Banyumas – Keberadaan media digital bisa menjadi sarana mempererat interaksi di masyarakat. Di kalangan dunia pendidikan media sosial ikut berperan dalam meningkatkan pemahaman peserta didik.
“Media online juga bisa menjadi sarana informasi, edukasi dan komunikasi yang efektif kepada masyarakat,” ujar Handono, Kepala MAN Salatiga, saat menjadi narasumber webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (27/7/2021).
Namun demikian pada sisi lain media sosial juga bisa berdampak negatif terhadap penggunanya. Media sosial bahkan bisa mengubah perilaku dan komunikasi manusia. Untuk itu Handono menyarankan agar bersikap bijak dan beretika ketika berada di dunia digital.
“Tips sederhana menggunakan media digital adalah sesuaikan kebutuhan. Batasi penggunaan supaya tidak addict (kecanduan). Adab dalam Islam: “Cukuplah seseorang disebut pendusta jika ia mengabarkan semua yang ia dengar,” kata Handono mengutip hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.
Diakui, banyak informasi yang beredar saat ini merupakan hoaks. Sebagai langkah antisipasi dan kehati-hatian biasakan mengecek ke beberapa sumber berbeda yang terpercaya. Teknologi diciptakan untuk memberikan manfaat bukan justru sebaliknya merugikan orang lain.
Narasumber lainnya pada webinar bertema ”Moderasi dan Penanaman Nilai-Nilai Keagamaan Melalui Online” kali ini, Rifqi Fairuz, juga mengakui adanya banjir konten keislaman di lintas media sosial.
Redaktur Islami.co yang juga Dosen Fakultas Dakwah & Komunikasi IAIN Salatiga ini menyatakan apabila konten-konten tersebut minim kepakaran dikhawatirkan niat baik itu dijadikan sebagai kendaraan politik, atau bisa juga menjadi pintu masuk ekstremisme, hatespeech, provokasi dan lain-lain.
Karena itu dia mengajak generasi muslim Indonesia, terutama dari kalangan kelas menengah, untuk senantiasa berpikir kritis di internet. Berpikir secara rasional, seimbang antara aqly dan naqly merupakan salah satu kiat agar tidak terjebak konten provokatif dan negatif.
“Pahami duduk perkara dan detail dari sebuah fenomena atau kejadian secara obyektif dan tidak menuruti emosi. Hati-hati dengan penggiringan opini di medsos,” pesan dia.
Dipandu moderator Bella Ashari, webinar juga menghadirkan barasumber Septa Dinata (Researcher Paramadina Public Policy), Nuzran Joher (Anggota Komisi Kajian Ketatanegaraan MPR RI) dan Mellynda Alvinia (Content Creatof dan Influencer) sebagai key opinion leader. (*)