Selain ekonomi, bidang pendidikan merupakan sektor yang paling banyak mengalami perubahan selama pandemi Covid-19. Literasi digital diharapkan mampu menjadi lokomotif transformasi pembentukan karakter peserta didik.
The American Library Association (ALA) mendefinisikan literasi digital sebagai kemampuan untuk menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk menemukan, mengevaluasi, membuat, dan mengkomunikasikan informasi, yang membutuhkan keterampilan kognitif dan teknis.
”Literasi digital awalnya berfokus pada keterampilan digital dan komputer, hingga munculnya internet dan penggunaan media sosial, telah mengakibatkan pergeseran,” ujar Konsultan IT Muhammad Fadhlulloh pada webinar literasi digital yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Kamis (22/7/2021).
Dalam acara diskusi virtual yang mengusung tema ”Pembentukan Karakter Peserta Didik melalui Literasi Digital di Era Pandemi Covid-19” dan dipandu oleh moderator Oony Wahyudi itu, juga menghadirkan narasumber lain Ali Formen Yudha (Dosen Pendidikan Anak UNNES Semarang), Jarot Waskito (Videografer dan Penulis Naskah Film), Zain Handoko (Pengajar Pesantren Aswaja Nusantara), dan content creator Dinda Lourensia selaku key opinion leader.
Muhammad Fadhlulloh menyatakan, literasi dalam layanan jejaring sosial dan situs Web membantu orang tetap berhubungan dengan orang lain, menyampaikan informasi tepat waktu, dan bahkan membeli dan menjual barang dan jasa.
Di tengah laju perkembangan teknologi digital, lanjut Fadhlulloh, tiba-tiba muncul badai pandemi Covid-19 yang meluluhlantakkan seluruh sendi kehidupan manusia, tak terkecuali bidang pendidikan.
”Pendidikan telah bertransformasi menuju sistem pendidikan yang lebih efektif dan efisien dengan sumber informasi tanpa batas dan saling keterhubungan,” kata Fadhlulloh di depan tak kurang dari 600 partisipan webinar.
Selanjutnya Trainer Robotica itu menjelaskan alasan kenapa dunia pendidikan harus beradaptasi dengan pandemi. Berdasarkan penelitian terhadap 268 siswa kelas VIII di dua sekolah Moskow menunjukkan bahwa kombinasi penggunaan media sosial dan aktivitas yang dipandu oleh guru dapat meningkatkan kinerja siswa.
Model pembelajaran baru di kelas ini, lanjut Fadhlulloh, telah membantu mempromosikan konektivitas global dan memungkinkan siswa menjadi warga negara yang berpikiran global. Wabah Covid 19 memaksa pihak sekolah menghentikan kegiatan tatap muka dan beralih ke media pembelajaran daring.
Terkait literasi digital dalam dunia pendidikan, Fadhlulloh mengutip tesis karya Douglas A.J. Belshaw yang berjudul What is ‘Digital Literacy‘? (2011) mengatakan, ada delapan elemen esensial untuk mengembangkan literasi digital, yakni: kultural, kognitif, konstruktif, komunikatif, kepercayaan diri yang bertanggung jawab, kreatif, kritis dalam menyikapi konten, dan bertanggung jawab secara sosial.
Fadhlulloh menambahkan, di era pandemi institusi pendidikan harus beradaptasi dan mengadopsi teknologi informasi. Literasi digital akan membentuk manusia yang siap menjadi pengguna digital yang kompetitif dan dinamis.
Berikutnya, pengajar pesantren Aswaja Nusantara Zain Handoko membahas pengembangan pendidikan karakter berdasarkan Pancasila. Karena apa pun, Pancasila telah menjadi tujuan pendidikan nasional yang menjadikan masyarakat beretika, bermoral, mulia berbudaya dan beradab.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, kata Zain, identik dengan cinta kasih sebagaimana diajarkan oleh semua agama. Sila Kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab bermakna karakter kesetaraan. Kemudian sila Ketiga, persatuan Indonesia artinya karakter harmoni. Sila Keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan adalah karakter demokratis. Dan Kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia atau karakter gotong royong. (*)