Di tengah derasnya arus informasi digital open sky, menjadi penting untuk menggalakkan literasi digital secara cerdas, tepat, dan cermat. Langkah ini dinilai wajib, guna memberikan edukasi pada masyarakat agar melek digital.
Hal tersebut dikatakan oleh Dosen DKV Universitas Sahid Surakarta, Ahmad Khoirul Anwar, dalam webinar literasi digital dengan tema “Pentingnya Literasi Digital dalam Peningkatan Kapasitas Guru dan Siswa di Era Pandemi Covid-19” yang digelar Kementerian Kominfo bersama Debindo untuk warga Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (6/10/2021).
Literasi digital merupakan pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan. Kemudian juga membuat informasi, dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari.
Literasi digital juga merupakan kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk mengkomunikasikan konten atau informasi dengan kecakapan kognitif dan teknikal.
Anwar mengatakan literasi digital sangat penting terutama bagi guru. Menurutnya, guru harus memiliki pengetahuan yang cukup sebagai pendidik dalam melaksanakan pembelajaran daring saat ini.
“Maka kreatifitas sangat diperlukan agar tercipta iklim pembelajaran yang menyenangkan, serta meningkatkan pengalaman belajar baik pada pendidik maupun peserta didik,” tuturnya.
Menurut Anwar, dengan adanya kemampuan literasi digital maka akan tercipta pembelajaran yang aman dan nyaman.
Narasumber lainnya, Dosen Universitas Negeri Semarang, Arif Hidayat mengatakan, ada beberapa ketentuan dalam pelaksanaan belajar dari rumah. Pertama yakni pembelajaran daring untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa.
Kemudian pembelajaran daring berfokus pada pendidikan kecakapan hidup seperti mengenai pandemi Covid-19. Lalu, aktivitas dan tugas dapat bervariasi antarsiswa, sesuai minat dan kondisi masing-masing.
“Ketentuan selanjutnya yaitu bukti atau produk aktivitas belajar diberi umpan balik bersifat kualitatif dan berguna dari guru, tanpa harus memberi nilai kuantitatif,” ujarnya.
Menurutnya, teknologi mendukung sistem pendidikan menjadi lebih baik. Bahkan dengan manfaat yang diberikan ini, penggunaan teknologi jangan hanya saat pandemi saja. Namun demikian, menurut Anwar, masih ada beberapa kendala yang dihadapi dalam pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi ini. Seperti minimnya keterampilan guru dalam pendidikan jarak jauh, kemudian proses belajar jadi tidak menarik.
“apalagi mengingat media digital yang digunakan guru masih terbatas. Sebesar 83,4 persen menggunakan Whatsapp, Line, Facebook, dan Instagram,” ujarnya.
Adanya kendala tersebut, memberikan efek samping kepada anak didik. Efek tersebut di antaranya risiko anak kecanduan gawai, durasi lama media terganggu. Sedangkan dampaknya, siswa kesulitan menangkap isi materi setiap mata pelajaran, pengawasan yang lemah dalam belajar daring di rumah.
“Untuk itu, perlunya literasi baru menghadapi era revoluasi industri agar lulusan bisa kompetitif, kurikulum perlu orientasi baru. Sebab adanya era revolusi industri 4.0 tidak hanya cukup literasi lama yang mencakup membaca, menulis dan matematika,” ucapnya.
Dipandu moderator Safiera Aljufry, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber Ahmad Wahyu Sudrajad (Peneliti & Pendidik PP Al Qadir Yogyakarta), Muhammad Mustafid (Ketua LPPM UNU Yogyakarta), dan Seniman, Dibyo Primus, selaku key opinion leader.