Sabtu, Desember 28, 2024

Komunikasi massa pada era digital

Must read

Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) kembali menggelar webinar literasi digital untuk masyarakat kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, Kamis, 24 Juni 2021. Dengan tema ”Komunikasi Massa Pada Era Digital”, diskusi virtual ini dipandu oleh moderator Bobby Aulia,  dan menghadirkan empat narasumber: M.Nurkhoiron (Yayasan Desantara & Mantan Komisioner Komnas HAM), Rizqika Alya Anwar (Kaizen Room), Zain Handoko (Pimpinan Cabang Mustaqilli Jogja), Najib Azca (Dosen Fisipol UGM), serta Riska Yuvita selaku key opinion leader.

Masing-masing narasumber menyampaikan materi dari sudut pandang empat pilar utama Literasi Digital yaitu: Berbudaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etika Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skill).

Najib Azca mengatakan, era digital juga ditandai dengan munculnya beragam platform media digital di internet, seperti facebook, instagram, whatsaap dan lainnya. Hampir semua media itu bisa digunakan sebagai media komunikasi dan berinteraksi. Sifat media baru tersebut berbeda dengan media lama, seperti televisi, radio, koran, majalah dan sejenisnya yang tidak memungkinkan adanya interaksi langsung.

Kehadiran internet, lanjut Najib, menimbulkan antusiasme tersendiri bagi masyarakat dunia. Internet juga telah memberi pengaruh besar dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, terutama pada aspek komunikasi. Meski begitu, ada sejumlah perbedaan karakter antara media baru dengan media lama.

”Perbedaan utamanya dalam cara menjelaskan suatu kejadian. Begitu juga pada sisi dimensi waktu, maupun ketersediaan informasi. Media lama bersifat terbatas, sedangkan media baru mempunya informasi yang melimpah tanpa batas,” jelas Najib.

Menurut Najib Azca, era digital juga ditandai oleh melimpahnya informasi. Banyaknya informasi telah membuat orang menjadi kesulitan untuk menyaring dan membedakan mana informasi yang benar dan salah. Selain itu, relasi audiens antar media itu sangat berbeda sekali. ”Dulu audiens itu bersifat pasif, era media sosial relasinya begitu aktif dan instan,” tegasnya.

Perbedaan lainnya, media lama itu tidak mempunyai efek yang besar kepada masyarakat lantaran mendiferensiasi audiensnya. Namun, kini media sosial mendiferensiasi audiensnya yang sangat berdampak terhadap masyarakat luas.

“Tantangan media lama, informasi itu sangat minim sekali dan bahkan terbatas. Sekarang ini, era keberlimpahan atau tsunami informasi. Masyarakat harus paham betul memilah informasi yang benar dan informasi yang tidak benar atau dikenal sebagai berita hoaks,” tutup Najib Azca.

Narasumber lain dlam webinar kali ini, M. Nurkhoiron menyatakan, era digital adalah sebuah era baru, dimana kebiasaan-kebiasaan yang menjadi sangat penting, sekarang sudah menjadi hal yang tidak penting.

Menurut Nurkhoiron, dahulu orang membaca media untuk mendapatkan suatu informasi. Untuk mendapatkan informasi tersebut mereka perlu uang untuk membeli koran, majalah atau tabloid. Namun, kini mereka tak perlu lagi mengeluarkan uang untuk memperoleh informasi.

”Sambil santai buka gadget, langsung baca. Ribuan infomasi bisa didapat seketika,” ungkap Nurkhoiron.

Nurkhoiron mengatakan, sejak hadirnya teknologi berbasis internet, tidak ada lagi perbedaan orang pintar dengan orang awam. Semuanya bisa berkomentar dalam satu ruangan dan satu forum. Ini yang perlu diwaspadai.

”Banyak orang tidak paham akan perubahan yang ada dunia digital. Hal itu bisa dilihat dari cara mereka berkomentar di media sosial. Terkadang hanya asal bicara, tapi tidak paham apa sebetulnya konten yang mereka publikasikan,” pungkas Nurkhoiron. (*)

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article