Perpustakaan membangun wawasan pengetahuan melalui perkembangan informasi. Kini telah banyak dijumpai perpustakaan yang koleksi bukunya sebagian besar dalam bentuk atau format digital dan bisa diakses dengan gawai maupun komputer. Jenis perpustakaan ini berbeda dengan jenis perpustakaan konvensional yang menyediakan koleksi buku cetak, film mikro ataupun kumpulan kaset audio, video, dan lainnya.
Isi dari perpustakaan digital berada dalam suatu komputer server yang bisa ditempatkan secara lokal maupun di lokasi yang jauh, namun dapat diakses dengan cepat dan mudah lewat jaringan. Dosen Universitas PGRI Yogyakarta, Iis Lathifah Nuryanto mengatakan, perpustakaan digital bertugas menghimpun dan menyediakan informasi dalam bentuk elektronik. Selain itu juga bertransformasi dalam mengorganisir informasi yang memadai dengan memperhatikan teknologi informasi.
”Perpustakaan digital berperan dalam mendesiminasikan koleksi digitalnya yang dapat diakses oleh masyarakat atau pengguna secara tepat, cepat, akurat dan mudah,” katanya dalam webinar literasi digital bertema ”Mudah Membaca dengan Perpustakaan Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk warga Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (16/9/2021).
Iis mengungkapkan, perpustakaan digital juga berperan dalam melakukan pelestarian koleksi digital untuk menyelamatkan nilai-nilai informasi yang diharapkan. ”Perpustakaan digital memiliki peran dalam menerapkan regulasi hak akses kepada masyarakat, sehingga terhindar dari etika informasi, masalah hak cipta, dan plagiarisme,” tuturnya.
Iis juga menyebut tingkat literasi warga Indonesia sendiri yang masih rendah. Hal ini diketahui berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis Organization for Economic Co-operation and Development (OEDC)) pada 2019.
”Dalam survei itu, Indonesia menempati ranking ke-62 dari 70 negara berkaitan dengan tingkat literasi atau berada 10 negara terbawah yang memiliki literasi rendah,” ujar Iis kepada lebih dari 200 partisipan webinar.
Menurut Iis, perlu adanya upaya menumbuhkan minat baca sejak dini. Beberapa hal yang bisa dilakukan, yakni saat bayi sudah lahir, biasakan untuk membaca buku di dekat mereka. Kemudian saat anak sudah mulai ada ketertarikan pada buku, maka orangtua harus meluangkan waktunya untuk membacakan buku setiap hari.
”Ketika anak sudah mulai bisa membaca, orangtua sebaiknya selalu menjaga agar ketertarikannya pada buku tetap terjaga dan tidak pudar. Perpustakaan adalah dunia dalam bentuk yang kecil, maka jelajahilah,” kata Iis.
Narasumber lainnya, dosen Ilmu Komunikasi UMS Yudha Wirawanda mengatakan, di era perkembangan teknologi dewasa ini, pengguna harus mengetahui dan memahami internet. Baik itu perangkatnya maupun jaringan dan koneksinya. Menurut Yudha, pengguna pun harus memperhatikan kesesuaian perangkat yang digunakan untuk menunjang kebutuhannya.
Selain itu, juga memilih jaringan yang aman atau aplikasi yang terjamin keamanannya agar terhindar dari kejahatan dunia siber. Yudha menyebut, ada beberapa aplikasi perpustakaan digital yang bisa diakses oleh pengguna untuk memperoleh informasi atau menambah pengetahuan. Seperti misalnya Ipunas, lalu world digital library, ijakarta dan juga eperpusdikbud.
”Optimalkan aplikasi yang ada. Kenali dan pahami fiturnya agar bisa memaksimalkan akses. Pahami fitur yang tersedia dalam aplikasi yang digunakan untuk mendapatkan informasi positif,” tambah Yudha.
Dimoderatori Amel Sannie, diskusi virtual ini juga menghadirkan narasumber: Y.B. Margantoro (wartawan senior), M. Hadi Pranoto (Pustakawan Ahli Muda DPAD Daerah Istimewa Yogyakarta), dan finalis Indonesian Idol 2018 Top 12 Mona Larisa, selaku key opinion leader.