Sektor pendidikan menjadi salah satu bagian kehidupan yang mengalami perubahan ke arah digitalisasi dalam proses pelaksanaannya. Sikap dalam menghadapi perubahan ini, menurut Analis Kepegawaian Kanwil Kemenag DI Yogyakarta Nurhuda, ada yang ditanggapi warga pendidikan dengan antusias, ada yang biasa saja, dan ada juga yang apatis. Namun di luar itu, para warga pendidikan tetap dituntut untuk beradaptasi dengan perubahan metode pembelajaran yang dilaksanakan secara daring dengan memanfaatkan teknologi digital.
Menurut Nurhuda, laju canggih perkembangan teknologi digital dalam dunia pendidikan memberikan manfaat besar bagi perkembangan proses pembelajaran. Namun juga perlu cermat dan teliti dengan akibat samping yang muncul. Mudahnya akses dan banyak informasi tidak menjamin data yang tesedia itu pasti kebenarannya. Oleh sebab itu, pendidik perlu mengajarkan etika bermedia digital kepada peserta didik.
”Etika digital penting untuk menghindari disfungsi digital yang dapat menimbulkan kerugian, kekacauan, dan perselisihan. Kalau dalam dunia pendidikan itu untuk menghindari penyampaian bias informasi,” jelas Nurhuda dalam webinar bertema ”Metode Pembelajaran di Era Digital” yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (10/9/2021).
Etika bermedia digital juga berlaku ketika berkomunikasi dan berinteraksi secara umum di ruang digital. Yakni, mengedepankan komunikasi dengan bahasa yang sopan dan santun serta tepat sesuai dengan partner yang diajak berkomunikasi. Memeriksa kebenaran informasi atau materi belajar, serta menghargai karya atau konten orang lain dengan menyantumkan sitasi ketika mengutip atau menggunakan konten milik orang lain.
”Ingat keberadaan orang lain, sebab apa yang disampaikan di ruang digital bisa ditangkap dengan persepsi berbeda oleh orang lain. Oleh sebab itu, berpikir ulang dan berpikir kritis perlu dimiliki oleh pengguna media digital. Dapat menghormati privasi orang lain, membagikan ilmu dan keahlian kepada sesama untuk meningkatkan literasi digital,” jelasnya kepada 300-an peserta webinar.
Sementara itu Kepala Pendidikan Madrasah Kemenag Sleman Suharto menjelaskan, membangun budaya digital itu dilakukan dengan memanfaatkan fungsi teknologi dengan optimal serta menghilangkan mudaratnya. Perkembangan teknologi dalam pendidikan daring memiliki manfaat yang sangat besar, karena memudahkan dalam interaksi dan komunikasi dengan peserta didik. Teknologi saat ini juga menjadi wadah dan sumber informasi yang tiada batas. Pendidik dapat meningkatkan kreativitas dalam memberikan metode pembelajaran yang efektif.
”Tidak dimungkiri, ruang digital dibanjiri konten yang mengandung mudarat, seperti pornografi, kekerasan yang berdampak pada renggangnya silaturahmi. Teknologi sayangnya juga mengakibatkan menipisnya sikap sosial. Oleh sebab itu, kita harus menjadi agen yang memberi teladan yang baik, memperkuat silaturahmi, dan meningkatkan kepedulian sosial,” kata Suharto.
Digitalisasi pendidikan, bagi Suharto, merupakan upaya untuk menunjang proses belajar mengajar secara virtual tanpa mengurangi esensi dalam penyampaian materi pembelajaran. Berbagai platform media online dapat dianggap sebagai fasilitas yang dapat digunakan secara fleksibel.
”Banyaknya fasilitas yang tersedia di ruang digital dapat menjadi sumber dalam meningkatkan kompetensi guru dan siswa. Metode pembelajaran baik secara virtual, menggunakan learning management system, maupun menggunakan media sosial dapat menjadi pembelajaran yang menantang bagi pendidik dan peserta didik,” jelasnya.
Sedangkan yang perlu disiapkan oleh satuan pendidikan dalam pembelajaran jarak jauh, Suharto menyebutkan, harus menyiapkan rencana pembelajaran, menyiapkan materi dan media pembelajaran. Mengoptimalkan program atau tayangan TV dan radio sebagai sajian utama atau pendukung pembelajaran dari rumah bagi siswa.
Pendidik mendorong ”gerakan guru berbagi” dalam memberikan dukungan teknis pelaksanaan pembelajaran jarak jauh. Serta mengajak kolaborasi guru, orangtua, masyarakat dan birokrasi pendidikan agar pendidikan dapet berjalan sesuai rencana.
Diskusi virtual yang dimoderatori oleh presenter Amel Sannie ini juga diisi oleh narasumber lainnya: Septa Dinata (researcher Paramadina Public Policy), Riant Nugroho (penggiat literasi), serta Herman YC (Top 6 Mister Global International 2019) yang menjadi key opinion leaderdalam diskusi.
Webinar itu sendiri merupakan bagian dari Program Nasional Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital, yang diselenggarakan secara serentak di kabupaten/kota se Indonesia. Masyarakat diajak memperdalam literasi digital yang meliputi digital ethics, digital culture, digital skills, dan digital safety. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kecakapan masyarakat dalam menggunakan dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. (*)