Dunia digital Indonesia sebenarnya bertumpu dan digerakkan oleh tiga pilar digital penting, yakni: pengembangan masyarakat agar berdaya dan mencapai potensi terbaiknya (digital citizen), fasilitasi dan optimasi aktivitas ekonomi dan bisnis yang berbasis teknologi digital (digital economy), dan standardisasi dan integrasi pelayanan bagi kesejahteraan masyarakat (digital government).
”Pada pilar digital economy dikenal empat jenis transformasi digital perusahaan, yakni: perusahaan pemroses (data, analitik, API, pembelajaran mesin), perusahaan domain (Amazone web service), perusahaan model bisnis (Netflix, iTunes, Sportify) dan perusahaan budaya (absensi, administrasi, komunikasi),” kata creative branding Fadrian Gultom, saat menjadi narasumber pada webinar literasi digital bertema ”Transformasi Digital: Musibah atau Anugerah” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Rabu (25/8/2021).
Fadrian Gultom menyatakan, manfaat transformasi digital secara global membuat informasi semakin terbuka, mudah diakses (aksesibilitas), efisiensi kerja, mendorong produktivitas, dan kecepatan dalam bekerja. Manfaat transformasi digital tak hanya dirasakan oleh dunia kerja, namun hal itu juga berlaku di dunia pendidikan.
Terlepas dari manfaat yang diberikan, lanjut Gultom, transformasi digital juga memiliki beragam risiko yang dapat dilihat dan dirasakan, seperti: radikalisme, konsumtif, hoaks, pornografi, cyber-terrorism, interaksi sosial, keamanan data, dan fraudulent.
Meski begitu, agar aman beraktivitas di ruang digital, Gultom juga memberikan beberapa tips menarik. Yang utama bagi pengguna digital ialah mengetahui alamat tempat mengadu jika mengalami permasalahan di ruang digital. Misal, Aduankonten.id, [email protected]. Adapun informasi hoaks bisa melaporakannya ke Mafindo di nomor 08592160500 (WA).
”Selanjutnya jika menyangkut keamanan data bisa menghubungi haveibeenpwned.com, informasi website (https://lookup.icann.org). Dan yang paling penting agar aman, batasi akses situs atau aplikasi,” jelas Gultom kepada lebih dari 250 partisipan webinar.
Di akhir paparannya, Gultom menegaskan, transformasi digital memberi kekuatan dan kenyamanan yang besar tapi juga disertai tanggung jawab dan resiko bagi pengguna. Musibah atau anugerah tergantung dari manusia penggunanya. ”Semoga menjadi anugerah dan bukan musibah,” pungkas seorang marketing digital itu.
Dari sisi digital culture, Kepala Seksi Pendidikan Madrasah Kantor Kemenag Kabupaten Blora Fathul Himam menyatakan, budaya digital merupakan prasyarat dalam melakukan transformasi digital karena penerapan budaya digital lebih kepada mengubah pola pikir (mindset) agar dapat beradaptasi dengan perkembangan digital.
Fathul Himam menyatakan, orang yang dapat bertahan bukan yang paling kuat atau pintar, tapi yang bisa beradaptasi. Karena kemajuan teknologi dunia digital susah dipisahkan dari kehidupan manusia, maka satu-satunya jalan ialah beradaptasi dengan transformasi digital sebagai pintu masuk perubahan.
”Posisi manusia dalam hal ini adalah sebagai agen perubahan dalam budaya digital,” tegas Himam.
Himam menambahkan, selain mengandung bahaya seperti hoaks, ujaran kebencian, cyberbullying, penipuan dan jenis kejahatan lainnya, dunia digital juga banyak memberikan manfaat, misalnya: mudah mendapatkan informasi, mempermudah komunikasi, menstimulasi kreativitas, dan memudahkan proses belajar.
”Namun, jika ditanya tranformasi digital musibah atau anugerah, maka akan saya jawab dengan QS Al Asr ayat 3, yang artinya: Demi masa, sungguh, manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran,: tutup Himam.
Diskusi virtual yang dipandu oleh moderator Nindy Gita itu, juga menampilkan narasumber Rajab Ritonga (Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Moestopo Beragama Jakarta), Adibatus Syarifah (Kepala MTsN Blora), dan sociopreneur Kristi Yuana selaku key opinion leader. (*)