Selasa, Desember 24, 2024

Manfaatkan teknologi untuk pembelajaran, waspadai ancamannya

Must read

Kota Semarang – Literasi Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (TIK) menjadi faktor penting saat pandemi Covid-19. Salah satunya terkait dengan pembelajaran secara dalam jaringan (daring) baik itu bagi para pendidik, peserta didik, hingga orang tua.

Hal tersebut dikatakan oleh Penulis dan Pegiat Literasi, Joko Priyono, dalam webinar literasi digital dengan tema “Adaptasi pembelajaran Online di Masa pandemi Covid-19” yang digelar Kementerian Kominfo dan Debindo bagi warga Kota Semarang, Jawa Tengah, pada Rabu 21 Juli 2021.

Joko mengatakan dalam memanfaatkan teknologi digital, terdapat berbagai ancaman, seperti perundungan atau bullying. “Perundungan yaitu perilaku tidak menyenangkan baik secara verbal, fisik maupun sosial yang diterima seseorang atau sekelompok orang,” katanya. 

Kemudian ancaman perdagangan orang, perekrutan, pengangkutan, pengiriman, pemindahan atau penerimaan seseorang disertai dengan ancaman dan intimidasi bertujuan untuk eksploitasi baik dalam maupun luar negeri.

Selanjutnya yakni ancaman pencurian data pribadi, yaitu kegiatan ilegal pengambilan informasi pribadi seseorang melalui internet yang biasanya digunakan melakukan kejahatan lain dan sangat merugikan korban.

Lalu ancaman kecanduan, yang merupakan situasi ketergantungan yang menjadikan seseorang harus memuaskan hasratnya dengan berbagai cara yang harus diakui kemudian berpotensi merugikan orang lain.

“Ada beberapa upaya yang perlu dilakukan dalam memahami situasi peluang dan ancaman dalam keberadaan transformasi digital yang kian cepat dan pesat,” ujarnya. 

Beberapa upaya itu yakni penanaman diri terkait penggunaan media sosial. Ini berkaitan dengan pola mendasar dalam fungsionalisasi maupun pengaplikasian ruang digital. Di antaranya meliputi pengembangan kreativitas, semangat membangun kolaborasi dalam dunia digital, serta melatih berpikir kritis untuk pengguna.

Kemudian kemampuan Akses Media Sosial, yaitu berhubungan dengan kemampuan memilah dan memilih media sosial, menyaring informasi. “Membedakan informasi mana yang layak atau tidak layak dikonsumsi, dan manajemen waktu dalam penggunaan akses media sosial,” tuturnya.

Di samping itu juga partisipasi terkait media digital. Ini berhubungan dengan kemampuan menyampaikan informasi yang baik dan etis, penggunaan media sosial yang produktif, mencegah tindakan negatif dalam bermedia, hingga sadar kolaborasi positif dengan banyak komunitas atau kelompok.

Narasumber lainnya, Dosen Program Studi Akidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Waryani Fajar Riyanto mengatakan ciri pembelajaran pada abad 20 yakni berdasarkan waktu, fokus pada menghafal fakta-fakta yang berbeda, pelajaran fokus pada tingkat taksonomi bloom yang lebih rendah, yaitu pengetahuan, pemahaman dan aplikasi.

Kemudian juga berdasarkan buku teks pembelajaran pasif, peserta didik belajar dalam batasan di dalam ruangan, guru adalah pusat pehatian dan penyedia informasi. 

Sedangkan pembelajaran pada abad 21 ini, yaitu berbasis hasil, fokus pada apa yang siswa tahu, dapat lakukan dan seperti apa setelah semua detail dilupakan, pebelajaran dirancang di tingkat atas taksonomi bloom yaitu sintess, analisis, dan evaluasi. 

“Berdasarkan penelitin, pebelajaran aktif, peserta didik belajar secara kolaboratif dengan teman sekelas dan orang lain di seluruh dunia, guru adalah fasilitator atau pelatih,” ucapnya. 

Dipandu moderator Dimas Satria, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber Imaddudin Idrissobir (Digital Practitioner), Ardiansyah (IT Consultant), dan Duta Generasi berencana Kota Surakarta 2018, Asharizky, selaku key opinion leader. (*)

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article