Jumat, Desember 20, 2024

Menyiapkan generasi digital yang berkualitas di abad 21

Must read

Abad 21 ditandai dengan pergeseran atau transformasi kultur literasi yang, salah satunya, berwujud pembelajaran jarak jauh – yang turut dipercepat oleh pandemi Covid-19. Pengawas SMP Kebumen Sungaidi menuturkan, dalam proses pembelajaran jarak jauh yang sudah berlangsung lebih dari setahun ini, ada beberapa hal yang masih perlu diperhatikan oleh pendidik dan peserta didik.

”Ingat, pembelajaran abad 21 adalah pembelajaran yang benar-benar dirancang untuk menyiapkan generasi abad-21, agar kelak mereka mampu mengikuti arus perkembangan teknologi terbaru, dan memanfaatkannya untuk kehidupan,” kata Sungaidi saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema “Literasi Digital: Menjaga Kualitas Belajar dari Rumah” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Jumat (10/9/2021).

Dalam webinar yang diikuti ratusan peserta itu, Sungaidi mengungkapkan, guru dalam pembelajaran abad 21 itu perlu merencanakan desain pembelajaran yang berorientasi ke depan dan evaluasinya berbasis digital. 

”Artinya, kegiatan yang ditekankan lebih banyak menyasar pembelajaran berbasis keterampilan belajar 4C, yakni: creativity and innovationcritical thinking and problem solvingcommunication, dan collaboration,” tegas Sungaidi. 

Menurut Sungaidi, pembelajaran dari rumah berpusat pada peningkatan kemampuan siswa dalam pemanfaatan jaringan internet yang berfokus pada keaktifan siswa secara holistik yang metodenya dengan blended learning (campuran proses pembelajaran luring dan daring). ”Perlu berorientasi pada penguatan karakter siswa sebagai pelajar Pancasila,” kata Sungaidi. 

Siswa berkarakter Pancasila yang dimaksud Sungaidi, dalam diri siswa tertanam semangat dan sikap beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia. Siswa juga punya sifat mandiri, berpikir nalar, kritis dan sekaligus memiliki pandangan kebhinekaan secara global.

”Siswa berkarakter Pancasila juga ditandai dengan mental yang suka bergotong-royong, kreatif. Ini sesuai dengan visi pendidikan Indonesia,” ujarnya.

Sungaidi menambahkan, literasi digital menjadi penting mendukung lahirnya siswa Pancasila. Karena tujuannya adalah menjadikan pelajar berpengetahuan dan berkecakapan, baik kecakapan kognitif maupun teknikal.

”Khususnya pengetahuan menggunakan media digital sebagai alat komunikasi jaringan untuk menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat dan patuh hukum,” tegasnya.

Sementara itu, pengajar Universitas Maarif Nahdlatul Ulama Kebumen (UMNU) Kebumen Mustolih mengatakan, peserta didik perlu terus didampingi agar mengotimalkan internet untuk kepentingan bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. ”Jangan biarkan siswa terjebak atau tergoda untuk memproduksi konten negatif,” ujar Mustolih.

Ia menambahkan, motivasi pembuatan konten negatif biasanya dilatari berbagai faktor. Bisa faktor ekonomi atau untuk mencari uang, untuk mencari kambing hitam, dalam ranah politik untuk menjatuhkan kelompok politik tertentu, dan bisa juga dilatari motivasi memecah belah persatuan.

Untuk itu, sambung Mustolih, literasi digital diperlukan agar siswa tak terjebak pada tindakan semacam cyberbullying atau perundungan, yakni: tindakan agresif terhadap orang lain yang lebih lemah secara fisik maupun mental dengan menggunakan media digital.

”Bentuk perundungan ini dapat berupa doxing seperti membagikan data personal seseorang ke dunia maya, cyberstalking atau memata-matai seseorang di dunia maya dan revenge porn atau melakukan penyebaran foto video vulgar sebagai bentuk balas dendam,” kata Mustolih.

Dimoderatori oleh Githa Nila, webinar ini juga menghadirkan narasumber lain: Training Expert Erfan Ariyaputra, Viewture Creative Solution Mohammad Adnan serta Oka Fahreza selaku key opinion leader. (*)

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article