Sabtu, November 16, 2024

Perkuat karakter nilai Pancasila, jadi pengguna internet yang beradab

Must read

Dosen Ilmu Budaya UNS Solo Muhammad Yunus Anies menuturkan, Indonesia dengan potensi keragaman budayanya harus terus dijaga dan dilestarikan. “Khususnya di ranah digital, potensi keragaman budaya itu perlu dilestarikan dengan memperkuat karakter nilai-nilai Pancasila,” kata Yunus saat menjadi pembicara dalam webinar literasi digital bertema “Menjadi Pengguna Internet yang Beradab” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Selasa (14/9/2021).

Dalam webinar yang diikuti ratusan peserta itu, Yunus mengungkapkan, dengan jalan pelestarian budaya yang memanfaatkan teknologi digital itulah diharapkan akan lahir budaya digital yang kreatif, aman, dan nyaman serta dilengkapi dengan implementasi kurikulum literasi digital yang optimal.

Yunus melanjutkan, kurikulum literasi digital terbagi atas empat area kompetensi. Yakni, kecakapan digital, budaya digital, etika digital, dan keamanan digital. Empat kurikulum literasi itu, menurutnya, bisa jadi panduan pengguna internet untuk menjadi pengguna yang beradab dan berbudaya, yang selalu berusaha mempertahankan kearifan lokal, budaya sopan dan santun.

Kearifan lokal, ujar Yunus, saat ini merupakan sumber peradaban dan kebudayaan. Pengguna internet perlu mengedepankan kepentingan publik, budaya gotong royong, dan berusaha mengemas informasi publik dengan kreatif dan inovatif.

“Misalnya, mempromosikan produk menggunakan bahasa daerah dilengkapi dengan takarir (subtitle). Jadi, jadikan budaya daerah landasan komunikasi publik sebagai identitas dan bukti kecintaan kita pada bangsa dan negara Indonesia,” jelasnya.

Yunus Anies menuturkan, literasi digital bermanfaat memperluas jaringan, membuat keputusan yang lebih baik dengan mencari tahu melalui internet, bersifat ramah lingkungan dengan buku elektronik tanpa menggunakan kertas lagi, dan memudahkan mencari informasi terkini secara cepat serta mempermudah proses komunikasi dengan temuan aplikasi seperti WhatsApp, LINE hingga Facebook Messenger.

Untuk penguatan literasi di era digital dan era disrupsi ini, Yunus mengatakan, memperkuat pemahaman literasi digital sama saja dengan memperkokoh jati diri bangsa Indonesia. Dengan bentuk mengimplementasikan semangat ketahanan budaya Indonesia di tengah-tengah derasnya arus globalisasi.

Untuk menjadi warga digital yang Pancasilais, Yunus mengungkap, pertama perlu berpikir kritis. Kedua, dengan meminimalisir unfollowunfriend dan block untuk menghindari fenomena eco chamber dan filter bubble media digital; dan ketiga, bergotong royong dan berkolaborasi kampanye literasi digital.

Menjadi pengguna internet yang beradab, kata Yunus, bagian utamanya tentu saja termasuk saring sebelum sharing. “Saring sebelum sharing berdasar pertanyaan utama apakah konten atau informasi itu benar objektif, sesuai fakta, penting dibutuhkan, inspiratif dan memiliki niatan baik,” tegas Yunus.

Narasumber lain dalam webinar ini, Zulkhairy Ashary dari Kaizen Room mengatakan, saat ini orang memang semakin mudah mendapatkan informasi secara online dan real time. Di masa banjir informasi inilah, Ashary menilai, digital culture penting ditanamkan. Karena dari sini kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa membangun wawasan kebangsaan nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.

“Jadi, digital kultur merupakan prasyarat dalam melakukan transformasi digital karena penerapan budaya digital lebih kepada mengubah pola pikir atau mindset agar dapat beradaptasi dengan perkembangan digital. Orang yang bertahan adalah yang mampu menyesuaikan dan beradaptasi dengan lingkungan,” ujar Ashary.

Dipandu oleh moderator Dimas Satria, webinar ini juga menghadirkan narasumber: Jurnalis Radar Jateng dan blogger Ragil Triatmojo, serta Venabela Irin selaku key opinion leader. (*)

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article