Bagi pengusaha yang jeli dan kreatif, hadirnya pandemi Covid-19 justru membawa berkah. Gara-gara pandemi, jelas sangat terasa dampaknya bagi pengusaha konvensional yang menjual produk secara offline. Bisa ditebak, omzetnya anjlok hingga tinggal 10 s.d. 15 persen dari kondisi normal bulanannya. Tidak sedikit yang pingsan dan tutup toko, karena tiadanya pemasukan yang berlarut-larut selama hampir dua tahun berlangsungnya pandemi.
”Tapi, buat pengusaha yang jeli dan pengin cepat migrasi, mau belajar cepat dan memindah bidikan pasarnya ke pasar digital, tentu lain ceritanya. Dan ternyata, selama pandemi, memang masyarakat juga cepat bermigrasi mengubah perilaku budaya belanjanya ke pasar digital. Tidak hanya kaum milenial, tapi emak-emak juga membuat omzet pasar digital naik sampai 69 persen,” ujar Paskalis MG Kusuma, CEO Javanic Batik.
Di luar itu, lanjut Paskalis, juga karena ada 59 persen pengusaha yang cepat bermigrasi ke arena pasar digital yang makin riuh rendah, lantaran memang di sana masa depan pengusaha di era new normal. ”Persaingan makin tajam. Pilihannya cuma mau migrasi go digital atau dijamin makin tertinggal oleh perubahan dan selera pasar nasional, apalagi dunia,” cetus Paskalis, saat berbicara dalam Webinar Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital, yang digelar oleh Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, 5 Juli 2021.
Terlebih buat pengusaha UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah), keberlangsungan hidupnya sangat menjadi taruhan banyak pihak, rakyat maupun pemerintah. Wajar saja, dijejali oleh 64,5 juta pelaku usaha se-Indonesia, UMKM menjadi gantungan banyak keluarga. Dari 99 persen lapangan kerja yang tersedia selama pandemi, 97 persen di antaranya diserap oleh beragam UMKM. Sayangnya, baru 17 persen dari total populasi UMKM yang mau segera go digital dan migrasi ke pasar digital.
”Jadi, kalau pemerintah menargetkan 30 juta UMKM yang mau go digital, faktanya masih jauh dari cukup dan perlu ditingkatkan jumlahnya, antara lain dengan webinar ini. Tingkatkan dan banjiri pasar marketplace dengan jutaan wajah baru UMKM agar mau ber-go digital. Ini sudah tuntutan zaman. Pandemi memaksa lebih cepat, karena PDB nasional kini dan sejak dulu 57 persen ternyata juga dari UMKM,” urai Paskalis, mengutip data BPS tahun 2020.
Webinar Kominfo yang mengusung topik ”Inisiasi Bisnis dan Semangat Entrepreneur di Era Digital” ini diikuti ratusan peserta, yang mengikuti percakapan secara daring dengan penuh semangat dari rumah, kantor dan sekolah di seputar Bantul. Dipandu oleh moderator Triwidyatmoko, selain Paskalis, tampil juga tiga pembicara lain: Gervando Jeovista Leleng (partnership Gudang Ada), Danang Prianto (CEO Rootze Bag), dan Imam Wicaksono (CEO Sempulur Craft Bantul). Selain itu, hadir pula Tya Yuwono, seorang mompreuneur, selaku key opinion leader.
Peluang pengusaha di sektor perdagangan juga masih butuh lebih banyak pelaku, apalagi yang berpangsa pasar digital. ”Kini, UMKM di sektor perdagangan baru 29 persen lo, ayo banjiri lagi, karena sektor pertanian, peternakan bahkan perkebunan dan kehutanan justru dijejali 49 persen pelaku usaha dan kesemuanya baru menyerap 50 persen investasi nasional,” tambah Paskalis, masih merujuk data BPS terbaru.
Gervando Jeovista, pembicara lain, mewanti-wanti peserta para calon pengusaha digital agar serius dan jangan abai pada perlindungan data pribadi digital. Soalnya, penjahat digital kini makin jago mencuri data pribadi dengan beragam trik. Baik mencuri data lewat link palsu atau mencukil password di area wifi terbuka yang sering ceroboh kita lakukan dan berakibat fatal.
”Kecerobohan kita bisa membuat mereka mencuri isi saldo rekening bank kita dan menguras habis isinya. Belum lagi, ada trik penipuan daring dari diskon abal-abal dengan cara menaikkan harga lebih dulu, hingga ketidaksesuaian barang yang dikirim dengan yang kita pesan. Dan, yang paling sering, memakai akun palsu sehingga ketika kita transaksi, sudah ditransfer lunas, tapi barang yang dipesan tak pernah datang dan penjual kabur,” tutur Gervando.
Itu semua tidak akan terjadi kalau kita pahami tiga trik buat mengantisipasi. Narasumber Imam Wicaksono berbagi tips: pahami jejak digital penjual, telusuri review penjual di medsosnya, bagus atau tidak. Kalau terpaksa COD, cash on delivery, cari lokasi yang aman agar bisa terbuka berdiskusi, termasuk membahas kemungkinan jaminan kalau barang tak sesuai. Sebaiknya, gunakan rekening bersama serta biro pengiriman yang ternama kredibilitasnya.
”Lebih dari itu, jadikan pandemi ini momentum untuk mengorbitkan produk lokal kita agar naik kelas dengan beragam marketplace. Saatnya pengusaha lokal bangkit dan berkembang maju. Pandemi bukan jadi halangan, tapi justru tantangan di medan persaingan yang lebih luas dan menantang,” pungkas Imam Wicaksono.