Kamis, November 14, 2024

Siapa bilang tak bisa kreatif dan produktif di kala pandemi?

Must read

Pandemi Covid-19 masih belum ada yang bisa memperkirakan kapan akan berakhir. Karenanya, kalangan generasi muda diharapkan tak berdiam diri saja di rumah. Mereka diimbau tetap produktif meski di tengah keterbatasan mobilitas akibat wabah yang sudah berlangsung 1,5 tahun lebih ini. 

Banyak kegiatan positif yang bisa dilakukan dalam situasi krisis ini dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Generasi muda didorong dapat mengolah dan menunjukkan kreativitas dalam beragam kegiatan.

“Pandemi Covid-19 justru ‘telah memaksa’ transformasi digital menjadi lebih cepat. Dengan akses internet yang semakin merata digitalisasi menjadi penyelamat bagi UMKM, petani, pedagang, dan sektor lain, sehingga bisa memasarkan produknya melalui online bahkan sampai luar negeri,” kata Diana Atheleia Belinda, founder DND Culinary dan pegiat dari Kaizen Room saat berbicara dalam webinar literasi digital bertajuk “Tetap Kreatif dan Produktif di Saat Pandemi” yang digelar Kementerian Kominfo dan Debindo untuk warga Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Jumat, 18 Juni lalu.

Dalam webinar yang juga menghadirkan narasumber Siska Sasmita (dosen Universitas Negeri Padang), Abdul Rohim (direktur Buku Langgar), dan Danu Anggada (seniman tradisi) itu, Diana mengatakan, digitalisasi yang lebih cepat juga telah menciptakan banyak lapangan kerja, terutama di kalangan bawah termasuk kalangan milenial. 

“Belakangan muncul istilah malas tapi sukses, orang sering bertanya ada orang yang sepertinya rebahan. Memang saat pandemi ini kita sebisa mungkin stay at home, tapi tidak lantas tidak mengerjakan apa-apa, karena banyak yang bisa kita hasilkan secara kreatif, dimulai dari hobi yang kita sukai,” urai Diana dalam webinar yang dipandu Fikri Hadil dan Nadia Intan sebagai key opinion leader itu.

Bicara soal hobi kreatif, Diana membeberkan sejumlah contoh. Mulai dari memelihara hewan peliharaan, menata rumah, berkebun, memasak dan membuat kue hingga membaca buku.

Dari hobi itu, misalnya memelihara ikan cupang, bisa dikembangkan menjadi bisnis menggiurkan dan menjadi sumber penghasilan. Diana menggambarkan pekerjaan terbaik adalah hobi yang dibayar. Ungkapan tersebut memang ada benarnya karena pasti akan terasa sangat menyenangkan jika bisa mendapatkan income dari hobi yang dimiliki.

Untuk mengubah hobi menjadi bisnis yang berkelanjutan tak cukup hanya bermodal skill dan passion. Dibutuhkan juga yang namanya perencanaan, komitmen, dan naluri wirausaha. “Banyak hal dari hobi itu yang kini menjadi konten yang menghasilkan,” kata Diana.

Tak hanya itu, dengan adanya pandemi ini dan sudah bejibunnya e-commerce di Tanah Air, mendorong orang untuk berbelanja secara online apa pun kebutuhannya. Mulai dari belanja pakaian, makanan hingga berbagai barang elektronik. Hal ini bisa menjadi peluang untuk para wirausahawan baru memulai bisnisnya. Tentu dengan cara yang lebih safety. “Toko-toko di e-commerce itu tak akan mati selama mereka terus aktif di dunia digital,” ujarnya.

Tak harus bergantung pada e-commerce. Diana juga mengungkap generasi muda dan milenial bisa melirik media belajar baru yang kini juga banyak peminatnya, yakni podcast. Di era digital saat ini podcast merupakan media yang tak asing di kalangan kaum muda. 

Podcast sebagai inovasi audio digital memiliki kedudukan yang cukup populer di seluruh dunia, dapat didengarkan secara online melalui aplikasi seperti Spotify, Anchor, Google Podcast, I podcast dan lain sebagainya. “Jadi di aplikasi seperti Spotify tak hanya bisa mendengar lagu, tapi juga bisa mendengar podcast,” tutur Diana. 

Seniman tradisi Danu Anggada dalam kesempatan itu mengatakan, produktif dan kreatif di masa pandemi tetap perlu mengikuti normal-norma dan etika yang berlaku. Jangan karena tergiur mendapatkan banyak audiens pada suatu konten yang dibuat, generasi muda lantas terjebak pada perilaku yang melanggar norma seperti kesusilaan, sopan santun dan lainnya yang menjadikan konten itu jadi negatif.

“Artinya, di sini kita sadari betul konten-konten yang kita unggah, yang kita upload, atau kita share harus menimbang terlebih dahulu bagaimana dampaknya,” kata Danu.

Ia mengibaratkan, kadang tanpa kita sadari refleks tangan lebih cepat sebelum orang memikirkan, seperti apa pengaruh konten itu ke depan. “Buatlah konten yang memberikan  manfaat misalnya kisah inspiratif, atau cara bermain gitar, belajar menari dan lainnya yang positif,” cetus Danu, seraya menyarankan agar dalam konten tetap menjaga dan melindungi privasi seseorang.  Sebagaimana wilayah lain, di Kabupaten Klaten, Kementerian Kominfo juga akan menyelenggarakan serangkaian kegiatan Webinar Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital selama periode Mei hingga Desember 2021. Serial webinar ini bertujuan untuk mendukung percepatan transformasi digital, agar masyarakat makin cakap digital dalam memanfaatkan internet demi menunjang kemajuan bangsa.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article