Pendidikan yang bermutu menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata, serta meningkatkan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua. Sementara, generasi anak digital mengandalkan proses pembelajaran melalui e-learning yang berciri dapat diakses dengan mudah, biaya lebih terjangkau, waktu belajar fleksibel, dan wawasan lebih luas.
”Tantangan e-learning yakni, keterbatasan akses internet, berkurangnya interaksi dengan pengajar, pemahaman terhadap materi tergantung kemampuan pengguna perangkat, maupun minimnya pengawasan belajar,” ujar peneliti Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Nanik Lestari, saat menjadi narasumber pada webinar literasi digital bertema ”Pendidikan Bermutu untuk Generasi Anak Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, jumat (17/9/2021).
Nanik mengatakan, pendidikan bermutu generasi anak digital mesti terampil menggunakan mesin pencari (search engine) untuk mencari materi pembelajaran. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses pencarian, pastikan kebutuhannya, baca kesesuaian link konten, kritis terhadap informasi yang kita cari dan kita terima, penting cermat dn kritis terhadap informasi, pastikan link atau website benar dan terpercaya, dan komparasikan dengan sumber-sumber berita yang valid.
Pilar penting dalam mewujudkan pendidikan bermutu, lanjut Nanik, yakni dengan selalu mengamankan data pribadi yang berupa privasi indentitas digital, selektif dan cermat dalam memanfaatkan aplikasi dan fitur digital, proteksi sandi secara rahasia dan berkala, dan selalu memeriksa keamanan identitas digital pribadi.
”Untuk kemanan data, membaca adalah langkah pertama dan utama untuk menunjang keamanan data. Dan berinternet sehat berarti selalu sadar kapan waktunya menggunakan maupun berhenti bermedia digital, bijaksana saat online, berpikir sebelum posting, saring sebelum sharing,” jelas Nanik.
Narasumber lain dalam webinar ini, dosen Universitas Lancang Kuning Pakanbaru Khuriyatul Husna mengatakan, generasi muda kini merupakan generasi yang tumbuh dan berkembang di tengah maraknya kemajuan teknologi digital. ”Anak-anak generasi masa kini merupakan generasi ’digital native’, yaitu mereka yang sudah mengenal media elektronik dan digital sejak lahir,” kata Khuriyatul.
Menurut Khuriyatul, kini hampir tidak mungkin memisahkan anak-anak dari telepon pintar karena melalui perangkat tersebut mereka terhubung dengan informasi, hiburan, teman, keluarga, dan praktis tidak bisa hidup tanpa hal itu. Anak-anak bahkan membawa telepon saat ke toilet dan tidur dengan telepon di bawah bantal mereka.
”Di dunia, sebagian besar aktivitas online anak-anak adalah bermain game, menonton film (video) YouTube, berkomunikasi melalui jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, dan Instagram, serta chatting melalui WhatsApp dan Viber,” sebut Nanik Lestari.
Dengan kondisi seperti itu, menurut Nanik, maka mewujudkan pendidikan bermutu khususnya melalui pembelajaran jarak jauh (PJJ) sangat bergantung pada interaksi antara guru, siswa, dan orangtua dalam mengenali dan memahami keberadaan internet, kebutuhan, tanggung jawab dan konsekuensinya. ”Karena media internet memiliki potensi informasi yang dapat memanipulasi penggunanya,” tandas Nanik.
Nanik Lestari berharap, agar pendidik maupun orangtua mampu menanamkan kepada anak untuk selalu melakukan kebaikan di internet seperti, mengakses hal yang baik dan bermanfaat, menghormati privasi orang lain, dan berkomentar dengan bahasa yang sopan.
”Larang mereka berbuat buruk dengan menyebar berita hoaks, cyberbullying, maupun plagiarisme,” pungkas Nanik.
Dipandu moderator presenter TV Githa Nila Maharkesri, webinar kali ini menghadirkan narasumber Iqbal Aji Daryono (Penulis dan Kolumnis), Zain Handoko (Pengajar Pesantren Aswaja Nusantara), dan Maria Harfanti (Miss Indonesia 2015) selaku key opinion leader.