Senin, November 18, 2024

Bebas berekspresi di dunia digital

Must read

Situs web yang dikunjungi, komentar yang ditinggalkan dalam platform media sosial, dan transaksi-transaksi online akan meninggalkan jejak digital bagi penggunanya. Sehingga, penting kiranya para pengguna digital untuk meninggalkan jejak baik dan jangan meninggalkan jejak buruk.

Demikian ditegaskan Akhmad Nasir, Direktur of DOT Studies, yang tampil sebagai pemateri pertama pada acara webinar literasi digital yang digagas Kominfo RI, Kamis 17 Juni 2021 di Kabupaten Banyumas.

“Jejak digital aktif kita dapat mempengaruhi berbagai hal seperti ketika kita melamar pekerjaan baru. Perusahaan saat ini gemar untuk melihat profil media sosial calon pekerjanya sehingga kita perlu untuk berhati-hati dalam mengelola jejak digital aktif ini. Komentar kasar di Twitter atau foto yang pelanggaran aturan di Instagram sudah cukup untuk merusak peluang kerja dan reputasi kita,”jelasnya.

Akhmad Nasir lalu berbagi tips merawat jejak digital yang baik dan sehat. “Langkah pertama anda bisa mencari tahu jejak digital dirimu di mesin pencarian google,”ujarnya.

Bagi pengguna platform media sosial, atur privasi di perangkat sesuai dengan target unggahan. Periksa secara rutin cookies di perangkatmu. Jika ada situs yang tidak dikenal mengirimkan cookies, segera blok melalui pengaturan.

“Terpenting posting hal-hal positif. Karena apapun yang sudah dibagikan di dunia internet akan tetap tinggal di sana walaupun sudah anda hapus,”ujarnya.

Mengakhiri paparannya, Nasir membagikan sejumlah referensi kepada peserta webinar untuk mengupgrade pengetahuan tentang keamanan digital.

“Gunakan Modul “Aman Bermedia Digital”, yang diterbitkan Kementerian Komunikasi dan Informatik Republik Indonesia, Japelidi, Siberkreasi 2021. Lalu The Impact of Social Media on Children, Adolescents, and Families Gwenn Schurgin O’Keeffe, Kathleen Clarke-Pearson and Council on Communications and Media, 2011. Dan terakhir Freedom House bisa diakses di website: https://freedomhouse.org/”katanya.

Razi Akbar Sabardi, pengamat kebijakan publik, yang tampil penuh semangat di sesi kedua, memaparkan bagaimana etika dalam berekspresi di media sosial. Menurutnya, era digitalisasi telah membawa pergeseran sosial yang sangat radikal.

Teknologi digital telah memungkinkan konservasi budaya seperti bangunan atau benda bersejarah, tradisi, maupun bahasa tradisional yang hampir punah. Partisipasi politik masyarakat melalui media daring menjadi lebih efisien dan efektif walaupun terdapat juga banyak penyalahgunaan penyebaran

berita bohong (hoax) atau disinformasi untuk saling menjatuhkan. Di bidang hukum, adanya transformasi digital membawa perubahan pada: (i) profesi hukum itu sendiri, dan (ii) isu legalitas dan etika seperti masalah privasi, masalah hak cipta, regulasi usaha dan layanan finansial baru, cybersecurity dan cybercrime.

Sehingga, generasi digital telah membentuk identitas baru. Manusia, menurutnya, cenderung ingin memperoleh kebebasan. Mereka tidak suka diatur dan dikekang. Mereka ingin memegang kontrol dan internet menawarkan kebebasan berekspresi.

“Generasi digital cenderung lebih terbuka, blak-blakan dan berfikir agresif,”tegasnya.

Makanya, dalam beraktivitas di internet, penggunanya harus memegang etika dan etiket yang baik. Keduanya wajib dipahami, ditaati, dan dilaksanakan oleh pengguna selama mengakses layanan internet.

Razi lantas membagi pengetahuan tentang etika dalam berinteraksi di Ruang Digital. Pertama, kata dia, harus menjaga privasi satu sama lain. Kedua tidak menyebar Hoaks.

“Foto yang diunggah tidak melanggar etika kesopanan maupun kesusilaan. Unggah foto atau dokumen sebaiknya menyertakan sumber dan menghormati hak cipta,”ujarnya.

Lebih lanjut, ia menyatakan sebaiknya menghindari mengunggah konten yang kontroversi. Hindari menghasut, memprovokasi, menyebar kebencian, hingga mengandung pornografi. Tidak mudah tersulut emosi dalam perdebatan yang berlangsung daring.

“Apabila ingin berkomentar, sampaikan secara bijak dan sopan,”ujarnya. Telly Nathalia, penulis dan jurnalis beserta Abdul Rohman, Direktur Buku Langgar.id secara bergantian menyampaikan materi ketiga dan keempat. Mereka membeberkan materi dari pilar culture dan digital skill. Fikri Hadli yang memandu acara menutup webinar dengan diskusi dan sharing bersama key opinion leader, dengan bintang tamu Ones, seorang seniman muda dan bertalenta.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article