Selasa, Desember 24, 2024

Medsos bukan Doraemon, bijaklah memanfaatkan agar tak terdisrupsi

Must read

Dulu, saat awal ditemukannya teknologi internet, banyak yang berharap teknologi ini bakal banyak membantu kehidupan manusia untuk menjadi lebih baik. Memang benar, banyak pekerjaan dan interaksi sosial manusia termudahkan karenanya. Tapi kini, muncul juga banyak masalah baru karena kehadiran internet dalam kehidupan manusia.

Dosen Departemen Komunikasi Fisipol UGM Nyarwi Ahmad mengatakan, daya rusak, disrupsi, karena adanya perubahan yang fundamental dalam perilaku interaksi sosial dan budaya seiring hadirnya teknologi digital dan hadirnya internet, makin kita rasakan. Berita dari Makassar belum lama ini, melaporkan naiknya tingkat perceraian pasangan muda yang berawal dari chat dan kencan di medsos.

Lain kota, kasusnya beda lagi. Menurut Nyarwi, hingga kini juga banyak penipuan arisan online. Terakhir, Ibu Yunita di Pekanbaru melapor ke polisi karena tertipu ratusan juta bersama teman-teman lewat modus arisan online. Awalnya, arisan berjalan lancar. Setelah duit terkumpul banyak, adminnya ngabur. Bahkan di Bandung dan Malang, dari beberapa teroris yang ditangkap polisi, mereka mengaku belajar merakit bom dari tutorial di Youtube, lalu mempraktikkannya.

”Sudah semakin nyata disrupsi karena internet, kalau kita tidak cerdas dan bijak dalam menyikapi informasi internet,” urai Nyarwi Ahmad, yang juga direktur eksekutif Indonesian Presidential Studies, saat berbicara dalam webinar literasi digital yang digelar oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk warga Kabupaten Cilacap, 8 Juli 2021.

Nyarwi tampil dalam diskusi bertopik ”Sadar Terhadap Bahaya Disrupsi Digital” yang diikuti ratusan peserta dari seputar Kabupaten Cilacap secara daring. Dipandu moderator presenter Niken Pertiwi, hadir pula pembicara lain: Ahmad Uzair (Staf Badan Pembinaan Ideologi Pancasila/BPIP),M. Fatikhun (dosen UNUGHA Cilacap), Achmad Ghozi (pekerja sosial dan fasilitator kesejahteraan keluarga), serta Diaz Danar, penyiar radio yang juga podcaster yang tampil sebagai key opinion leader.

Menyikapi dengan memilah dan mengecek akurasi informasi internet di beragam medsos memang solusi bijak agar tak terpapar disrupsi digital. Pembicara lain Achmad Ghozi mengatakan, internet dengan beragam produk informasi digital yang berlimpah, semua ada dan karena itu apa pun kini bisa dilakukan oleh manusia dengan internet.

Dengan teknologi internet, lanjut Ghozi, kita kini seolah seperti Nobita yang dilayani segala keinginannya oleh Doraemon dalam film kartun Jepang. Apa maunya bisa dipenuhi. Karena, dalam konteks sajian informasi, manusia bukan hanya prosumer, produsen dan konsumer, tapi juga distributor.

Mudah dan gampang sharing tanpa saring dan checking kebenaran informasi, mempermudah peran manusia dalam menjadi produsen dan konsumen, sekalibus distributor konten dan informasi digital dengan smartphone-nya. ”Medsos bukan Doraemon yang kadang cerdas memilih layanan buat Nobita. Kitalah yang mesti bijak memanfaatkan peran dan fungsi medsos untuk kemaslahatan hidup kita,” papar Achmad Ghozi.

Fatikhun, dosen UNUGHA Cilacap, melihat dua dampak positif dan negatif dari hadirnya internet yang sudah menjadi sunatullah. Kita tak bisa menolaknya, tinggal bagaimana kita makin bijak dan cerdas menggunakannya. Yang positif, kata Fatikhun, kita menjadi lebih mudah belanja di e-market. Tinggal pesan, bayar, barang diantar ke rumah.

Lalu, ojol memudahkan kita diantar dan jemput ke rumah. Daftar sekolah online, daftar pasien di rumah sakit hingga e-toll, bikin petugas RS dan pertugas Gerbang Tol juga terdisrupsi perannya, tapi kita selaku pengguna jasa termudahkan layanannya. Banyak pekerjaan yang hilang, tapi tergantikan dengan banyak pekerjaan baru yang hadir dan dibayar lebih mahal karena hadirnya teknologi digital: kreator konten, Youtuber, SEO specialist dan banyak lagi.

”Kini, digital juga memudahkan belajar dan ngaji ilmu agama, bahkan disebut kuliah dan ngaji prasmanan. Bebas memilih mana yang mau dikonsumsi, tanpa ewuh pakewuh dengan guru, dosen atau kiai, karena tidak ketemu langsung, cukup dengan sentuhan jari.” Apa solusi tepat untuk menghindari disrupsi digital?

Budayakan hanya mengkonsumsi informasi yang akurat dari sumber kredibel. Jangan percayai info dari sumber anonymous yang dibanjirkan ke beragam medsos. Dalam konteks akuntabilitas, penulis dan pembuat konten anonymous, tanpa akun asli yang jelas, adalah pihak yang tak bertanggung jawab. Melempar isu, tapi tak bisa dikomentari dan diajak diskusi cerdas, karena yang tanggung jawab tak ada. ”Budayakan, hindari dan jangan konsumsi informasi yang diproduksinya. Mudharatnya lebih besar ketimbang manfaatnya,” pesan pamungkas Ahmad Ghozi.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article