Kholilul Rohman Ahmad, Ketua Asosiasi Pengasuh Pesantren Digital Indonesia tampil pertama sebagai pembicara pada kegiatan webinar peningkatan literasi digital yang diinisiasi Kominfo RI dan digelar untuk masyarakat Kabupaten Kebumen, Senin, 21 Juni 2021. Pria berkacamata itu secara spesifik berbagi pengetahuan tentang bagaimana berIkhtiar menjadi manusia Pancasila di Era ”Jempol-jempol Bebas berkeliaran”.
“Bentuk manusia pancasilais itu adalah manusia yang menjunjung tinggi humanisme. Mereka memiliki sifat-sifat terpuji, menjunjung tinggi kejujuran, kebajikan, welas asih, kesantunan, empati dan solidaritas sosial,” jelas Mas Kholilul – begitu ia akrab disapa.
Ia lalu menggarisbawahi beberapa hal, terutama tentang menjaga etika dan nilai-nilai moral ketika bermedia sosial. Menurutnya, jadikanlah media sosial sebagai ajang silaturahmi, memupuk empati dan mengikat tali persaudaraan.
“Hindari penggunaan media sosial yang dapat memecah belah, misalnya jauhkan berkomentar yang dapat memancing keributan. Kurangi mengeshare hal-hal yang tidak produktif,”ujarnya.
Manusia yang berkarakter pancasilais, kata dia, harus menjadi pionir pemersatu. Menjaga keberagaman dan multikultural sebagai jati diri bangsa. Karena itu, ketika menggunakan media sosial, kedepankan saring sebelum sharing.
“Kita harus terus belajar bersosial media yang baik dan benar. Harus saling mengingatkan. Pengguna sosial media harus sama-sama terlibat bertanggungjawab dalam menjaga kehidupan sosial yang sehat,”katanya.
Sementara Diana Aletheia, pengelola Kaizen Room, berbicara di sesi kedua dari perspektif digital skill. Menurutnya digital skills merupakan kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak teknologi informasi dan komunikasi (TIK) serta sistem operasi digital. Mulai dari website hingga beragam aplikasi di smartphone.
Menurutnya, teknologi hadir untuk memudahkan kehidupan manusia. Namun, kata dia, tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan-kemajuan teknologi yang ada menciptakan tantangan baru bagi masyarakat digital.
Karena itu, Diana lantas mengutip pernyataan Presiden RI Joko Widodo, yang menyampaikan sambutannya di awal acara webinar.
“Tantangan di ruang digital semakin besar. Kewajiban kita harus meminimalkan konten negatif yang membanjiri ruang digital dengan membuat konten yang positif kita harus tingkatkan kecakapan digital untuk masyarakat agar mampu menciptakan lebih banyak konten kreatif yang mendidik”
Diana lalu berpesan ke peserta webinar untuk memiliki kecakapan literasi digital yang bagus. “Konteks cakap digital tidak hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab,”katanya.
Setelah 25 menit menyampaikan paparan, giliran pembicara lainnya yang berbagi ilmu dan pengalaman. Selain Diana dan Mas Kholilul, ada pula Sandy Nayoan, seorang advokat yang memaparkan materi tentang digital ethic. Kemudian hadir pula sebagai pemateri Maryam Fithriati, pegiat literasi yang banyak berbicara mengenai digital safety.
Webinar semakin semarak karena Kominfo menghadirkan Sherrin Thalia, mantan istri Gubernur Jambi Zumi Zola yang kini eksis di sebagai konten creator di media sosial. Acara berlangsung hampir tiga jam. Di mana peserta mengikuti webinar dengan amat antusias. Webinar ditutup dengan tanya jawab dan pose bersama melalui aplikasi zoom.