Kamis, Desember 26, 2024

Pandemi ubah tatanan di segala sektor

Must read

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menggelar webinar literasi digital bagi masyarakat di Wonogiri, Kamis (5/8/21). Tema diskusi dikupas dari empat pilar literasi digital yang meliputi: budaya digital, keamanan digital, kecakapan digital dan etika digital.

Cahyo Sukmana mengatakan, selama berlangsungnya pandemi, banyak tatanan kehidupan di masyarakat yang berubah 180 derajat. Banyak kegiatan atau aktivitas di masyarakat yang kemudian dikerjakan secara online (daring). Pada awalnya, hanya dikenal istilah Bekerja dari Rumah (Work from Home: WfH), Belajar dari Rumah (Study from Home: SfH). Sekarang muncul istilah-istilah lain seperti rapat dari rumah, belanja dari rumah, bahkan ibadah dari rumah.

“Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu, pandemi covid-19” semakin membuat orang melek teknologi, terutama teknologi telpon pintar. Dalam genggaman seorang guru, telpon pintar (smartphone) dapat menjadi “pengendali sebuah aktivitas di kelas. Mulai dari memeriksa khadiran siswa, memberikan materi belajar, mengevaluasi proses pembelajaran, hingga memberikan nilai akhir dari sebuah proses pembelajaran, ” jelasnya dalam webinar tersebut. 

Ia menambahkan, banyak sekali platform media digital untuk mendukung proses interaksi antara guru/pengajar dengan peserta didiknya. Seperti: Google Classroom, Google Meeting, Aplikasi Video Conference (Zoom), Learning Management System. 

“Hal semacam ini, ke depan akan menjadi kebiasaan baru (new normal). Di mana masyarakat sudah semakin akrab dan terbiasa dengan teknologi, dan menjalankan protokol kesehatan, karena tidak ada yang tahu kapan pandemi Covid-19 akan berakhir,” paparnya. 

Menurutnya, apa yang kita tulis melalui medsos, sedikit banyak mencerminkan akhlak yang kita miliki. Apabila kita memiliki pandangan untuk menyebarkan manfaat melalui tulisan, maka kita tidak akan tergesa-gesa dalam memposting berita ataupun informasi. Ladang pahala akan banyak mengalir ke diri kita, apabila setiap hal yang kita posting berkhasanah Islam dan memberikan manfaat atau faedah. 

“Apabila kita terbiasa melakukan kebaikan melalui manfaat tulisan, maka insting kebaikan telah terpatri. Sehingga indera kita tidak tertarik untuk melakukan hal-hal yang dapat menimbulkan fitnah (hoaks),” ungkapnya. 

Iwan Gunawan menerangkan, antusiasme penggunaan teknologi dalam berbagai bidang kini semakin terus meningkat, mengisi penyediaan fasilitas yang kini sedang tumbuh dilakukan oleh pemerintah, swasta dan aktivis sosial. 

“Optimisme mewarnai publik bahwa proses demikian dapat memberikan dampak postif bagi kehidupan material maupun spiritual. Pada satu sisi lain, muncul persoalan baru berupa dampak negatif yang dapat menimbulkan gangguan order (tatanan) dalam sistem yang sudah terbentuk sebelumnya. Diperlukan kesanggupan untuk mengelola dampak-dampak tersebut secara koheren,” paparnya dalam webinar tersebut.

Ia menambahkan, dalam kesadaran bermedia digital, medan energi yang tak berbentuk dan tak terlihat dari dimensi dan potensialitas yang tak terbatas. Intisari dari semua wujud, tidak tergantung pada waktu, ruang atau lokasi.

Dipandu moderator Nadia Intan, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber Khoirono Hadi dan Peneliti Paramadina Public Policy Septa Dinata, serta Chandra Aditya selaku key opinion leader. (*)

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article