Staf Pengajar Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin Sri Astuty menuturkan, digitalisasi menjadi hal yang tak bisa dielakkan dalam era industri 4.0 ini. Digitalisasi sudah merambah berbagai bidang dan memberikan manfaat bagi manusia. Mulai dari bidang ekonomi yang terwujud dengan makin maraknya e-commerce, pendidikan yang berwujud sekolah digital, juga bidang keagamaan seperti contohnya digitalisasi dalam penyaluran zakat.
”Untuk proses digitalisasi ini perlu diperhatikan elemen pendukungnya. Misalnya, dalam dunia pendidikan, ada banyak unsur turunan digitalisasi yang bisa mendukung siswa dan guru nyaman dalam proses pembelajaran,” kata Sri Astuty saat menjadi pembicara dalam webinar literasi digital bertema “Digitalisasi Lembaga Pendidikan Islam di Era Revolusi Industri 4.0” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Senin (13/9/2021).
Dalam webinar yang diikuti 300 lebih peserta itu, Sri menjabarkan digitalisasi sistem sekolah meliputi antara lain kelas maya, video pembelajaran, wahana jelajah angkasa, bank soal, buku sekolah elektronik, peta budaya, hingga laboratorium maya. ”Kuncinya, digitalisasi itu merupakan proses konversi dari analog ke digital, bersifat internal, dan bisa menyelesaikan suatu pekerjaan lebih cepat dan praktis,” ujarnya.
Oleh sebab itu, manfaat digitalisasi pendidikan bagi peserta didik mesti dirasakan. Misalnya, menjadi sumber informasi pembelajaran jarak jauh, memperluas jejaring sosial, membangun kreativitas, mempermudah proses belajar mengajar, siswa lebih mudah mengikuti semua bahan yang dibagikan dalam jaringan, menjadi implementasi pembelajaran baru multimedia, dan berorientasi globalisasi.
”Yang perlu dijaga oleh orangtua dan pendidik dalam digitalisasi pendidikan itu bagaimana menjaga peserta didik tetap aman saat berinternet,” kata Sri Astuty. Menjaga, dalam arti aktif berkomunikasi secara terbuka dengan anak atau peserta didik, memanfaatkan fitur perlindungan teknologi, menemani peserta didik saat mengakses internet. Juga, mengajarkan anak atau peserta didik untuk tetap bersikap baik di dunia maya dan memberikan anak ruang untuk berekspresi, berkolaborasi dan mengekspresikan diri.
Sri Astuty menambahkan, peserta didik juga perlu mendapatkan pengetahuan dini soal pentingnya menjaga privasi dan jangan over dalam berinteraksi, sehingga menciptakan jejak digital yang buruk. ”Perlu dipahamkan pada anak didik, jejak digital bisa membuat mereka bermasalah di kemudian hari. Pahamkan bahwa jejak digital sulit dihilangkan dan menjadi semacam profil surat kelakuan baik seumur hidup,” ujarnya.
Sri tak menampik, kecenderungan generasi digital saat ini yang penting posting, asal senang dan viral. Hal ini yang harus diantisipasi sejak dini. ”Ajarkan dan beri pengertian untuk posting hal yang penting saja, yang baik, etis dan sesuai hukum. Misalnya menggalang bantuan bagi teman sekolah yang sakit, dan sejenisnya,” tuturnya.
Soal digital safety atau aman bermedia digital, masih menurut Sri Astuty, menjadi panduan awal bagi peserta didik agar dapat menjaga keselamatan dirinya terkait adanya instrumen hukum positif yang mengatur.
Kompetensi keamanan digital ini, lanjut Sri Astuty, meliputi aspek kognitif yakni mengetahui, memahami konsep dan mekanisme proteksi. Kedua, aspek afektif yakni soal empati untuk saling melindungi keamanan digital pengguna lain misalnya tidak membocorkan identitas pribadi orang lain. Sedangkan yang ketiga aspek konatif atau behavioral yakni membiasakan diri untuk memastikan keamanan digital dan memperbaharui pengaman digital.
Narasumber lain dalam webinar ini, Analis Data dan Informasi UTPD IAIN Pekalongan Zulmi Fathan mengatakan, perjalanan revolusi industri yang dimulai dari 1784 dengan industri 1.0, lalu tahun 1870 dengan industri 2.0, kemudian 1969 dengan industri 3.0, kini telah memasuki industri 4.0. ”Salah satu ciri kemajuan teknologi saat ini, yakni berkembangnya banyak aplikasi komunikasi yang memudahkan manusia,” ujarnya.
Namun, Zulmi menuturkan, untuk urusan pendidikan tiap aplikasi memiliki fitur berbeda dan kelebihan serta kekurangan masing-masing. Misalnya aplikasi WhatsApp, meskipun unggul untuk akses 24 jam dan user friendly, namun masih dipertanyakan untuk urusan privasi dan keamanan datanya.
Webinar yang dimoderatori Nindy Gita ini juga menghadirkan narasumber: dosen UNS Reza Sukma Nugraha, Kepala UTPD IAIN Pekalongan Ahmad Rosyid serta Greget Kala Buana selaku key opinion leader. (*)