Rabu, Desember 25, 2024

Merdeka belajar, jalan baru memasuki peradaban digital penuh tantangan

Must read

Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang bisa digunakan untuk mengubah dunia. Pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

“Untuk mencapai tujuan pendidikan itu, kita butuh konsep Merdeka Belajar di era digital ini,” kata Kepala Kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VIII Jawa Tengah Nikmah Nurbaity saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema “Literasi Digital Sebagai Upaya Mendukung Merdeka Belajar” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Kamis (23/9/2021).

Dalam webinar yang diikuti 200-an peserta itu, Nikmah menyebut kemerdekaan belajar yang sesungguhnya merupakan gabungan dari tanggung jawab otonomi dan otoritas siswa. Karena merdeka belajar menekankan konsep di mana belajar diatur sendiri oleh pelajar.

“Di dalam konsep ini, merdeka belajar jelas bukan hanya soal menghafal rumus, tetapi cara menalar dan menyelesaikan persoalan. Belajar tak dinilai oleh besarnya angka tapi oleh karya yang bermakna,” tegas Nikmah.

Mengutip Ki Hajar Dewantoro, Nikmah pun mengajak guru dan orangtua memandang pendidikan sebagai pendorong bagi perkembangan siswa. Pendidikan mengajarkan untuk mencapai perubahan dan keberlanjutan serta kemanfaatan bagi lingkungan sekitar. “Merdeka belajar dapat jadi jalan baru, memberikan perubahan ke arah yang lebih baik serta memberikan manfaat pada lingkungan,” tegasnya.

Nikmah setuju bilamana literasi digital dioptimalkan untuk mendukung konsep merdeka belajar. Merdeka belajar akan sangat optimal bila siswa guru dan orangtua menguasai literasi digital yang meliputi kecakapan digital, etika digital, budaya digital dan keamanan digital.

“Dalam merdeka belajar yang didukung media digital, tetap perlu etika berinternet atau yang lebih dikenal dengan netiket yaitu tata krama dalam menggunakan internet,” tegasnya.

Etika dibutuhkan agar pelajar bisa berkontribusi membangun ruang digital yang makin sehat. Sehat dalam arti tidak menyebarkan hoaks, tidak menyebar ujaran kebencian dan perundungan, tidak menyebarkan konten pornografi, tidak melakukan pencemaran nama, tidak melakukan penipuan, tidak melakukan cyber bullying, tidak ikut judi online dan tidak melakukan cybercrime.

Narasumber lain webinar itu dosen Universitas Negeri Semarang Arif Hidayat mengatakan di era digital peserta dan anak didik sama-sama perlu memahami mediamorfosis.

“Mediamorfosis ini dalam arti peserta dan anak didik mengetahui dan memahami perangkat keras, memahami perangkat lunak, memahami koneksi internal, juga paham perangkat terkait keamanan digital,” tegasnya.

Webinar ini juga menghadirkan narasumber praktisi pendidikan Anggraini Hermana, Kaprodi Fisip Unpar Trisno Sakti Herwanto, serta dimoderatori Ayu Perwari juga Ayonk selaku key opinion leader. (*)

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article