Ketua Bidang Kerja sama dan Hubungan Antar Lembaga Ikatan Guru Indonesia (IGI) Jawa Tengah Mujapar mengungkapkan, kondisi pandemi akibat sebaran virus Corona 1,5 tahun terakhir memaksa para pemangku kebijakan di bidang pendidikan menyesuaikan diri dalam melaksanakan proses pembelajaran tatap muka menjadi jarak jauh.
Kebijakan-kebijakan yang muncul dalam pembelajaran jarak jauh itu pun turut mempengaruhi peran sekolah, guru, orangtua dan para siswa sendiri. “Dengan perubahan pembelajaran itu, kendala-kendala masih dihadapi seputar pembelajaran jarak jauh dan butuh perhatian serius berbagai pihak,” kata Mujapar saat menjadi pembicara dalam webinar literasi digital bertema “Peran Orangtua dalam Memberikan Pengajaran Internet Sehat untuk Anak” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, Kamis (16/9/2021).
Dalam webinar yang diikuti 549 peserta itu, Mujapar mengatakan, salah satu kendala yang dihadapi dalam pembelajaran jarak jauh, misalnya yang dihadapi sekolah, terkait fasilitasnya yang mayoritas masih paper based belum online based. Untuk mengubah fasilitas ini tentu butuh biaya tidak sedikit, khususnya bagi sekolah-sekolah swasta. Terlebih di masa pandemi ini, para orangtua siswa juga tak sedikit yang terdampak ekonominya.
“Sedangkan bagi guru, kendala yang umumnya dihadapi sampai saat ini, yakni belum semuanya siap dengan metode dan materi digital yang menjadi pokok pembelajaran jarak jauh,” ujar Mujapar, yang juga seorang kepala sekolah itu.
Guru sebagai tumpuan penyampaian materi, lanjut Mujapar, belum seluruhnya memiliki kemampuan dalam penggunaan teknologi informasi saat mengajar, alias masih gaptek, gagap teknologi. Padahal semestinya guru bisa mengemas materi pembelajaran yang user friendly bagi siswa agar dapat diakses peserta didik. Tidak sekadar memberi buku untuk dibaca, atau memberikan tugas lalu menilainya. Sebab, dalam jangka panjang, peserta didik mengalami kejenuhan akibat tidak mendapat pengalaman seperti dalam kelas.
”Akhirnya, karena keterbatasan itu, dampaknya kepada siswa yang capaian belajarnya menjadi rendah. Sebab, di sisi lain, orangtua siswa mungkin juga tidak bisa banyak membantu mengajar akibat kesibukan atau persoalan lain,” urai Mujapar.
Mujapar melanjutkan, di masa pandemi Covid-19 ini, 188 negara telah menutup sekolah. Memang tidak ada alternatif lain selain belajar dari rumah melalui pembelajaran jarak jauh. Kondisi itu, membuat pengguna internet meningkat. Pengguna internet, berdasarkan tingkat pendidikannya, SD ada sebanyak 25,10 persen, SMP 48,53 persen, SMA 70,54 persen, S1 79,23 persen, S2 dan S3 88 persen.
Narasumber lain dalam webinar ini, Tim Pengembang Konten Pendidikan Dinas P dan K Jateng Joko Susilo menambahkan, orangtua tentu berperan besar dalam menyukseskan pembelajaran jarak jauh. Bukan semata membantu secara materi, melainkan yang utama melindungi anak agar aman dalam proses pembelajarannya dan mewaspadai penggunaan gadget secara berlebihan.
“Orangtua bisa membantu, misalnya, mengendalikan akses gadget yang dipakai anak,” kata dia. Joko mencontohkan aplikasi Google Play yang menyediakan fitur panduan orangtua pada aplikasinya. Karena itu, Joko menyarankan setiap orangtua yang memberikan anaknya gawai atau akses terhadap gawai yang menggunakan sistem operasi Android perlu panduan ini.
Webinar yang dipandu oleh moderator Malfin Rizqy ini juga menghadirkan narasumber dosen Universitas Udayana Bali Ni Made Ras Amanda, dosen UGM Erfan Ariyaputra, serta Tya Yuwono selaku key opinion leader.