Kamis, Desember 19, 2024

Merdeka belajar di era digital dengan active learning

Must read

Kementerian Komunikasi dan Informatika kembali menggelar webinar literasi digital untuk masyarakat Kabupaten Bantul, DIY. Digelar Kamis (12/8/2021) hari ini, diskusi virtual tersebut mengusung tema “Pendidikan Online: Era Baru Merdeka Belajar”. Kegiatan ini merupakan bagian dari program literasi digital yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo pada Mei 2021 sebagai upaya mendukung percepatan transformasi digital.

Melalui program yang dilaksanakan secara serentak itu pemerintah menanamkan empat pilar literasi digital: digital culture, digital ethics, digital skill, dan digital safety, masyarakat Indonesia. Harapannya masyarakat dapat meningkatkan kecakapan penggunaan dan pemanfaatan teknologi. 

Bersama Oony Wahyudi sebagai moderator diskusi, empat pemateri dihadirkan dalam meluaskan wawasan berliterasi digital khususnya dalam hal pendidikan. Mereka adalah Yati Utami (Kepala SMAN 1 Sewon), Arie Sujito (dosen Sosiologi Fisipol UGM), Sunaji Zamroni (peneliti Alterasi Indonesia), dan Anggraini Hermana (praktisi pendidikan). Dalam diskusi virtual ini juga hadir Ngadiya (ketua MKKS Bantul) sebagai key opinion leader. 

Sunaji Zamroni menyampaikan, model pembelajaran di era digital sudah banyak berubah, apalagi dengan konsep merdeka belajar. Guru atau pendidik lebih berperan sebagai fasilitator daripada instruktor. Konsep merdeka belajar di era digital dapat dilakukan melalui virtual learning dengan video conference ataupun video pembelajaran yang dapat diakses kapan pun. 

Namun dalam penggunaan teknologi dan internet untuk pembelajaran, hal yang perlu diperhatikan adalah keamanan digital. Yaitu proses untuk memastikan bahwa dalam menggunakan layanan digital, baik secara daring maupun luring, berlangsung secara aman dan nyaman. 

“Kompetensi keamanan digital itu pengguna harus mampu mengenali yang disebut platform digital dan platform belajar, mampu mempolakan dan menerapkan cara-cara mengenali stock of knowledge platform digital. Mampu menganalisis dan punya kesadaran berdigital,” jelas Sunaji kepada hampir 300 peserta diskusi. 

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam memberikan proteksi digital adalah memberikan pengamanan pada perangkat digital dan identitas digital. Waspada penipuan digital, memahami rekam jejak digital, dan paham keamanan digital bagi anak. 

Sejatinya, perangkat digital sudah didesain secara aman tetapi fitur pada perangkat keras dan perangkat lunak sering tak dipahami atau diabaikan.

Mengamankan perangkat digital dengan memasang password, fingerprint atau face authentication. Proteksi perangkat lunak dengan find my device, backup data, memasang antivirus, enkripsi data dan shredder. 

“Identitas digital dan data pribadi juga menjadi hal penting dalam hal keamanan digital. Ada identitas yang terlihat seperti nama akun, foto, dan  bio, identitas tersebut lebih baik dilakukan secukupnya dengan tidak menambahkan informasi yang sifatnya pribadi. Karena publikasi data yang berlebihan bisa mengarah pada kemungkinan disalahgunakan orang lain,” jelasnya. 

Memahami rekam jejak digital penting dalam menjaga keamanan. Sebab apa pun kegiatan yang dilakukan di ruang digital terekam dan diabadikan secara digital. Maka, penting memikirkan jejak apa yang akan kita tinggalkan dan efeknya di kemudian hari. 

Bisa jadi jejak yang kita tinggalkan menjadi bahan data yang disalahgunakan untuk tindak penipuan digital. Penipuan digital beragam jenis dan modusnya, scam yang memanfaatkan kondisi kelengahan pengguna, phising yang menjebak perubahan informasi data, spam dan juga hacking atau peretasan. 

“Selain itu menghindari ancaman keamanan digital dengan mempelajari alat dan platform digital yang digunakan. Membatasi penggunaannya serta menerapkan kata sandi untuk setiap layanan, melindungi perangkat digital, dan mengenali email phising,” tutupnya. 

Sementara itu, pemateri berikutnya Anggraini Hermana menjelaskan tentang merdeka belajar di era digital merupakan reformasi pembelajaran yang mengacu pada active learning. Siswa dituntut aktif dalam memecahkan masalah dan menemukan solusi. Konsepnya adalah mengembangkan pola pikir anak agar mampu berpikir kritis dan mempunyai kemampuan analisis yang baik.

Revolusi industri 4.0 dalam dunia pendidikan mengajak pendidik untuk berinovasi, bagaimana siswa mampu mengembangkan minat dan bakat dan mampu mengaplikasikan teori menjadi sebuah hasil yang nyata. 

“Untuk mendukung merdeka belajar, skill digital yang diperlukan adalah kecakapan literasi digital baik itu soft skill maupun hard skill. Kreatif merancang konsep belajar dan mengoptimalisasi ruang bebas digital. Beradaptasi dengan teknologi dan memanfaatkannya sebagai media pembelajaran. Menerapkan sistem pembelajaran tematik dan menggunakan metode belajar active learning,” terang Anggraini.

Menurutnya, dengan meningkatkan kecakapan literasi digital dapat menciptakan era baru merdeka belajar dalam ruang digital yang inovatif dan menyenangkan. (*)

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article