Belajar online merupakan suatu proses belajar yang memanfaatkan internet dan media digital. Sistem belajar menggunakan teknologi ini berbeda dengan proses belajar mengajar secara tradisional. Tim Pengembang Konten Pendidikan & Pembelajaran Dinas Kemendikbud Kabupaten Wonogiri, Siti Zulaiha mengatakan, ciri dari proses belajar mengajar secara tradisional yakni bahan alat pembelajaran fisik seperti kertas, pena, dan papan tulis.
Akses proses belajar tersebut pun terbatas pada materi dan informasi pendidikan. ”Proses belajar mengajar secara tradisional ini umumnya berlangsung di ruang kelas secara tatap muka,” katanya dalam webinar literasi digital dengan tema ”Sukses Belajar Online dengan Kemampuan Literasi Digital” yang digelar Kementerian Kominfo bagi warga Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, Kamis (9/9/2021).
Sedangkan untuk proses belajar mengajar menggunakan teknologi digital memiliki ciri akses yang lebih luas ke bahan dan informasi pendidikan. Kemudian, lebih banyak saluran dan alur yang tersedia untuk komunikasi serta kolaborasi. Sistem belajar mengajar dengan memanfaatkan teknologi ini juga memungkinkan jenis pembelajaran yang lebih personal bagi peserta didik.
Menurut Siti, pemanfaatan teknologi untuk digunakan dalam proses belajar mengajar ini, baik pendidik maupun peserta didik harus memiliki literasi digital, yakni kecakapan menggunakan internet dan media digital.
”Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab,” tuturnya.
Dalam menggunakan kecakapan digital ini, lanjut Siti, peserta didik maupun pendidik bisa memakainya untuk mencari sumber belajar maupun mengembangkan materi dari sumber belajar. Salah satu sumber belajar yang bisa menjadi pilihan, yakni rumah belajar Kemendibud dengan alamat situs: belajar.kemendibud.go.id.
Portal pembelajaran tersebut menyediakan bahan ajar serta fasilitas komunikasi yang mendukung interaksi antar-komunitas. Ruang belajar hadir sebagai bentuk inovasi pembelajaran di era industri 4.0. Ini dapat dimanfaatkan oleh siswa dan guru pendidikan PAUD, SD, SMP, SMA atau SMK sederajat.
”Dengan menggunakan rumah belajar, kita dapat belajar di mana saja, kapan saja dengan siapa saja. Seluruh konten yang ada di rumah belajar dapat diakses dan dimanfaatkan secara gratis,” kata Siti kepada 1.000-an partisipan webinar.
Adapun fitur-fitur di rumah belajar ini sudah cukup lengkap. Di antaranya meliputi sumber belajar, yakni materi ajar bagi siswa dan guru berdasarkan kurikulum. Ada juga bank soal, laboratorium maya, buku sekolah elektronik, modul digital, peta budaya, wahana jelajah angkasa, hingga pengembangan keprofesian berkelanjutan.
”Pengembangan keprofesian berkelanjutan ini diprioritaskan bagi guru guna meningkatkan kompetensi diri dan profesionalisme. Melalui berbagai jenis pelatihan berjenjang secara online, diharapkan guru dapat selalu memperbarui pengetahuan dan kompetensinya,” tutur Siti Zulaika.
Narasumber lainnya, praktisi pendidikan Adhi Wibowo lebih menekankan dalam menggunakan teknologi agar berhati-hati terhadap jejak digital. Sebab, menurutnya, jejak digital bisa disalahgunakan oleh pengguna digital lain yang tidak bertanggung jawab.
”Penyalahgunaan jejak digital bisa berupa penyebarluasan informasi yang mengarah pada cyber-bullying, menyebarkan informasi yang merusak reputasi, penyebaran informasi yang mengarah pada pemerasan, pelecehan berbasis gambar hingga jual beli data pribadi konsumen,” ujarnya.
Adhi mengatakan, ada beberapa cara agar jejak digital bisa tetap aman, seperti berhati-hati sebelum melakukan posting, tidak membagikan identitas pribadi seperti KTP, paspor, kartu keluarga, dan sebagainya. ”Jejak digital tidak bisa dihapus walaupun kita telah menutup akun-akun kita. Karena itu, kita harus bijak dalam memposting sesuatu,” jelas Adhi.
Webinar yang dipandu moderator Dimas Satria itu juga menghadirkan narasumber Aswad Ishak (dosen Prodi Ilmu Komunikasi UMY & Ketua BPC Perhumas Yogyakarta), Rafien Aril Gerungan (dosen Biologi Universitas Terbuka), dan model Putri Shabrina selaku key opinion leader.