Dengan terdigitalisasinya berbagai sendi kehidupan manusia saat ini, berbagai hal memang seolah bisa dilakukan dan didapatkan dengan mudah di dunia maya atau online. Bukan cuma urusan ekonomi, sosial dan politik, pembelajaran agama secara digital pun ikut menyeruak di berbagai platform dan juga media digital.
”Belajar agama di dunia maya menjadi keniscayaan yang, mau tak mau, mesti dihadapi dan diikuti warganet zaman sekarang,” kata pastor yang juga dosen Hukum Gereja Gregorius Kriswanta saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema “Belajar Agama di Dunia Maya” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Jumat (10/9/2021).
Dalam webinar yang diikuti ratusan peserta itu, Kriswanta menuturkan, tak perlu takut atau ragu belajar berbagai pengetahuan agama dari internet. ”Belajar agama di dunia maya tak masalah, tidak usah ragu-ragu. Berani saja, karena di ruang digital ada banyak informasi, banyak ilmu, banyak nilai, namun jangan ditelan semuanya,” katanya.
Menurut Kriswanta, pengguna digital dalam belajar agama di dunia maya tetap harus bisa menyaring mana materi yang benar dan mana yang tidak. Mana yang membawa kebaikan, mana yang menyesatkan.
”Belajar agama mempermudah dan mempercepat memperoleh pengetahuan agama, menjadi tahu tentang pluralisme agama, jadi tetap bersikap cerdas dengan tetap menyeleksi dan punya alat diri,” tutur Kriswanta.
Pastor Kriswanta menambahkan, alat diri yang dimaksud untuk memilih dan memilah jutaan informasi yang masuk, serta dapat membedakan mana informasi hoaks dan berita yang benar. ”Jangan terjebak belajar agama dari surat berantai, provokasi terselubung atas nama agama, kutipan ayat-ayat kitab suci yang lengkap atau hanya potongan saja. Perlu kroscek, bertanya pada ahlinya. Jangan mengendalikan forward WA grup,” ujarnya.
Kriswanta mengungkapkan, beragama merupakan pilihan, di mana manusia memilih mengandalkan pilihan yang baik dan benar. ”Untuk memilih yang baik dan benar, kita perlu menambah informasi pengetahuan dan pengalaman. Dan saat ini, ada penambahan tempat belajar itu berupa benua digital atau dunia maya dunia,” kata dia.
Kriswanta lantas mengingatkan, ada etika yang perlu kita pelajari terkait pembelajaran agama di ruang digital. Sebab, tujuan belajar agama adalah membuat kemanusiaan kita semakin sempurna, lengkap dan berkualitas sebagai manusia beriman, dan keimanan sebagai manusia semakin mendalam tangguh dan bercahaya.
Sementara itu, narasumber lain dalam webinar, Kaprodi Magister Ilmu Administrasi Fisip Untira Banten Ipah Emi Jumiati menuturkan, saat ini eranya kelas maya atau virtual class yang menjadi lingkungan belajar yang dibuat secara tatap muka secara langsung antara pengajar dan peserta didik. Semua seolah mudah dan praktis.
”Namun, tantangan belajar online ini juga cukup banyak. Kita mesti berlatih manajemen waktu yang ketat, memastikan akses internet lancar, memahami praktik, dan kadang perlu memiliki ruang belajar khusus,” ujar Ipah.
Ipah menuturkan, untuk materi apa pun pembelajaran daring bisa efektif dan menyenangkan, kuncinya adanya motivasi. ”Bukan banyaknya masalah yang membuat kita lemah, tapi respons kita untuk menghadapi masalah tersebut yang harus jadi perhatian, karena selalu ada solusi di masa pandemi,” tuturnya.
Ipah menambahkan, komponen pendukung kelas virtual yang tak boleh diabaikan dalam pembelajaran daring tentu saja jaringan internet agar kelas maya bisa berjalan. Lalu, harus ada konten untuk pembelajaran, guru harus memberikan materi untuk siswanya.
Dimoderatori oleh Herry Perdana, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber lain: aktivis LP3M UNU Yogyakarta Suharti, social media Communications PT Cipta Manusia Indonesia Annisa Choiriya Muftada, serta Bella Nabila selaku key opinion leader. (*)