Sabtu, November 16, 2024

Kenali kebiasaan-kebiasaan yang membahayakan keamanan digital

Must read

Kecakapan literasi digital di era revolusi 4.0 merupakan satu keharusan yang perlu dimiliki masyarakat digital. Dengan demikian, pengalaman berselancar di ruang digital dapat dilakukan secara aman dan nyaman. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menunjang peningkatan kecakapan literasi digital masyarakat melalui program Gerakan Nasional Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital, yang salah satunya diselenggarakan untuk masyarakat Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, pada Senin (20/9/2021). 

Agenda webinar literasi digital kali ini mengangkat tema “Adaptasi Empat Pilar Literasi Digital untuk Siswa” dan dipandu oleh kreator konten Mafin Rizqi. Diskusi virtual pagi ini juga mengajak empat narasumber: digital marketing strategist Femikhirana Widjaja, Kepala MAN Salatiga Handono, Kepala MAN Temanggung Khoironi Hadi, juga seorang penulis Muawwin. Tidak hanya itu, diskusi kali ini juga mengajak Miss Halal Tourism Indonesia 2018 Riska Yuvista sebagai key opinion leader. 

Femikhirana Widjaja secara lebih spesifik membahas kebiasaan-kebiasaan yang mengancam keamanan data digital pengguna media digital. Ia mengatakan, tidak ada keamanan yang seratus persen di dunia digital, karena semua informasi bisa dicari di internet, setidaknya nama lengkap pengguna. Meski begitu  bukan berarti data personal tidak aman dan mudah tersebar begitu saja jika sebagai pengguna paham dan tidak ceroboh pada keamanan digital. 

Femikhirana mengibaratkan ruang digital sebagai rumah yang berisi data-data penting. Meskipun rumah itu diketahui banyak orang, namun sebagai pemilik data bisa melindungi kediaman tersebut dengan “kunci pengaman”.  “Semua karena kita lindungi dengan tidak melakukan kebiasaan yang akan membuat orang dapat masuk ke rumah digital kita,” jelas Femikhirana menjelaskan tema diskusi dari pilar literasi digital safety atau keamanan digital. 

Beberapa kebiasaan yang berbahaya dan mungkin tidak terlalu disadari oleh pengguna media digital adalah mengisi data pada link kuis tidak jelas, main gim yang meminta akses foto atau login password media sosial, serta tidak teliti dalam membaca pesan yang mengandung tautan berbahaya. Link dari situs yang tidak dikenal atau aplikasi gim dari penyedia ilegal bisa berpotensi mengandung malware yang dapat merusak sistem operasi perangkat digital. 

“Kebiasaan bahaya lainnya adalah tidak mengganti password pada akun-akun platform media digital secara berkala, hanya punya satu email untuk semua kepentingan, dan tidak membuat pengamanan berganda. Pengamanan berganda atau two factor authentication menjaga keamanan data ketika ada pihak yang ingin meretas minimal tidak bisa masuk ke password kedua,” imbuh Femikhirana. 

Tidak hanya itu. Perilaku digital juga membuka potensi bahaya pada keamanan digital. Kebiasaan nyinyir dan nyolot di media sosial semakin menjadi indikator yang menyebabkan keresahan bagi pegguna lainnya. Hal ini berpotensi dilaporkan, diretas, dan diblok.

“Rawat rumah dengan kunci password yang diganti secara berkala dan kombinasi passwordyang kuat, memisahkan email untuk kepentingan personal dan media sosial, perbankan. Teliti sebelum mengisi data, bersihkan secara berkala gawai dari malware,” pesannya. 

Sementara itu, dari sudut pandang pilar literasi kecakapan digital, Muawwin menjelaskan, era revolusi 4.0 informasi bergerak secara lebih cepat. Media sosial menjadi tools yang banyak digunakan selain untuk menyampaikan pesan juga mencari dan mendapatkan informasi. Oleh sebab itu, kecakapan digital perlu dimiliki untuk bisa memilih dan memilah informasi.

“Medsos dapat mempengaruhi persepsi dan perilaku publik karena memungkinkan semua orang bisa berkomentar, mempengaruhi pengambilan keputusan dan membentuk opini publik. Bercampurnya informasi hoaks dengan informasi yang baik. Karena itu, penting dipahami, kecakapan digital penting dalam menyaring informasi di ruang digital,” jelas Muawwin kepada 200-an peserta webinar.

Kemampuan digital yang perlu dimilliki masyarakat digital dalam menangkis hoaks, menurut Muawwin, adalah bersikap waspada dengan artikel atau berita yang memiliki judul provokatif atau memaksa. Cek kebenaran berita melalui Cekfakta.com atau Turnbackhoax.id. Mengecek keaslian foto dengan Google Images, berpartisipasi dalam diskusi anti-hoaks, serta melakukan pelaporan jika menemukan informasi yang mengandung hoaks ke Aduankonten.id.

“Kecakapan yang perlu dipelajari sebagai masyarakat digital, belajar menjadi manusia yang beradab melalui sikap sehari-hari, mampu memaknai sesuatu yang penting dan bermanfaat, dan mampu bekerja sama menciptakan sesuatu yang berguna bagi kehidupan,” tutupnya. (*)

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article