Minggu, November 17, 2024

Butuh adaptasi untuk ciptakan pendidikan yang bermutu

Must read

Praktisi Pendidikan, Anggraini Hermana, menyatakan kualitas pendidikan di Indonesia menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Berdasarkan data yang dilaporkan oleh The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah yaitu hanya urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia.

“Diperlukan sebuah adaptasi untuk menunjang terciptanya pendidikan yang bermutu,” ucapnya saat menjadi narasumber webinar literasi digital yang digelar kementerian komunikasi dan informatika (kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Kamis (30/9/2021).

Menurut dia, adaptasi ini diperlukan dengan pertimbangan generasi digital terlebih generasi Alfa yang lahir pada tahun 2010 sampai 2025 merupakan generasi yang berdampingan dengan teknologi canggih sejak mereka dilahirkan. Mulai dari usia dua tahun mereka telah lihai menggunakan perangkat digital.

Baginya, kesempatan memperkenalkan pembelajaran online yang dimulai sejak pandemik serta mengajak siswa cakap berselancar di internet sejak dini, merupakan skill dasar yang akan bermanfaat di masa yang akan datang.

Harapannya mereka kelak mampu menguasai empat pilar literasi digital yaitu digital skill, digital safety, digital ethics dan digital culture. Inilah urgensinya menanamkan mindset positif dan inspiratif dengan hanya mengkonsumsi konten yang positif dan hanya mengunggah konten yang inspiratif.

Sebagai generasi digital, lanjut dia, pelajar masa kini dituntut cakap mengoperasikan perangkat digital, bersahabat dengan jaringan internet, selalu update tentang aplikasi apa saja yang dapat mendukung kegiatan belajar dan mengajar (KBM), cakap mengoperasikan aplikasi digital.

Selain itu, juga dituntut piawai berselancar sehingga dapat menemukan ide-ide kreatif dan inovatif, rajin mencari referensi agar KBM menyenangkan dan tidak membosankan maupun menggali tips-tips untuk mengatasi kendala yang ada selama pembelajaran daring.

Upgrade skill, masih menurut Anggraini, bisa dilakukan dengan memanfaatkan fasilitas digital portal pendukung belajar online. Tersedia beragam platform, sebut saja misalnya Teded, Coursera, Codecademy, Duolingo, Niagahoster Course (Nico), Hubspot Academy, Indonesia Montessori (IMC), Canva, Brainly, Edx, Alison maupun Google Workspace for Education.

Masih ada lagi Quiz Whizzer, Edu Candy, Wordwall, Bamboozle, Ayogurubelajar, Zoom, Skype, Google meet, Interland, Online Whiteboard, Ibis paint, Zenius, Udemy, Bse drive, Facebook blueprint, Kelas pintar, Quipper school dan Rumah belajar.

Anggraini menambahkan, upaya menciptakan sebuah pendidikan yang bermutu juga membutuhkan poin-poin pendukung. Guru, siswa dan orang tua harus terliterasi serta cakap digital. Kerja sama yang baik antara ketiga unsur tersebut ditambah dengan sarana dan prasarana fasilitas pendukung KBM, diharapkan akan terbentuk mindset intelektual dan kemauan untuk meng-upgrade skill, sikap optimis, positif, character building dan kebiasaan yang baik. “Dengan meningkatkan mutu dan kualitas diri maka akan terwujud sebuah pendidikan yang bermutu,” tegasnya.

Narasumber lainnya, Budi Wulandari, pada webinar bertema ”Pendidikan Bermutu untuk Generasi Digital” ini mengupas cara belajar yang nyaman di era digital melalui pendekatan lingkungan keluarga dan sekolah.

Konselor Psikologi Perempuan dan Anak sekaligus Pegiat Literasi Digital itu menjelaskan, dunia digital merupakan revolusi yang tidak bisa terelakkan. Kehadiran internet telah mengubah pekerjaan, pertemuan, informasi, pemasaran maupun manajemen serta hal-hal lain yang berkaitan langsung dengan aktivitas sehari-hari warga digital.

Diakui, ada banyak sisi positif internet bagi tumbuh kembang anak. Misalnya sebagai sumber belajar dan sarana hiburan. Pelajaran sejarah, geografi atau biologi bisa diperoleh secara mudah. Begitu pula aneka permainan tersedia dengan beragam jenisnya mulai dari tebak-tebakan hingga permainan yang sifatnya menghibur.

“Internet menjadikan anak-anak lebih peka terhadap kemajuan teknologi,” kata dia.

Selain itu, juga menumbuhkan daya kreativitas, ketika melihat banyak pengetahuan yang menakjubkan di internet kemudian muncul kemampuan berpikir kritis sehingga menjadi kreatif.

Internet memang memiliki dua sisi wajah yang sama sekali berbeda bahkan bertolak belakang. Adapun sisi negatifnya bisa mempengaruhi tumbuh kembang mental anak di antaranya penyebaran konten-konten yang sama sekali tidak mendidik bagi anak.

Dipandu moderator Githa Nila Maharkesri, webinar juga menghadirkan narasumber Ibnu Novel Hafidz (Creative Entrepreneur), Erfan Ariyaputra (Training & Development Expert), Ganjar Pranowo (Gubernur Provinsi Jawa Tengah) sebagai Keynote Speech dan Riska Yuvista (Miss Halal Tourism Indonesia 2018) sebagai Key Opinion Leader. (*)

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article