Kepala Kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VIII Jawa Tengah Nikmah Nurbaity melempar pernyataan menarik. Pada era digitalisasi, di mana segala sesuatu makin mudah diakses, sudah seharusnya turut membuat para pengguna digital menjadi manusia yang lebih pintar.
“Pintar dalam berkomentar, posting, juga saat chatting atau berkomunikasi,” kata Nikmah saat menjadi pembicara dalam webinar literasi digital bertema ”Menjadi Masyarakat Digital yang Pintar” gelaran Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Senin (9/8/2021).
Dalam berkomentar di ruang digital, Nikmah memberi catatan, pengguna mesti menggunakan bahasa yang santun. Ingat kepada siapa kita berkomentar, pada teman dekat, teman jauh, artis, guru, tetangga, atau orangtua.
“Biasakan komentar yang baik-baik saja, memuji, memberi ucapan selamat, ikut berbahagia, atau bercanda,” kata dia. Hindari komentar yang menyakitkan, menebar kebencian, iri, dengki, menghakimi, memberi nasihat berlebihan, menyalahkan, menjelek-jelekkan orang lain, seperti kota, sekolah, negara sendiri maupun yang lain.
“Sebab, sekali komentar diunggah maka akan ada terus, sulit dihapus. Makanya, yuk, bijak berkomentar,” ajak Nikmah.
Begitu pun saat posting sesuatu di media sosial atau platform lain. Nikmah meminta, utamakan posting hal positif saja. Seperti kegiatan di sekolah, bersama keluarga di rumah, bersama teman yang baik-baik.
“Posting pendapat dan gagasan yang baik-baik seperti remaja ideal, mengelola sampah, resensi buku atau novel, juga film,” lanjut Nikmah.
Menurut Nikmah, posting positif juga bisa menyangkut promosi sekolah, promosi destinasi wisata, atau bisa juga kuliner baru yang menggoda.
“Bagi yang punya bakat menulis bisa memposting puisi karyanya, atau cerpen, juga kata-kata motivasi yang menyentuh orang lain. Bisa juga membuat blog penelitian pribadi atau hasil karya dipublikasi,” tandas Nikmah.
Adapun saat chatting atau berkomunikasi di ruang digital, Nikmah menyarankan untuk bersikap sopan dengan cara diawali dan diakhiri dengan salam. Sebaiknya chatting disimpan sendiri, tidak untuk disebar ke orang lain.
“Perhatikan juga saat memilih emoji dan sticker, jangan sampai salah karena persepsi orang bisa berbeda dengan emoji itu. Hindarilah chatting yang menyinggung SARA, karena berpotensi memicu permusuhan dan perselisihan,” tegasnya.
Nikmah menyarankan, gunakan ruang digital hanya untuk hal bermanfaat. Bukan untuk menyebar hoaks, ujaran kebencian, konten pornografi, pencemaran nama baik, konten negatif, penipuan, cyber bullying, ikut judi online apalagi terlibat cyber crime.
Narasumber berikutnya, Kepala Sekolah SMAN 10 Purworejo Setyo Mulyaningsih mengatakan, menjadi masyarakat digital yang pintar adalah ketika setidaknya dua hal terpenuhi.
“Pertama, apabila pengguna memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi itu untuk meningkatkan produktivitas yang memberi nilai tambah secara intelektualitas, sosial, kultural, dan ekonomi,” kata Setyo.
Faktor kedua, bila pengguna itu memakai internet secara baik, aman, dan bertanggung jawab, bebas dari misinformasi dan disinformasi serta bisa memerangi hoaks atau berita bohong.
Diskusi virtual kali ini juga menghadirkan narasumber lain, yakni Ketua Dewan Pembina Internet Developer Institute Sigit Widodo dan entrepreneur Seno Adi Nugroho. Dimoderatori Tommy Rumahorbo, webinar kian semarak dengan kehadiran Safira Hasna selaku key opinion leader. (*)