Dunia digital akan memberikan kesempatan belajar lebih banyak dan menemukan hal-hal baru yang pada ujungnya memicu lahirnya inovasi untuk kemajuan bangsa.
IT Manage Services Solution Architect, Muhdini Wakhid mengatakan wawasan kebangsaan masyarakat akan semakin diperkuat ketika pengguna digital dibekali dengan nilai-nilai kebangsaan yang seharusnya dieksplorasi, dimaknai, dan disebarluaskan untuk memperkuat persatuan dan kesatuan.
Dalam era transformasi digital, ada tantangan tersendiri yang dihadapi, yakni sebagian masyarakat masih merasa kehadiran ruang digital bukan merupakan bagian dari realitas.
“Perlu pemahaman bahwa aktivitas yang dilakukan secara fisik seharusnya terefleksikan juga saat beraktivitas di ruang digital,” katanya dalam webinar literasi digital dengan tema “Literasi Digital Dalam Meningkatkan Wawasan Kebangsaan” yang digelar Kementerian Kominfo dan Debindo bagi warga Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, pada Senin (4/10/2021).
Muhdini mengungkapkan ruang digital beserta karakteristiknya dapat digunakan untuk memfasilitasi penyebaran konten-koten yang menghambat pertumbuhan nasionalisme. “Ruang digital juga dapat bertindak sebagai echo chambers sehingga memudahkan konten SARA dan radikalisme untuk menemukan target yang sesuai,” ujarnya.
Adapun tantangan dan ancaman kemanan dalam dunia digital, yaitu informasi dan pengetahuan yang tidak memadai mengenai transformasi teknologi digital di masyarakat, sehingga menjadi celah masuknya serangan siber. “Prinsip hati-hati dan waspada harus menjadi doktrin masing-masing individu di era digital saat ini,” tuturnya.
Menurut Muhdini, aspek keamanan perangkat digital perlu dimiliki penggunanya. Ia menyebut perusahaan menghabiskan jutaan dolar untuk firewall dan perangkat akses yang aman dan itu membuang-buang uang karena tidak satupun dari langkah-langkah ini mengatasi mata rantai terlemah dalam rantai kemanan digital.
Muhdini mengatakan pengaman perangkat digital bisa dilakukan dengan berbagai cara. Seperti memastikan memilih perangkat digital di agen resmi, teliti sebelum memiliki dengan mengecek kesesuaian kode perangkat yang tertulis di kemasan dan yang tertera di perangkat.
Lalu memulihkan kata sandi dengan tingkatan paling aman dengan kode sandi yang mudah diingat pemilik perangkat. Kemudian tidak dengan mudah memperlihatkan atau meminjamkan perangkat digital ke orang lain tanpa pengawasan.
“Selalu waspada dengan tawaran dari situs-situs daring yang menggiurkan untuk kebutuhan konsumtif. Sebaiknya sterilkan atau kosongkan perangkat digital terlebih dahulu sebelum ingin mengganti dengan perangkat lainnya,” ujarnya.
Narasumber lainnya, Entrepreneur, Widiasmorojati mengatakan prinsip dasar etika yakni menggunakan sarana digital yang diarahkan pada suatu niat, sikap dan perilaku yang etis untuk mencapai tujuan bersama mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Menurutnya, pengguna digital perlu memiliki kesadaran yang bertujuan positif, baik dan benar secara sadar, sadar diri, alam dan Tuhan. “Pengguna digital harus berintegritas, menghindari pelanggaran hak cipta, manipulasi, plagiasi dan provokasi. Kemudian tetap respek, toleransi, serta empati,” ucapnya.
Dipandu moderator Harry Perdana, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber Muhammad Thobroni (Dosen Universitas Borneo), Irfan Afifi (Budayawan & Founder Langgar.co), dan News Presenter Brigita Ferlina selaku key opinion leader. (*)