Situasi dan kondisi yang berkembang saat ini membuat transformasi digital pendidikan Indonesia sulit untuk dihindari. Seluruh stakeholder sektor pendidikan mau tidak mau harus bergerak ke arah digitalisasi dunia pendidikan.
Revolusi industri 4.0 telah menyentuh hampir setiap aspek kehidupan. Mulai dari pendidikan sekolah dasar hingga pendidikan tinggi, transformasi digital telah memengaruhi ruang kelas dan cara para guru menjangkau siswanya.
Peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Sabinus Bora Hangawuwali mengatakan, perlu adanya kecakapan yang dikuasai terutama terhadap guru atau tenaga pendidik.
”Skill digital harus dimiliki,” ujarnya di depan hampir 300 partisipan webinar literasi digital dengan tema ”Transformasi Digital untuk Pendidikan Lebih Bermutu” yang digelar Kementerian Kominfo dan Debindo untuk warga Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (12/8/2021).
Skill digital yang harus dikuasai dengan baik itu hard skill yang berupa kemampuan mengenal, mengakses dan mengoperasikan perangkat komputer atau smartphone dan perangkat lunak aplikasi. Kemudian soft skill, berupa kemampuan mengelola perangkat dengan bijak, berupa mengatur waktu dan memvalidasi informasi.
Dalam transformasi digital di dunia pendidikan, peran guru pun sangat penting untuk mengembangkan berbagai inovasi pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Sedangkan stakeholder pendidikan mempunyai peran berupa memberikan layanan prima, cepat, murah, transparan dan akuntabel.
Berikutnya, entrepreneur Diana Balinda mengatakan, penggunaan teknologi yang cerdas dan aman dapat memungkinkan siswa mengembangkan pembelajaran mereka secara mandiri, serta membantu sekolah untuk menjalankan fungsinya dengan baik.
Namun hadirnya teknologi baru yang memudahkan kehidupan, juga tidak dapat dimungkiri menciptakan tantangan tersendiri bagi masyarakat termasuk di dalam dunia pendidikan. Untuk itu, lanjutnya, kemampuan keamanan berdigital pun harus dimiliki.
Kemampuan keamanan yang dimaksud yakni mampu secara individu untuk mengenal, mempolakan, menerapkan, menganalisis dan meningkatkan level keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, penggunaan dunia digital dapat dimanfaatkan secara positif dan tidak merugikan diri sendiri atau orang lain, serta lebih bijak dalam menggunakan fasilitas tersebut.
Selanjutnya, Diana menegaskan, pengguna digital agar jangan mudah tertipu dengan berbagai metode kejahatan. Seperti phising, yang merupakan suatu upaya untuk melakukan scam atau menipu agar target membagikan informasi login atau informasi pribadi lainnya di internet.
”Phising biasanya dilakukan melalui email, iklan atau situs yang terlihat mirip dengan yang biasa dikunjungi,” ujar digital trainer sekaligus graphologist itu.
Kemudian spear phising, yaitu scam phishing yang pelakunya menargetkan calon korban secara lebih akurat menggunakan beberapa informasi calon korban sendiri. Selain itu juga scam, yakni upaya tak jujur untuk menghasilkan uang atau memperoleh barang berharga lainnya dengan cara menipu orang.
Diana kemudian memberikan tips supaya aman menjadi pengguna digital. Beberapa di antaranya, yakni memastikan di sekeliling kita tidak ada orang lain ketika akan membuka kata sandi suatu akun platform media digital.
Kemudian menutup layar saat memasukkan kata sandi dan rutin mengganti kata sandi secara berkala. Masyarakat juga diimbaunya untuk tidak mudah memperlihatkan atau meminjamkan perangkat digital ke orang lain tanpa pengawasan.
“Sterilkan atau kosongkan perangkat digital terlebih dahulu sebelum ingin mengganti dengan perangkat lainnya,” ucap Diana.
Diskusi virtual yang dipandu oleh moderator Dannys Citra itu juga menampilkan narasumber praktisi pendidikan Anggraini Hermana, penerjemah & content writer Zulfan Arif, serta Wakil II Mbak Jawa Tengah 2019 Safira Hasna sebagai key opinion leader. (*)