyak mahasiswanya yang kewalahan menerima order menjadi web developer bagi beberapa UMKM lokal yang mau ’go digital’, bisa dalam bahasa Indonesia maupun bahasa asing: Inggris dan Mandarin, dua pasar yang ramai, sebulan bisa sepuluh order.

”Mereka mulai kewalahan dan banyak merekrut kawan. Ini pertanda bisnis tersebut juga berkembang dan mestinya tak bisa jadi sambilan. Memang, digitalisasi pasar beragam usaha bagi yang pandai dan lincah menangkap peluang sedang berkembang dan menantang. Monggo rame-rame ditangkap peluangnya,” pesan Maisaroh, sumringah.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article