Sabtu, November 16, 2024

Ruang kelas pindah ke ruang virtual, ini yang perlu diperhatikan

Must read

Aktivitas pendidikan tak bisa berhenti begitu saja karena pandemi. Hadirnya teknologi menjadi pintu gerbang yang harus dimasuki untuk tetap memberikan ilmu pengetahuan kepada generasi muda. Hal tersebut dibahas dalam webinar dengan tema “Menjaga Kualitas Belajar dari Rumah” yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI untuk masyarakat Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Selasa (31/8/2021).

Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Nasional Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital yang dilaksanakan untuk mendukung percepatan transformasi digital di Indonesia.

Thommy Rumahorbo (entertainer) memandu diskusi virtual dengan menghadirkan empat narasumber: Yuni Wahyuning (praktisi pendidikan), Ihsan (Wakil Rektor IAIN Kudus), Anggraini Hermana (praktisi pendidikan), dan Farid Fitriyadi (dosen Universitas Sahid Surakarta). Selain itu ada Mona Larisa (musisi) yang hadir sebagai key opinion leader. Masing-masing narasumber menyampaikan materi diskusi dengan pendekatan empat pilar literasi digital: digital ethics, digital culture, digital skills, dan digital safety. 

Saat memberikan kata sambutan sebelum diskusi, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyampaikan bahwa transformasi digital telah mengubah tatanan pola hidup dengan cepat. Karena itu, masyarakat harus cepat beradaptasi dengan menyelami lebih dalam lagi dunia digital. Bukan lagi sekadar tempat hiburan, melainkan tempat untuk menyebarkan hal-hal positif serta tidak memperkeruh dengan hal-hal negatif. 

Saat memberikan materi, Farid Fitriyadi menjelaskan, sistem pembelajaran yang awalnya dilakukan secara tatap muka langsung telah bergeser menjadi pembelajaran secara daring akibat pandemi yang membatasi mobilitas sosial masyarakat. “Jika sebelumnya kehadiran guru dan buku menjadi sentral dalam mendapatkan informasi pendidikan, kini dalam pembelajaran daring peserta didik diberi kebebasan mencari informasi belajar,” kata Farid.

Perpindahan dari luring ke daring tentunya akan lebih banyak menggunakan akun digital untuk bisa memanfaatkan dan masuk ke platform belajar online. Tantangannya di sini adalah bagaimana warga didik dapat menggunakan perangkat digital dan beraktivitas daring secara aman dan nyaman.

“Dalam satu gawai terdapat berbagai jenis aplikasi yang untuk bisa mengoperasikannya memerlukan akun atau identitas, baik itu untuk media sosial, online shop, perbankan, dan sebagainya. Dari sini semua perlu kita lindungi agar tidak terjadi kebocoran data. Proteksi perangkat digital menggunakan kata sandi, fingerprint dan face authentication serta melindungi perangkat lunaknya dengan menggunakan back up data, memasang antivirus, dan find my device,” terang Farid Fitriyadi kepada seratusan peserta webinar. 

Farid melanjutkan, proteksi perangkat digital dan identitas digital tersebut merupakan upaya untuk menghindari potensi kejahatan digital yang mungkin terjadi, karena kecerobohan pengguna saat di ruang digital. Karena itu, perlu dipahami juga untuk melindungi rekam jejak digital. 

“Rekam jejak digital dapat berupa konten yang diunggah, pencarian di Google, pembelian di market place, jalur ojek online, game online, serta riwayat unduhan. Jika tidak dirawat dan terjadi kebocoran data, akun digital dapat disalahgunakan untuk tindakan yang tidak bertanggung jawab. Maka untuk merawat jejak digital, pastikan hanya mengunggah hal positif, membiasakan menghapus riwayat pencarian, dan membersihkan cookies,” imbuhnya. 

Sementara itu Ihsan menambahkan, dalam menjaga kualitas pembelajaran daring pendidik dan peserta didik perlu meningkatkan digital skill atau kecakapan digital. Yakni, kemampuan untuk menggunakan teknologi dalam bersosialisasi, proses pembelajaran, dan kemampuan berpikir kritis dalam menyikapi informasi. 

Guru atau pendidik di era pembelajaran daring dituntut tidak hanya mentransfer ilmu saja tetapi juga mampu menyampaikan materi pembelajaran dengan efektif. Di era digital, pendidik didorong dapat mendesain media pembeljaran sebagai inovasi dengan memanfaatkan media daring. 

“Adaptasi ke budaya baru ini pendidik dan peserta didik memerlukan jadwal yang konsisten dalam pembelajaran. Sebab, peserta didik cenderung memiliki pemikiran ketika tidak aktivitas sekolah itu dianggap libur. Sehingga perlu menyusun target pembelajaran agar tidak menunda-nunda mengerjakan sesuatu. Maka dalam menjaga kualitas belajar di rumah, peran orangtua juga penting untuk menanamkan nilai disiplin anak,” jelas Ihsan. 

Dengan demikian, manajemen waktu belajar sangat penting untuk menjaga kedisiplinan belajar anak. Sebab, Ihsan menilai, rutinitas yang diatur dalam jadwal dapat memberikan sinyal pada otak “saatnya menyelesaikan pekerjaan”. Dengan begitu, belajar online dari rumah dapat dilaksanakan dengan efektif. (*)

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article