Kamis, November 7, 2024

Demokrasi digital mewujudkan kesantunan di dunia maya

Must read

Asas demokrasi sudah menjadi bagian tak terpisahkan bagi masyarakat Indonesia saat ini. Baik di kehidupan dunia nyata maupun dunia maya, asas demokrasi itu nyaris tak ada bedanya.

Yang membedakan hanyalah ruang lingkup pelaksanaanya. Misalnya demokrasi di tengah masyarakat artinya soal pelaksanaan hak dan kewajiban individu, ikut berpartisipasi dalam menjaga keamanan dan ketertiban, gotong royong bersama dengan seluruh warga, memutuskan sesuatu dengan musyawarah mufakat.

Sedangkan dalam lingkup kenegaraan, contoh demokrasi adalah pelaksanaan pemilu presiden setiap lima tahun sekali, pemimpin yang menjalankan tugas sesuai dengan amanat, pemimpin mendengarkan aspirasi masyarakat.

”Menyoal pentingnya demokrasi digital, ini merupakan suatu praktik maupun upaya mewujudkan demokrasi dunia nyata itu dengan mendayagunakan perangkat media ataupun teknologi,” ujar dosen Universitas Sahid Surakarta Farid Fitriyadi saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema “Berdemokrasi yang Santun di Dunia Digital ” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Jumat (24/9/2021).

Dalam webinar yang diikuti 200 lebih peserta itu, Farid menuturkan demokrasi digital perlu ditanamkan karena literasi digital Indonesia saat ini menempati peringkat 56 dari 63 negara berdasarkan survei Global World Digital Competitiveness Index. Sedangkan survei digital civility index yang dilansir Microsoft, Indonesia ranking 29 dari 32 negara dan menempatkan Indonesia negara paling tidak sopan di Asia Tenggara.

 “Demokrasi digital itu sebagai salah satu jalan menuju kesantunan digital,” ujarnya. Santun di era digital, ujar Farid, dapat dilakukan dengan beberapa langkah.

“Belajarlah menyibukkan diri dengan hal positif saat berada di ruang digital,” ujarnya. Selain itu, Farid menyarankan pengguna benar-benar memegang prinsip think before posting atau comment. “Pastikan hanya upload konten positif atau bernilai, sembari upayakan filter internet dari konten-konten negatif,” ujarnya.

Narasumber lain dalam webinar ini, Novita Andriani, dosen UNU Yogyakarta menuturkan masyarakat yang tumbuh di era demokratis, bersandar pada informasi-informasi yang menjadi pertimbangan membuat pilihan politik. “Oleh sebab itu akses terhadap informasi tidak hanya menjadi hak dasar warga tetapi juga sebuah prasyarat dari demokrasi itu sendiri,” kata dia.

Berikutnya, Digital Media Strategist Eko Nuryono menuturkan sebagai pengguna internet terbanyak dunia, Indonesia berada di peringkat keempat setelah China, India, dan Amerika. Namun dari sisi kesantunan Indonesia disebut Microsoft menjadi negara paling tidak sopan se Asia Tenggara.

“Faktor yang mempengaruhi buruknya indeks kesopanan itu karena ruang digital kita dipenuhi scam, penipuan, ujaran kebencian, dan diskriminasi. Ini saatnya kita mengubah kecakapan digital, tidak hanya mampu gunakan gawai, tetapi cerdas dan bijak dalam menggunakan media digital,” kata dia.

Webinar kali ini juga menghadirkan narasumber pengajar Universitas Respati Yogyakarta Hartanto serta dimoderatori Amel Sannie dan Decky Tri selaku key opinion leader.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article