Hampir 1.000 peserta antusias mengikuti webinar literasi digital bertema “Bangkitkan Budaya Membaca Generasi Muda di Era Digital” yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Senin (1/9/2021).
Sebanyak 993 peserta itu aktif melontarkan berbagai pertanyaan pada webinar yang menghadirkan narasumber dosen Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Indah Wenerda, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Batang Rakhmat Nurul Fadilah, Ketua Yayasan Quranesia Amrina Rasyada Zusdi F. Arianto, dan Wakil Dekan 3 Unika M. Haryanto.
Webinar yang dimoderatori Ayu Perwari dan Shafinaz Nachiar selaku key opinion leader itu mengupas berbagai persoalan mulai dari pentingnya kecakapan digital, pentingnya budaya membaca hingga masifnya sebaran hoaks di ruang digital.
Indah Wenerda yang juga pegiat Japelidi (Jaringan Pegiat Literasi Digital) dalam paparannya mengungkapkan perlunya kompetensi kritis pengguna digital dalam pencarian informasi untuk dapat menyaring informasi.
“Untuk meningkatkan kompetensi kritis dalam memanfaatkan mesin pencari dan mencegah kita untuk terlempar dalam pusaran hoaks, kita perlu mengetahui dan memahami tiga gangguan informasi, yakni misinformasi, disinformasi dan malinformasi,” kata Indah.
Misinformasi sendiri merupakan informasi yang tidak benar. Namun orang yang menyebarkannya percaya bahwa informasi tersebut adalah benar, tanpa bermaksud membahayakan orang lain. Sedangkan disinformasi adalah informasi yang tidak benar, dan orang yang menyebarkannya juga tahu bahwa informasi itu tidak benar.
Sedangkan malinformasi adalah sepenggal informasi benar, namun digunakan dengan niat untuk merugikan seseorang atau kelompok tertentu. “Ciri misinformasi adalah adanya hubungan yang menyesatkan dan konten yang salah,” kata Indah. Sedangkan dalam disinformasi ada konteks yang salah, konten tiruan, konten yang dimanipulasi, dan konten rekaan. “Lalu, ciri malinformasi: ada sepenggal bocoran, sepenggal ujaran kebencian, dan sepenggal pelecehan,” jelas Indah.
Indah Wenerda menuturkan, para pengguna digital saat ini wajib memiliki yang disebut digital skills. “Digital skills ini untuk mewujudkan sumber daya manusia yang bertalenta digital, cerdas, kreatif dan produktif,” kata Indah.
Pentingnya memiliki digital skills juga agar pengguna kritis dalam mengakses, menganalisis, menyaring dan melihat sebuah informasi. Kompetensi ini sangat diperlukan terutama menghadapi serbuan hoaks berbagai isu, tak terkecuali pandemi Covid-19 ini.
Pengguna digital diharapkan tidak tinggal diam ketika menemukan misinformasi atau disinformasi (hoaks) saat berselancar di ruang digital. “Periksa hoaks bisa dilakukan dengan berbagai cara,” tutur Indah. Misalnya, memeriksa hoaks dari situs web antara lain bisa melalui kemkominfo, mafindo (turnbackhoax.id), cekfakta.com, dan khusus hoaks terkait Covid di hoaks.infovaksin.id. “Bisa cek hoaks juga lewat periksa chatbot WhatsApp Mafindo atau cek fakta Liputan6,” tambah Indah.
Narasumber yang lain, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Batang Rakhmat Nurul Fadilah mengatakan, budaya membaca kian penting di era digital ini. Dengan perubahan perilaku membaca masyarakat di era digital, ukuran minat baca tidak lagi terbatas pada berapa banyak buku yang dibaca. “Di Batang, ada program 1 ASN 1 buku agar para ASN tetap gemar membaca buku dan mendapat pengetahuan baru,” kata Rakhmat.
Selain itu, untuk menumbuhkan minat baca di Batang, Rakhmat menuturkan, pihaknya selalu menggelar pekan pameran buku dengan tawaran koleksi dan promo menarik. “Perpustakaan keliling dan program Motor Pintar juga kami galakkan agar minat membaca buku terus ada,” ujarnya. (*)