Rabu, Desember 25, 2024

Revolusi digital ubah daftar kebutuhan primer

Must read

Masyarakat Indonesia semakin mudah mengakses informasi melalui berbagai platform teknologi digital yang menawarkan inovasi fitur dari media komunikasi yang kian interaktif. Era Revolusi Industri 4.0 juga telah merubah daftar kebutuhan primer manusia dari semula sandang, pangan dan papan berganti menjadi internet (gadget/gawai, jaringan internet/signal).

“Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah berkembang sangat pesat dan menyebar ke seluruh sendi kehidupan masyarakat.  Terjadi pergeseran pola pikir, pola sikap, dan pola tindak masyarakat dalam akses dan distribusi informasi,” ungkap Fauzan, Dosen HI UPN Veteran Yogyakarta, saat menjadi narasumber webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Senin (27/9/2021).

Dia mengakui internet saat ini memang menjadi barang penting karena dapat diakses 24 jam tanpa dibatasi waktu untuk mencari sebuah informasi. Biaya internet yang semakin murah dan bahkan gratis juga memberikan kemudahan akses informasi dan melakukan transaksi termasuk menjalin relasi.

Seperti disampaikan oleh seorang pakar (Dyson) ruang digital memiliki karakteristik sangat dinamis dan selalu berubah dengan cepat. Ruang digital tidak mengenal batas-batas  teritorial atau wilayah alias borderless.

Pengguna yang terlibat berinteraksi di ruang digital dapat melakukan aktivitasnya tanpa harus menunjukkan identitas dirinya. Adapun informasi di ruang digital bersifat umum dalam arti untuk publik.

Konsekuensinya, lanjut Fauzan, budaya digital harus benar-benar ditanamkan. Budaya adalah konsep yang menggambarkan gagasan bahwa teknologi dan internet secara signifikan membentuk cara berinteraksi, berperilaku, berpikir dan berkomunikasi dalam lingkungan masyarakat.

“Budaya digital adalah bentuk gaya hidup (lifestyle) manusia saat ini yang tidak terlepas dari penggunaan dan pemanfaatan teknologi digital dalam kehidupan sehari-hari. Budaya digital telah menjadi tatanan kehidupan baru masyarakat dan mempengaruhi gaya interaksi mereka sehingga menimbulkan kebiasaan baru,” terangnya.

Adapun budaya digital saat berinternet difokuskan pada  adaptasi (perangkat dan budaya), jangan gagap teknologi, jangan gagap budaya Jangan gegar budaya.

Narasumber lainnya, Ahmad Faozy selaku Trainer, Designer dan guru MTs Nur Iman Mlangi, menyatakan digitalisasi budaya bisa dimulai dari diri sendiri untuk melestarikan budaya luhur Indonesia di ruang digital.

Budaya tersebut bisa dikenalkan melalui tulis artikel di blog, web media sosial. Hanya saja konten budaya yang dibuat perlu dideskripsikan secara rinci dari sumber yang kredibel. Jika perlu tambahkan infografis agar menarik saat dibagikan di medsos.

Faozy menambahkan warga digital perlu memahami tujuh netiket di ruang digital, di antaranya hormati orang lain. Jangan pernah membawa SARA (Suku Agama Ras dan Antargolongan), jangan melakukan plagiarism dan hormati hak cipta .

Dipandu moderator Safiera Aljufry, webinar bertema ”Cerdas dan Bijak Berinternet: Pilah Pilih Sebelum Sebar” ini  juga menghadirkan narasumber Freesca Syafitri (Tenaga Ahli DPR RI & Dosen UPN Veteran Jakarta), Ari Ujianto (Fasilitator Komunitas), Idza Priyanti (Bupati Kabupaten Brebes) sebagai Keynote Speaker, Ganjar Pranowo (Gubernur Provinsi Jawa Tengah) sebagai Keynote Speaker dan Shafa Lubis (Anggota @intothelightid) sebagai key opinion leader.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article