Perangkat teknologi menjadi bagian tak terpisahkan dalam masa pembelajaran era digital. Jenis perangkat teknologi pembelajaran itu mulai dari komputer, laptop, hingga smartphone.
“Pentingnya mengoptimalkan teknologi dan smartphone sebagai media pembelajaran terutama untuk e-learning, sehingga pembelajaran bisa lebih menyenangkan, tanpa kenal ruang dan waktu, serta para siswa dapat belajar meskipun berada di luar kelas,” ujar Yusuf Mars, Pemred Padasuka TV, saat menjadi pembicara dalam webinar literasi digital bertema “Adaptasi Empat Pilar Literasi Digital untuk Siswa” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Sragen Jawa Tengah, Senin (20/9/2021).
Dalam webinar yang diikuti 200-an peserta itu, Yusuf menuturkan, optimalisasi perangkat teknologi dan smartphone bisa dilakukan dengan menjelajahi website e-learning. Di mana biasanya website tersebut menyajikan materi pembelajaran yang cukup menyenangkan karena disertai video-video ajar.
Dari sisi pelajaran, ketersediaan e-book yang bisa diakses melalui smartphone juga membuat mudahnya membaca buku. Para siswa tak perlu buku berbentuk fisik dan membaca buku akan lebih menyenangkan karena bisa dilakukan di mana dan kapan saja. Karena situs yang menyediakan bahan itu bisa dicari memakai mesin pencari internet yang sangat membantu para siswa dalam mencari sebuah informasi atau materi tentang pembelajaran.
”Wawasan pengetahuan para siswa akan lebih berkembang dengan memanfaatkan smartphonedengan baik. Bahkan media sosial bisa juga menjadi ruang untuk pembelajaran,” kata Yusuf yang mencontohkan banyak sekali media sosial yang dimanfaatkan seperti Edmodo.
Aplikasi Edmodo ini didesain seperti metode di kelas, sehingga guru akan lebih aktif berkomunikasi dengan siswa. Sederhananya, Edmodo merupakan platform pembelajaran sosial untuk guru/dosen dan siswa/mahasiswa yang menyediakan beberapa fitur untuk mendukung e-learning seperti penugasan, kuis, hingga penilaian.
Hanya saja, Yusuf mengingatkan, untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh guru. Guru di ruang digital tetap perlu menyapa siswa dengan ramah dan bersemangat, bisa menciptakan suasana rileks, memotivasi siswa, menggunakan ice breaking untuk menaikkan kembali derajat perhatian.
“Hal ini perlu dilakukan oleh guru, karena berdasarkan hasil penelitian rata-rata setiap orang hanya dapat berkonsentrasi pada satu fokus tertentu sekitar 15 menit saja. Sehingga, guru juga perlu menggunakan metode yang variatif melibatkan audio, visual, reading, dan kinestetik,” tegas Yusuf.
Selanjutnya, Yusuf menyebut tantangan media sosial saat ini yang mau tak mau turut dihadapi generasi muda adalah situasi darurat hoaks. Arus informasi yang datang juga dapat mempengaruhi pola pikir dalam diri seseorang. “Salah satu tantangan masyarakat pada masa ini adalah dengan kemampuannya untuk mencerna informasi yang masuk dari lingkungan yang ada di sekitarnya,” ujar dia.
Narasumber lain dalam webinar ini, Pemimpin Redaksi Channel9.id, M. Aziz Nasution membeberkan alasan perlunya pengguna ruang digital bertindak etis dalam urusan apapun yang dilakukan. Khususnya di ruang media sosial.
“Media sosial menjadi ruang pertemuan berbagai macam manusia yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda, dan pengguna medsos di Indonesia tercatat sebanyak 170 juta orang, atau menempati 10 besar alias berada di rangking ke 9 negara pengguna medsos terbanyak dunia,” kata Aziz.
Dengan memiliki etika digital, ujar Aziz, pengguna ruang digital makin memiliki kemampuan dalam menyadari, mencontohkan menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan dan mengembangkan tata kelola etika digital. Dalam dunia digital, berlaku pula yang namanya netiket yang digunakan ketika kita berkomunikasi dan berinteraksi di media sosial.
Berikutnya, Ahmad Faridi dari Kantor Wilayah Kemenag Jawa Tengah dalam paparannya mengungkapkan literasi berperan dalam penguatan karakter individu di era digitalisasi. “Internet sebagai kebutuhan primer generasi milenial, mesti dimanfaatkan dengan nurani berlandasan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, disertai pendidikan karakter digital,” ujarnya.
Diskusi virtual yang dimoderatori Amel Sannie ini juga menghadirkan narasumber praktisi dan trainer internet marketing Eko Sugiono, serta Deckie Tri selaku key opinion leader. (*)