Sabtu, November 16, 2024

Minimalkan dampak negatif penggunaan media sosial, ini kiat-kiatnya

Must read

Internet memungkinkan hampir semua orang di belahan dunia mana pun untuk saling berkomunikasi dengan cepat dan memudahkan manusia dalam berkomunikasi satu sama lain tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Konsep komunikasi digital akan selalu berkembang sesuai dengan perubahan zaman, yang dipengaruhi dengan penemuan alat-alat berbasis teknologi yang terus berkembang. 

Pegiat Literasi Komunitas Al Farid mengatakan, interaksi sendiri merupakan proses komunikasi dua arah antar-pengguna terkait mendiskusikan ide, topik, dan isu dalam ruang digital. Karakteristik media sosial sendiri memiliki sifat keterbukaan, memiliki halaman profil pengguna, user generated content, tanda waktu setiap unggahan. 

”Selain itu, bisa digunakan untuk berinteraksi antar-penggunannya,” kata Farid dalam webinar literasi digital dengan tema ”Transformasi Digital: Era Baru Interaksi Sosial” yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk warga Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Rabu (1/9/2021).

Menurut Farid, dalam pemakaian platform media sosial ini, pengguna harus memahami mengenai etik membuat akun. Dalam membuat akun, akan lebih baik menggunakan identitas asli, termasuk foto profilnya. Kemudian menuliskan deskripsi diri dengan baik dan jelas, serta memakai bahasa yang sopan dan santun dalam profil. 

Farid juga menyarankan agar dalam membuat akun tidak menampilkan informasi yang mengandung data pribadi, SARA, pornografi, dan pornoaksi. ”Kenali juga fitur-fitur di platformmedia sosial yang kita tuju,” ucapnya. 

Dalam berinteraksi di platform media sosial, pengguna juga disarankan untuk berteman dengan orang lain yang sebelumnya telah dikenal. ”Apabila teman baru, lebih baik kita telusuri dahulu informasi mengenai dirinya,” kata Farid di depan 240-an partisipan webinar. 

Kemudian jika mencari teman baru, sebaiknya teman tersebut memiliki kesamaan pertemanan atau minat. ”Bertemanlah dengan orang yang menggunakan identitas asli,” ujarnya. Dengan cara aman menggunakan platform digital ini, maka bisa meminimalkan dampak risiko penggunaannya. Salah satu dampak buruknya, yakni semakin beredarnya informasi hoaks. 

Menurut catatan Kementerian Kominfo, survei tentang literasi digital nasional pada 2020 dengan 1.670 responden di 34 provinsi, diketahui sebesar 68,4 persen di antaranya menyatakan pernah menyebarkan informasi tanpa mengecek kebenarannya. 

Sementara, selama krisis pandemi Covid-19, yakni Maret 2020 sampai Januari 2021, terdapat 1.387 hoaks yang beredar di dunia internet Indonesia. ”Selain itu, sebanyak 56,1 persen di antaranya tidak mampu mengenali informasi hoaks,” kata Farid. 

Narasumber lainnya, Head of Operation PT Cipta Manusia Indonesia, Rizqika Alya Anwar mengatakan, karakteristik masyarakat digital yakni cenderung tidak menyukai aturan yang mengikat atau tidak suka diatur-atur. Kemudian, senang mengekspresikan diri, khususnya melalui platform media sosial. 

”Selanjutnya, terbiasa belajar bukan dari instruksi melainkan dengan mencari. Masyarakat digital lebih senang mencari sendiri konten atau informasi yang diinginkan. Selain itu juga berinteraksi di media sosial dan melakukan aktivitas kesenangan bersama,” tuturnya. 

Untuk itu masyarakat digital perlu memiliki kecakapan digital, yakni kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak teknologi informasi dan komunikasi serta sistem operasi digital. 

Diskusi virtual yang dipandu oleh moderator Rara Tanjung itu, juga menghadirkan narasumber Mustolih (dosen UNMU Kebumen), entrepreneur Widiasmorojati, dan seniman Dibyo Primus selaku key opinion leader. (*)

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article