Sentuhan teknologi telah merasuk hampir ke seluruh sendi kehidupan manusia dan memudahkan berbagai urusan. Namun, kemudahan yang diberikan akibat kemajuan teknologi itu juga bisa menjebak penggunanya menjadi cenderung malas dan tak produktif, melainkan hanya sebagai pengguna pasif belaka.
”Kemajuan teknologi mestinya mendorong kita bisa lebih produktif dengan berbagai dukungannya. Dalam arti, mampu menghasilkan hal-hal baru yang terus dan dipakai secara teratur untuk membentuk unsur-unsur baru yang membantu kehidupan manusia sesuai zamannya,” kata Denik Iswardani Witarti, dosen Universitas Budi Luhur Jakarta, saat menjadi pembicara dalam webinar literasi digital bertema “Hidup Produktif di Era Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Jumat (10/9/2021).
Dalam webinar yang diikuti dua ratusan peserta itu, Denik menuturkan produktif di era informasi digital ini memiliki setidaknya tiga cakupan. Yakni, memanfaatkan teknologi untuk efisiensi kerja-kerja harian, memanfaatkan teknologi untuk kepentingan ekonomi atau mencari rezeki, dan memanfaatkan teknologi untuk berbuat kebaikan.
”Memanfaatkan teknologi sebagai modal untuk produktif menjadi bagian tak terpisahkan dari sifat utama era digital. Ini adalah masa ketika informasi mudah dan cepat diperoleh serta disebarluaskan menggunakan teknologi digital,” kata Denik.
Denik menambahkan, produktivitas tak bisa dilepaskan pula dari seberapa besar tertanamnya budaya digital pengguna. ”Kultur digital ini menjadi bagian kunci dorongan produktivitas, karena ini merupakan kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan atas informasi yang dimiliki,” tuturnya.
Kultur digital inilah yang membedakan hidup di era digital ini berbeda dengan satu atau dua dekade silam. Ketika dulu orang saat membayar sesuatu harus menggunakan uang tunai, kini sudah bisa memakai kartu kredit, kartu debit, mobile banking, sampai teknologi NFC yang cukup dengan sentuhan saja.
Selain itu, saat ini sudah ada jutaan aplikasi yang membantu manusia mendukung aktivitasnya sesuai kebutuhan dan gaya hidupnya. Mulai dari aplikasi hiburan, pekerjaan bahkan sampai mencari pasangan hidup.
Narasumber lain pada webinar ini, dosen Universitas Tidar Magelang Syukron Mazid menuturkan, platform media sosial merupakan ruang paling aktif di Indonesia karena jumlah pengguna internet mencapai 143,26 juta jiwa sedangkan jumlah daftar pemilih tetap ada 187.781.881 orang. Artinya, sebanyak 70,64 persen total DPT adalah pengguna internet.
”Dari kondisi itu, akses kita untuk produktif menggunakan internet sangat terbuka luas, tergantung kecakapan bermedia digital yang kita kuasai,” kata Syukron.
Syukron menambahkan, hidup produktif di era digital dapat diwujudkan dalam aktivitas keseharian. Kuncinya tetap hidup secara sederhana. Kesederhanaan akan berimplikasi pada kebahagiaan, kebahagiaan itu kunci pikiran dari kita. ”Hidup produktif di era digital bisa diwujudkan dalam perjuangan untuk memperoleh tujuan, berpikir kritis untuk memecahkan masalah, dan tetap inovatif serta kreatif dalam aktivitas,” ujar Syukron.
Dimoderatori oleh Dannys Citra, webinar ini juga menghadirkan narasumber lain, yakni dosen Ilmu Komunikasi Fisipol UGM Novi Kurnia, dosen UNU Yogyakarta Ahmad Wahyu Sudrajad, serta Sri Rezeki selaku key opinion leader. (*)