Jumat, Desember 27, 2024

Moderasi nilai agama, peran guru sangat vital

Must read

Brebes – Dalam memberikan pendidikan nilai-nilai keagamaan melalui media online, peran guru sangat vital. Guru bisa juga bisa berparan sebagai digital creator.

Kepala MAN 1 Karanganyar, Lanjar Utami mentakan guru sebagai digital creator harus bisa menyediakan panduan praktek penanaman dan penguatan karakter moderat siswa secara individu, kelompok dan klasikal online.

“Integrasi nilai penanaman dan penguatan karakter moderat siswa dalam pembelajaran online dengan menyajikan cerita tokoh tertentu, gambar, film, video, berita, dan lainnya,” katanya dalam webinar literasi digital dengan tema “Moderasi dan Penanaman Nilai-Nilai Keagaman melalui Online” yang digelar Kementerian Kominfo dan Debindo bagi warga Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, pada 21 Juli 2021.

Lanjar mengatakan guru juga memberikan kesempatan dan tugas kepada siswa untuk memberikan respon secara tertulis, melalui gambar, video, film ilustrasi (Productivity). Kemudian membuka kelas jejaring untuk pelayanan Self reflection atas Praktek Karakter Moderat dan sharing class.

Selanjutnya, yakni open minded terhadap pengetahuan yang tersebar di jagat digital tetapi pastikan bukan berasal dari ‘penyebar racun’. “Biasakan menciptakan produk intelektual anda di ranah digital, produk yang positif, kritis, konstruktif,” katanya.

Narasumber lainnya, Direktur Pusat Pengkajian Masyarakat dan Pendidikan Islam Nusantara IAIN Surakarta, Abdul Halim mengatakan peran tokoh agama di media sosial sangat penting.

Tokoh Agama sebagai panutan umat memiliki tanggung jawab untuk menebarkan perdamaian (ifsya’ al-salam); menyebarkan ilmu (nasyrul ‘ilmi), dan membimbing masyarakat ke jalan yang penuh kedamaian, kerukunan dan, persatuan dan ridha ilahi baik di dunia nyata maupun di dunia maya.

Adapun perannya yakni memberikan pencerahan kepada masyarakat, mengkounter narasi-narasi ektremis dan mendamaikan konflik, memberikan akses keagamaan secara lebih luas kepada masyarakat.

Kemudian menjawab pertanyaan atau kebingungan dari masyarakat, membangun karakter modetrat memperluas perspektif pemahaman yang mendalam tentang agama melalui persp

Brebes – Dalam memberikan pendidikan nilai-nilai keagamaan melalui media online, peran guru sangat vital. Guru bisa juga bisa berparan sebagai digital creator.

Kepala MAN 1 Karanganyar, Lanjar Utami mentakan guru sebagai digital creator harus bisa menyediakan panduan praktek penanaman dan penguatan karakter moderat siswa secara individu, kelompok dan klasikal online.

“Integrasi nilai penanaman dan penguatan karakter moderat siswa dalam pembelajaran online dengan menyajikan cerita tokoh tertentu, gambar, film, video, berita, dan lainnya,” katanya dalam webinar literasi digital dengan tema “Moderasi dan Penanaman Nilai-Nilai Keagaman melalui Online” yang digelar Kementerian Kominfo dan Debindo bagi warga Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, pada 21 Juli 2021.

Lanjar mengatakan guru juga memberikan kesempatan dan tugas kepada siswa untuk memberikan respon secara tertulis, melalui gambar, video, film ilustrasi (Productivity). Kemudian membuka kelas jejaring untuk pelayanan Self reflection atas Praktek Karakter Moderat dan sharing class.

Selanjutnya, yakni open minded terhadap pengetahuan yang tersebar di jagat digital tetapi pastikan bukan berasal dari ‘penyebar racun’. “Biasakan menciptakan produk intelektual anda di ranah digital, produk yang positif, kritis, konstruktif,” katanya.

Narasumber lainnya, Direktur Pusat Pengkajian Masyarakat dan Pendidikan Islam Nusantara IAIN Surakarta, Abdul Halim mengatakan peran tokoh agama di media sosial sangat penting.

Tokoh Agama sebagai panutan umat memiliki tanggung jawab untuk menebarkan perdamaian (ifsya’ al-salam); menyebarkan ilmu (nasyrul ‘ilmi), dan membimbing masyarakat ke jalan yang penuh kedamaian, kerukunan dan, persatuan dan ridha ilahi baik di dunia nyata maupun di dunia maya.

Adapun perannya yakni memberikan pencerahan kepada masyarakat, mengkounter narasi-narasi ektremis dan mendamaikan konflik, memberikan akses keagamaan secara lebih luas kepada masyarakat.

Kemudian menjawab pertanyaan atau kebingungan dari masyarakat, membangun karakter modetrat memperluas perspektif pemahaman yang mendalam tentang agama melalui perspektif yang beragam.

Selanjutnya, memperluas perspektif, mau berdialog dengan liyan untuk memperluas wawasan. membuka ruang dialog. “Sesama manusia maka harus saling menjaga hak dan kewajiban,” katanya.

Abdul Halim mengatakan di ruang digital, komunikasi tetap harus menggunakan etika dan sopan santun. Termasuk mengekspresikan kepercayaan keagamaan yang bertanggung jawab. “Menempatkan cinta kasih di atas segalanya bukan saling benci dan curiga. Bisa berupa pengalaman pribadi tentang kehidupan keberagamaan di masyarakat,” ucapnya.

Dipandu moderator Dimas Satria, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber Akhmad Ramdhon (Dosen Sosiologi FISIP UNS), Ayuning Budiati (Dosen Universitas Sultan Ageng Tirtayasa), dan Fashion Model, Putri Shabrina, selaku key opinion leader. (*)

ektif yang beragam.

Selanjutnya, memperluas perspektif, mau berdialog dengan liyan untuk memperluas wawasan. membuka ruang dialog. “Sesama manusia maka harus saling menjaga hak dan kewajiban,” katanya.

Abdul Halim mengatakan di ruang digital, komunikasi tetap harus menggunakan etika dan sopan santun. Termasuk mengekspresikan kepercayaan keagamaan yang bertanggung jawab. “Menempatkan cinta kasih di atas segalanya bukan saling benci dan curiga. Bisa berupa pengalaman pribadi tentang kehidupan keberagamaan di masyarakat,” ucapnya.

Dipandu moderator Dimas Satria, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber Akhmad Ramdhon (Dosen Sosiologi FISIP UNS), Ayuning Budiati (Dosen Universitas Sultan Ageng Tirtayasa), dan Fashion Model, Putri Shabrina, selaku key opinion leader. (*)

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article