Digital skills sangat dibutuhkan pada era industri 4.0 karena berkaitan dengan kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras serta perangkat lunak untuk mengatasi berbagai persoalan kehidupan sehari-hari. Tak terkecuali di dunia pendidikan, digital skills menjadi bagian utama yang turut menentukan bagaimana kualitas pendidikan akan dibentuk.
“Ada berbagai kemampuan wajib soal digital skills bagi tenaga pendidik di era sekarang,” ujar dosen Universitas Islam Nahdlatul Ulama Teguh Tamrin, saat menjadi pembicara dalam webinar literasi digital bertema “Literasi Digital bagi Tenaga Didik dan Anak Didik” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Selasa (14/9/2021).
Dalam webinar yang diikuti ratusan peserta itu, Teguh merinci, digital skills tenaga didik yang perlu dikuasai antara lain pengetahuan dasar mengenai mesin pencarian informasi, baik soal cara penggunaan maupun pemilihan data.
Lalu, pengetahuan dasar mengenai aplikasi percakapan dan media sosial, kemudian pengetahuan dasar mengenai pemecahan masalah melalui tutorial-tutorial di internet, dan yang tak kalah penting pengetahuan dasar mengenai aplikasi dompet digital loka pasar (marketplace)dan transaksi digital.
Meskipun kelihatannya remeh, lanjut Teguh, namun pengetahuan mengenai aplikasi percakapan media sosial itu penting. ”Untuk mengetahui jenis-jenis aplikasi percakapan dan media sosial, mengetahui cara aplikasi itu bekerja, aman atau tidak, bagaimana ragam fitur yang tersedia,” kata Teguh.
Narasumber berikutnya, Content Writer Luqman Hakim, dalam paparannya menguraikan mengapa sekolah daring selama pandemi Covid-19 terasa lebih membosankan dan berat dirasakan, baik oleh peserta didik, pendidik, maupun para orangtua.
“Satu penyebabnya, karena karakter ruang digital itu sendiri yang merupakan dunia baru, sehingga membutuhkan adaptasi, di samping multitasking yang membuat konsentrasi kurang,” ujar Luqman. Ruang digital, sambung Luqman, hanyalah medium yang juga perlu dievaluasi sesuai kebutuhan pembuatnya, yakni manusia.
Selain itu, belajar daring memberatkan, karena bisa jadi ada satu kebiasaan menunda dan mengerjakan tugas membuatnya menumpuk. Luqman pun memaparkan beberapa skill kunci agar belajar mengajar di era digital berlangsung lancar, efektif, dan efisien.
Yakni, mencoba ikuti arus zaman, tapi dengan penuh kesadaran dan jangan sampai hanyut terbawa arus. “Tidak ada yang tidak berubah kecuali perubahan itu sendiri. Kita dituntut untuk selalu siap dengan perubahan. Oleh karenanya, adaptasi terhadap perubahan adalah skill yang wajib dimiliki di era digital,” kata Luqman.
Sementara itu, dosen Magister Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur Jakarta Denik Iswandani Witarti, dalam paparannya mengungkapkan etika digital menjadi pamungkas bagi peserta dan tenaga didik dapat menciptakan proses pembelajaran daring yang nyaman dan efektif. “Etika ini tercermin dari komunikasi dan informasi yang dilakukan pengguna internet ke pengguna internet lainnya,” jelasnya.
Denik menambahkan, etika berinternet itu bisa meliputi soal waktu, yakni bagaimana disiplin waktu dalam proses pembelajaran. Etika juga bisa soal penggunaan bahasa yang sopan dan santun kepada orang yang lebih tua atau orang yang harus dihormati dalam situasi formal.
“Etika berinternet juga terkait dengan privasi. Bagaimana menjaga data pribadi diri dan orang lain tidak bocor. Selain itu, etika berinternet juga terkait dengan informasi, bagaimana memilah informasi yang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya,” ujar Denik.
Dipandu Dannys Citra selaku moderator, webinar ini juga menghadirkan narasumber praktisi pendidikan Adhi Wibowo dan Putri Shabrina selaku key opinion leader. (*)