Sabtu, Desember 28, 2024

Digital parenting zaman now, kiat cegah anak kecanduan gadget

Must read

Era transformasi digital memunculkan rasa khawatir bagi orangtua apabila anak menjadi kecanduan gawai. Sebab, di masa kini, penggunaan teknologi tidak bisa ditolak dan merupakan keharusan untuk bisa beradaptasi dengan perkembangan dan perubahan budaya.

Masalah itu menjadi topik pembahasan dalam webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI untuk masyarakat Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Selasa (24/8/2021). Kegiatan ini merupakan bagian kecil dari langkah besar program literasi digital yang diusung Presiden Joko Widodo untuk mendukung percepatan transformasi digital.

Bersama dengan moderator Bobby Aulia (entertainer), diskusi virtual pagi ini juga diisi oleh empat narasumber: Diana Aletheia Balienda (entrepreneur), Labibah Zain (presiden APPTIS), Kamilia Hamidah (dosen IPMAFA Pati), dan I Gusti Putu Agung Widya Goca (dosen Universitas Ngurah Rai). Juga hadir key opinion leader Tya Yuwono (mompreneur) yang ikut mengisi kegiatan diskusi. Masing-masing menyampaikan materi diskusi dari sudut pandang empat pilar literasi digital: digital ethics, digital skills, digital culture, dan digital safety.

I Gusti Putu Agung Widya Goca menjelaskan, di era transformasi digital dunia bermain pada masa kanak-kanak zaman dulu dan sekarang telah jauh berubah. Dulu anak-anak bermain dengan berinteraksi secara langsung, kini ruang bermain telah digantikan oleh gawai. Hal itu dinilainya yang menjadi dilema orangtua masa kini, antara memberikan izin pemakaian gawai untuk kebutuhan pendidikan, mengakses buku dan hiburan, namun di sisi lain khawatir dengan kesehatan anak, menjadi ketergantungan pada gawai, dan terpapar konten negatif.

Saat ini, kata Widya Goca, kemudahan mencari berbagai informasi di gawai memang memberikan keuntungan, tapi ada saatnya juga merugikan. Sebab interaksi semakin berkurang hingga muncul istilah: gawai mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Ini menjadi sindiran untuk masyarakat digital pada umumnya yang sibuk dengan gawai daripada berinteraksi dengan orang yang benar-benar ada di dekatnya.

“Harus diketahui oleh orangtua, bahaya kecanduan gadget bagi anak. Ketika anak tidak merasa cemas karena tidak menggunakan gawai, hal ini menjadi tanda awal anak mengalami kecanduan gadget. Secara emosional kondisi tersebut membuat anak gampang marah ketika tidak diberikan gawainya. Kecanduan gadget menghambat perkembangan anak karena mereka menjadi kurang bergerak, bahkan kecanduan gawai bisa menghambat kecerdasan anak jika sudah terpapar dengan konten negatif. Dari sisi kesehatan anak menjadi kurang tidur. Interaksi sosial terganggu, prestasi dan kreatifitas anak menurun,” jelas Widya Goca.

Meski demikian, masih ada sisi positif dari menggunakan gadget selama digunakan dengan baik. Anak bisa lebih pintar memilih informasi, bisa mengambil keputusan dengan cepat, bisa berpikir kreatif, dapat meniru kebiasaan baik dari konten yang dikonsumsinya.

“Kekhawatiran orangtua itu takut anaknya tidak terkontrol ketika sudah ketergantungan menggunakan gadget. Oleh sebab itu, orangtua harus mampu mendampingi anak ketika belajar dan bermain serta membangun komunikasi bersama,” tutupnya.

Dari sisi keamanan digital, Diana Aletheia Balienda menjelaskan, saat anak menggunakan gawai harus dalam pengawasan orangtua. Jangan sampai anak kebablasan hingga mengakses hal-hal negatif. Karena di ruang digital banyak sekali kejadian negatif yang bisa ditemui seperti perundungan atau tindak kejahatan digital lainnya. Untuk menghindari hal-hal tersebut orangtua perlu memahami digital parenting.

“Cara aman berinternet yaitu dengan menggunakan password yang kuat dan berbeda di setiap akun yang digunakan serta selalu diganti secara berkala. Membiasakan log out ketika menggunakan perangkat digital yang bukan milik pribadi. Mengaktifkan pengaturan privasi dan pastikan menjelajah di situs terpercaya dan download aplikasi resmi. Menghapus riwayat penelusuran dan meminimalisir menggunakan jaringan publik gratis,” jelas Diana kepada hampir 500-an peserta diskusi.

Orangtua bisa menggunakan aplikasi digital parenting yang bisa disesuaikan dengan usia anak. Misalnya Youtube Kids, Family Link untuk memantau aktivitas gadget anak dan membatasi pemakaian perangkat digital, Google Playstore Anak-anak untuk mencari aplikasi yang disesuaikan dengan kebutuhan anak. Kids Place, aplikasi yang bisa digunakan untuk melindungi anak dari konten negatif. Dan Kaspersky SafeKids yang bisa memblokir situs berbahaya dan melihat riwayat atau penulusuran web ataupun Youtube secara real time.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article