Pendidikan era digital tidak hanya bicara tentang proses belajar mengajar di dalam kelas. Era digital memungkinkan adanya transformasi dalam kegiatan belajar mengajar. Sekolah melalui daring menjadi salah satu terobosan yang semakin diaplikasikan dalam masa pandemi. Guru dan siswa bertemu melalui banyak media, dalam durasi tertentu dan dengan berbagai macam tantangan.
Pembelajaran secara daring juga tidak jauh berbeda dengan pembelajaran secara konvensional. Guru tetap menjadi seorang yang digugu (dipatuhi) dan ditiru (diteladani) oleh para siswanya. Guru di era digital juga turut menjadi sosok teladan bagi siswanya, apa pun yang dilakukan seorang guru bisa ”direkam” dan direplika oleh para siswanya.
”Guru adalah model dan rujukan bagi para siswanya. Jika guru gagal menggunakan media digital dengan etiket, bukan tidak mungkin siswanya akan mereplika apa yang dilakukan gurunya,” ujar Wakil Rektor Insuri Murdianto, pada acara webinar literasi digital besutan Kementerian Kominfo bagi masyarakat Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, 15 Juni lalu.
Selain menjadi sosok yang dijadikan teladan, guru dalam konteks pembelajaran daring juga memegang fungsi sebagai sumber informasi. Informasi yang telah disaring oleh guru melalui daring menjadi suatu hal yang penting untuk perkembangan pembelajaran siswa.
Lebih dari itu, guru juga menjadi fasilitator bagi siswa. ”Pembelajaran daring menuntut guru untuk membukakan jalan dan memberikan panduan dalam bermedia digital bagi siswanya,” tegas Murdianto pada webinar yang dipandu oleh Dwiki Nara tersebut.
Urusan melayani siswa juga menjadi tanggung jawab guru yang tak tergantikan. Dengan berbagai kewajiban dan tuntutan yang harus dilaksanakan, profesi guru juga menuntut pengorbanan waktu dan tenaga yang lebih ekstra dalam pembelajaran daring.
”Kalau bicara soal melayani siswa, dalam pembelajaran daring, tidak cukup kalau hanya 24 jam,” papar Thoboroni, dosen Universitas Borneo yang turut menjadi narasumber dalam webinar bertema ”Literasi Digital untuk Pembelajaran Online” tersebut.
Kreativitas dan inovasi dari guru dan murid juga menjadi hal yang harus dikembangkan dalam pembelajaran daring. Digital school menuntut banyak pihak untuk melakukan efisiensi dalam penggunaan berbagai media pembelajaran. Media pembelajaran yang paling efektif dan efisien juga perlu dimanfaatkan sedemikian rupa untuk mendukung proses KBM yang proaktif dalam masa pandemi.
Pembelajaran daring juga berbicara tentang bagaimana siswa dan lingkungan sekitar memiliki kondisi yang mendukung untuk perkembangan KBM. Kepada anak-anak dan remaja pengguna media digital yang di Indonesia jumlahnya mencapai 30 juta, Murdianto berharap agar pembelajaran secara daring menjadi tantangan baru bagi siswa dan orangtua untuk menciptakan lingkungan yang proaktif berdasar pada etika yang berlaku pada umumnya.
Di akhir paparannya, Murdianto juga menyinggung tentang tata kelola informasi media digital. Memilih dan memilah informasi, menghargai hak cipta, dan etika dalam mengelola informasi media digital menjadi suatu hal yang perlu mendapatkan perhatian serius dalam pembelajaran daring.
Selain itu, interaksi melalui media digital yang didasari oleh etika yang benar dalam pembelajaran daring juga harus berlaku sebagaimana dalam dunia nyata. Kegiatan webinar literasi digital ini bertujuan untuk mendukung adanya transformasi digital dalam pembelajaran online.
Webinar untuk masyarakat Kabupaten Brebes ini juga dihadiri narasumber lain: Diana Aletheia (Kaizen Room), Dewi Bunga (dosen Universitas Negeri Hindu I Gusti Bagus), dan Ones selaku key opinion leader.